Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dinas Lingkungan Hidup DKI Tampung Ponsel Bekas, Buat Apa?

Kompas.com - 21/03/2017, 08:35 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Melalui akun Instagram, Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Isnawa Adji memamerkan ponsel-ponsel yang dibungkus kantong plastik. Ponsel tersebut dalam kondisi mati.

Tampaknya ponsel itu juga merupakan tipe "jadul". Dalam akun @isnawa_adji, Isnawa mengajak masyarakat untuk mengirimkan ponsel bekas milik mereka ke Dinas Lingkungan Hidup.

Lantas, untuk apa ponsel-ponsel tersebut?

 

Insawa mengatakan, selama ini limbah elektronik belum ditangani dengan baik di Jakarta.

"Jadi begini, yang belum tertangani di Jakarta salah satunya adalah e-waste atau limbah elektronik. Selama ini mohon maaf nih, enggak terurus dan enggak ter-manage dengan baik," ujar dia di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Senin (20/3/2017).

(Baca juga: Nelayan Pantai Kenjeran Kesulitan Buang Limbah Kulit Kerang)

Isnawa sadar bahwa Dinas Lingkungan Hidup belum mengurusi limbah-limbah elektronik itu. Padahal, saat ini sudah masuk era digital. Perkembangan gadget pun kian pesat.

Isnawa mengatakan, hampir tiap rumah memiliki ponsel bekas yang tidak terpakai dan dalam kondisi rusak.

Menurut dia, orang lebih memilih membeli ponsel baru daripada memperbaiki ponsel lama mereka karena biayanya bisa sama mahalnya dengan membeli yang baru.

"Akhirnya limbahnya ditaruh di laci padahal kan itu ada baterainya, takutnya ada radiasi loh. Tapi yang paling penting, itu pasti enggak keurus," kata Isnawa.

Ia mengatakan, masyarakat biasanya hanya membuang sampah harian saja yang berisi limbah rumah tangga mereka. Limbah elektronik pun terlupakan.

Kini, Dinas Lingkungan Hidup sedikit demi sedikit ingin mengurus limbah itu. Dinas Lingkungan Hidup sebenarnya belum memiliki teknologi untuk menghancurkan limbah elektronik.

Nantinya, kata Isnawa, limbah elektronik yang terkumpul mereka bawa ke tempat pengolahan limbah elektronik milik swasta.

"Jadi hanya menampung saja sih kita. Kami juga enggak bisa membeli ponsel bekas itu, enggak bisa karena enggak masuk di APBD. Jadi kami kumpulin, nanti akan kami serahkan ke tempat pengolahan limbah elektronik," ujar Isnawa.

Di tempat itu, kata Isnawa, ponsel-ponsel bekas bisa didaur ulang menjadi hal lebih berguna. Ia mencontohkan pengolahan limbah elektronik di Jepang.

Di sana, kata dia, limbah elektronik didaur ulang menjadi meja dan kursi taman. Isnawa mengatakan, pengumpulan limbah ponsel bekasi ini baru dilakukan satu pekan terakhir.

Dinas Lingkungan Hidup membuka tempat khusus untuk menampung ponsel tersebut dalam kegiatan car free day. Menurut dia, warga juga bisa mengumpulkan secara kolektif.

Setelah terkumpul banyak, mereka bisa menghubungi suku dinas setempat atau menghubungi nomor yang ada di situs web Dinas Lingkungan Hidup. "Nanti kami yang akan ambil, free," ujar Isnawa.

(Baca juga: "Pak Anies Bisa Enggak Mengatasi Limbah di Marunda?")

Selain ponsel bekas, sebenarnya masih ada benda lain yang termasuk limbah elektronik, seperti printer, kipas angin, televisi, hingga komputer bekas.

Namun, kata Isnawa, Dinas Lingkungan Hidup memulainya dengan mengurus limbah elektronik yang kecil dulu, yaitu ponsel bekas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Megapolitan
Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Megapolitan
Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Megapolitan
Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Megapolitan
Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Megapolitan
“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

Megapolitan
Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Megapolitan
Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Megapolitan
Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Megapolitan
Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Megapolitan
Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Megapolitan
Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Megapolitan
Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Megapolitan
Perampok Pecah Kaca Mobil Kuras Dompet, iPad hingga iPhone 11 Pro Max

Perampok Pecah Kaca Mobil Kuras Dompet, iPad hingga iPhone 11 Pro Max

Megapolitan
Maling di Sawangan Depok Angkut 2 Motor Lewati Portal Jalan

Maling di Sawangan Depok Angkut 2 Motor Lewati Portal Jalan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com