Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nambo, Kini Tempat Akhir Sampah

Kompas.com - 27/03/2017, 17:00 WIB


Oleh: RATIH PRAHESTI S

Nambo dulu dikenal sebagai hutan non-produktif yang berlokasi di kawasan Gunung Leutik di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Setelah 18 Agustus 2014, ada kesepakatan bahwa di lokasi itu dibangun tempat pengolahan dan pemrosesan akhir sampah regional, wajah Nambo berangsur berubah.

Gubernur Jabar Ahmad Heryawan, Bupati Bogor Rachmat Yasin, Wali Kota Bima Arya, dan Wali Kota Depok Nur Mahmudi Ismail pada Agustus 2014 menandatangani nota kerja sama kesepakatan membangun tempat pengolahan dan pemrosesan akhir sampah (TPPAS) regional di Nambo, Kabupaten Bogor.

TPPAS tersebut akan mengelola minimal 1.000 ton sampah per hari.

”Kami memakai teknologi ramah lingkungan, tidak ada pencemaran, tidak ada pemulung,” kata Kepala Balai Pengolahan Sampah Provinsi, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jabar, Edy Bahtiar kepada Kompas, Jumat (24/3).

Di tempat persinggahan terakhir sampah dari wilayah Bogor dan Depok ini, pintu gerbang masuk utamanya berlokasi di Kampung Curug Dengdeng, Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, atau 6,6 kilometer dari pintu keluar Gunung Putri Tol Jagorawi.

Warga setempat mengenal kawasan bakal TPPAS Regional Nambo-Lulut, yang luasnya 55 hektar, ini sebagai kawasan atau blok Gunung Leutik. Seluas 40 ha, lahan itu masuk Desa Lulut. Semula lahan itu merupakan lahan hutan kurang produktif, milik Perum Perhutani Divisi Regional Jabar-Banten. Sisanya, 15 ha di Desa Nambo, adalah lahan milik Pemerintah Kabupaten Bogor.

Lahan di Nambo dipersiapkan Pemkab Bogor untuk Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Nambo, pengganti TPST Bojong, di Desa Bojong, juga di Kecamatan Klapanunggal. Sebab, Pemkab menyadari TPA Galuga di Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, sudah tidak bisa diharapkan dapat menampung sampah dari Kabupaten dan Kota Bogor.

Apalagi kedua pemda ini kerap jadi bulan-bulanan masyarakat yang memprotes keberadaan dan pengelolaan TPA itu, terutama setelah dipastikan TPST Bojong yang dibangun PT Wira Guna Sejahtera, bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Pemkab Bogor, gagal beroperasi akibat penolakan masyarakat setempat, yang puncaknya berujung perusakan instalasi dan fasilitas terpasang, 4 Oktober 2004.

Kesiapan Pemkab Bogor menyediakan lahan ini mendorong Gubernur Jabar membangun kerja sama pembangunan TPA regional. Lokasi di kabupaten sudah tersedia, dan dipastikan Kalapanunggal dalam RUTR Kabupaten Bogor ditetapkan sebagai wilayah industri, termasuk industri pengelolaan sampah. Pengamatan Kompas, lokasi itu relatif jauh dari permukiman penduduk, tidak seperti lokasi TPST Bojong dahulu. Protes masyarakat tidak ada. Lokasinya tak jauh dari Stasiun Nambo.

Yang paling penting, selain di kawasan industri pertambangan, ada lahan ”nganggur” milik Perhutani itu, sehingga Pempov Jabar lebih mudah untuk mewujudkan perluasan tempat pengelolaan sampah pro lingkungan.

Sejumlah warga setempat yang ditemui Kompas menyatakan tidak keberatan di blok Gunung Leutik itu dibangun TPPS. Golib bin Animan (70-an), petani, mengaku memiliki 3 ha lahan garapan sawah dan ladang. ”Yang penting, lahan garapan saya diganti dengan harga wajar,” kata Golib di gubuknya, yang tidak jauh dari petak-petak sawah padi gogo.

 Umar Ulung (40), Ketua RW 005 Kampung Curug Dengdeng, mengatakan, di luar Gunung Leutik, semua lahan dan gunung di Kalapanunggal sudah dimiliki dua perusahaan pertambangan. Namun, selama belum dimanfaatkan, masyarakat boleh masuk dan menggarapnya.

Beroperasi 2018

Proyek pembangunan TPPAS Regional Nambo-Lulut sebetulnya dibiayai dari empat sumber utama, yakni APBD provinsi, APBN melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, dan swasta.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Megapolitan
Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Megapolitan
Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Megapolitan
Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Megapolitan
PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

Megapolitan
PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

Megapolitan
Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan 'Pelanggannya' dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan "Pelanggannya" dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Megapolitan
KPU Jaktim Buka Pendaftaran PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

KPU Jaktim Buka Pendaftaran PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

Megapolitan
NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Megapolitan
Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Megapolitan
“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com