Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konsep "Mati Sajroning Urip" yang Jadi Bekal Djarot Hadapi Cacian...

Kompas.com - 23/03/2017, 07:14 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pertemuan dengan para pendukung sering dimanfaatkan calon wakil gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat, untuk curhat dan memberi pesan-pesan.

Ketika bertemu dengan seniman wayang orang dan ketoprak misalnya, Djarot bercerita tentang penolakan yang dia terima selama ini, salah satunya penolakan ketika dia menghadiri pengajian di Kramat.

Djarot mengatakan, orang yang menggelar pengajian itu diminta untuk membubarkan pengajian.

"Untungnya yang punya rumah lebih berani, jadi pengajiannya tetap lanjut," kata Djarot di Sunter Agung, Jakarta Utara, Rabu (22/3/2017).

(Baca juga: Djarot: Air Terbatas, Orang Kaya Pakailah Secukupnya)

Djarot juga bercerita tentang bendera-bendera kuning yang menyambutnya saat dia datang ke Sukabumi Selatan, Kebon Jeruk.

Bendera kematian itu dipasang di sepanjang jalan dan satu tiang dengan bendera PDI-P. Padahal, tidak ada yang meninggal di jalan itu.

Djarot mengatakan, dia hanya bisa bersabar. Untuk menghadapi semua ini, Djarot menerapkan konsep "mati sajroning urip". Sebuah ungkapan Jawa yang bermakna "mati di dalam hidup".

"Apa yang dimatikan dalam hidup? Nafsu, amarah, dendam, benci, kita matikan," ujar Djarot.

Ia berupaya mematikan segala emosi negatif yang ada pada dirinya. Dengan cara itulah, dia mencoba bersabar dan menoleransi perbuatan tidak menyenangkan itu.

Menurut Djarot, orang yang menghalangi atau mencoba mengganggu aktivitasnya tidak "mati sajroning urip".

"Dia justru hidup dikuasai nafsu angkara murka. Nafsu untuk mengolok, membenci, menistakan. Padahal ini yang harusnya kita matikan agar Jakarta sejuk," ujar Djarot.

Pesan ke pendukung

Djarot pun meminta para pendukungnya ikut menerapkan konsep "mati sajroning urip" itu. Djarot tidak ingin mereka marah lalu membalas perbuatan itu.

Salah seorang seniman pendukungnya tiba-tiba "nyeletuk". "Pak, tapi kita dikafir-kafirkan," ujar dia.

"Tidak apa-apa, saya juga dikafirkan, dibilang najis, maafkan saja," jawab Djarot.

(Baca juga: Djarot: Partai Mau Dukung Alhamdulillah, Enggak Juga Enggak Apa-apa)

Ia pun terkenang peristiwa penolakannya di Masjid Attin beberapa waktu lalu. Ketika itu, dia merasa diteriaki dengan ujaran kebencian oleh lautan manusia.

Djarot mengatakan, Nabi Muhammad SAW juga pernah dilempari kotoran dan dicaci-maki, tetapi tetap sabar.

Djarot meminta pendukungnya tetap bersabar. "Jadi enggak apa-apa Bu, itu tidak usah dilawan. Sing sabar ya Bu," ujar Djarot.

Kompas TV Warga Protes Penurunan Spanduk oleh Polisi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Megapolitan
Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Megapolitan
Ingar-bingar Tradisi Membangunkan Sahur yang Berujung Cekcok di Depok

Ingar-bingar Tradisi Membangunkan Sahur yang Berujung Cekcok di Depok

Megapolitan
KSAL: Setelah Jakarta, Program Pesantren Kilat di Kapal Perang Bakal Digelar di Surabaya dan Makasar

KSAL: Setelah Jakarta, Program Pesantren Kilat di Kapal Perang Bakal Digelar di Surabaya dan Makasar

Megapolitan
Masjid Agung Bogor, Simbol Peradaban yang Dinanti Warga Sejak 7 Tahun Lalu

Masjid Agung Bogor, Simbol Peradaban yang Dinanti Warga Sejak 7 Tahun Lalu

Megapolitan
Duduk Perkara Penganiayaan 4 Warga Sipil oleh Oknum TNI di Depan Polres Jakpus

Duduk Perkara Penganiayaan 4 Warga Sipil oleh Oknum TNI di Depan Polres Jakpus

Megapolitan
45 Orang Jadi Korban Penipuan Jual Beli Mobil Bekas Taksi di Bekasi, Kerugian Capai Rp 3 Miliar

45 Orang Jadi Korban Penipuan Jual Beli Mobil Bekas Taksi di Bekasi, Kerugian Capai Rp 3 Miliar

Megapolitan
Telan Anggaran Rp 113 Miliar, Bima Arya Harap Masjid Agung Bogor Jadi Pusat Perekonomian

Telan Anggaran Rp 113 Miliar, Bima Arya Harap Masjid Agung Bogor Jadi Pusat Perekonomian

Megapolitan
Driver Taksi Online Diduga Berniat Culik dan Rampok Barang Penumpangnya

Driver Taksi Online Diduga Berniat Culik dan Rampok Barang Penumpangnya

Megapolitan
TNI AD Usut Peran Oknum Personelnya yang Aniaya 4 Warga Sipil di Jakpus

TNI AD Usut Peran Oknum Personelnya yang Aniaya 4 Warga Sipil di Jakpus

Megapolitan
Polisi Temukan Dua Luka di Kepala Wanita yang Tewas Bersimbah Darah di Bogor

Polisi Temukan Dua Luka di Kepala Wanita yang Tewas Bersimbah Darah di Bogor

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Bogor Ternyata Suaminya Sendiri

Pembunuh Wanita di Bogor Ternyata Suaminya Sendiri

Megapolitan
Diduga Korban Pembunuhan, Wanita di Bogor Ditemukan Tewas Bersimbah Darah

Diduga Korban Pembunuhan, Wanita di Bogor Ditemukan Tewas Bersimbah Darah

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Polisi Hentikan Kasus Aiman Witjaksono | Pengakuan Sopir Truk yang Tabrakan di GT Halim Utama

[POPULER JABODETABEK] Polisi Hentikan Kasus Aiman Witjaksono | Pengakuan Sopir Truk yang Tabrakan di GT Halim Utama

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com