JAKARTA, KOMPAS.com - Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta menyerahkan pengamanan pada hari pencoblosan Pilkada DKI Jakarta di TPS kepada polisi.
Komisioner KPU DKI Jakarta Dahliah Umar mengatakan, polisi memiliki penilaian tersendiri terkait potensi kerawanan di TPS.
"Silakan kepolisian mungkin punya analisa dan pertimbangan sendiri, penilaian sendiri tentang pengamanan yang dibutuhkan," ujar Dahliah di Kantor KPU DKI, Jalan Salemba Raya, Jakarta Pusat, Minggu (16/4/2017).
Meski begitu, KPU DKI Jakarta meminta pengamanan di TPS tidak berlebihan. Sebab, KPU DKI ingin para pemilih yang datang ke TPS tidak merasa terbebani dengan pengamanan yang terlampau ketat.
"Kalau bisa proporsional saja, tidak terlampau mencolok supaya juga orang nyaman dalam menggunakan hak pilih," kata dia.
Di samping itu, KPU DKI Jakarta juga meminta polisi dan Bawaslu DKI Jakarta mengantisipasi jika ada pengerahan massa dari luar Jakarta di setiap TPS.
KPU DKI Jakarta tidak ingin pemilih merasa terancam dengan adanya potensi pengerahan massa tersebut.
Dahliah menambahkan, keamanan pemilih saat menggunakan hak pilihnya penting agar tidak ada intimidasi.
"Kalau kami berpikirnya yang penting pemilih itu nyaman dan tenang menggunakan hak pilih, bukan jadi takut malah nanti enggak jadi dateng ke TPS hanya karena ada sekelompok orang yang dalam tanda kutip mengancam," ucap Dahliah.
Sementara itu, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono mengatakan, polisi sudah memiliki pola pengawasan di TPS.
Selain 1 polisi dan 1 TNI yang berjaga di setiap TPS, polisi dan TNI juga akan melakukan patroli.
"Setiap beberapa TPS ada puluhan tentara/Polri yang nanti patroli melewati TPS itu," ucap Argo saat dihubungi, Minggu.
Argo mengimbau agar pemilih tidak khawatir dengan adanya potensi pengerahan massa atau intimidasi.
Polisi dan TNI akan menjaga keamanan di setiap TPS. Jika terjadi pengerahan massa, polisi akan mengembalikan mereka ke daerah asalnya.
"Nanti kalau yang menganggu kami kembalikan ke asalnya. Kalau misalnya masih ngeyel, akan kami amankan," kata Argo.