Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Herzaky Mahendra Putra
Pemerhati Politik

Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra. Mahasiswa Program Doktoral Unair

Peta Baru Koalisi Parpol, Penentu Hasil Pilkada Jakarta 2017?

Kompas.com - 18/04/2017, 14:14 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorM Fajar Marta

Selanjutnya adalah PPP dan PKB yang sudah resmi menyatakan sikapnya untuk mendukung pasangan nomor urut dua, yaitu Basuki-Djarot. Secara politik, ini memang langkah yang strategis yang sudah diambil oleh kedua partai ini.

Koalisi yang dibangun pada Pilkada DKI Jakarta ini memang sangat berkaitan secara langsung sebagai bagian strategi untuk pemenangan pada pemilu nasional yang akan diadakan pada tahun 2019 nanti.

Maka, secara strategi dan taktik, PPP dan PKB memang lebih memilih "bermain" aman dengan masuk pada lingkaran partai petahana yang sekarang sedang berkuasa.

Namun, secara ideologis, justru semakin memperlihatkan garis demarkasi antara elite partai, baik PPP maupun PKB, dengan akar rumputnya. Sebagian besar konstituen PPP dan PKB masih banyak yang menginginkan pemimpin Muslim untuk menjadi gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta.

Ini karena isu pemimpin Muslim juga banyak disinggung oleh beberapa tokoh kedua partai ini ketika masih mendukung pasangan Agus-Sylvi pada putaran pertama yang lalu. 

Di sisi lain, Partai Demokrat masih menjadi kajian yang menarik perhatian pada putaran kedua ini, di mana mereka masih belum memutuskan untuk mendukung salah satu pasangan calon.

Jika dilihat dari perjalanannya, Demokrat memang seakan terjebak pada dua poros yang sama-sama tidak begitu menguntungkan. 

Jika bergabung dengan poros Basuki-Djarot, ada tiga isu yang mengemuka. Pertama, jika mereka bergabung dengan poros Basuki-Djarot, itu artinya mereka bersiap untuk dicap sebagai partai yang tidak konsisten karena mereka mengusung pasangan Agus-Sylvi dengan pertimbangan bahwa Jakarta butuh gubernur baru.

Kedua adalah soal chemistry antara Ketua Umum Partai Demokrat dan Ketua Umum PDI-P yang masih sangat rentan dan berjarak. Hal ini cukup membuat proses komunikasi atau lobi antara keduanya tampak mustahil terjadi.

Adapun yang ketiga adalah soal dominasi partai dalam koalisi tersebut, di mana Partai Demokrat akan menjadi partai dengan prioritas rendah untuk dipertimbangkan gagasan atau masukannya. 

Jika Demokrat bergabung dengan poros Anies-Sandi, ada beberapa poin penting yang menarik untuk dikaji.

Pertama adalah soal idealisme mencari pemimpin baru di DKI Jakarta. Karena jika dilihat lagi, semangat antara pasangan calon Agus-Sylvi dan Anies-Sandi adalah sama, yaitu bagaimana DKI Jakarta memiliki pemimpin baru.

Kedua adalah semangat grass root atau pemilih akar rumput dari kedua pasangan calon ini, yaitu menjadikan mereka sebagai representasi umat Muslim untuk memimpin DKI Jakarta.

Ini juga berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh Manilka secara konsisten dalam dua riset di tahun lalu dan satu riset di awal tahun ini, di mana hampir dua per tiga warga Jakarta menginginkan gubernur Muslim.

Namun, ada beberapa faktor yang menghalangi jalan ini, terutama soal bagaimana suara Agus-Sylvi yang memang banyak tergerus oleh suara Anies-Sandi.

Alasan lain adalah soal kepentingan partai yang sama-sama sedang bertarung untuk kepentingan 2019 nanti. Jika Demokrat resmi mendukung Anies-Sandi, itu artinya partai tersebut membantu membesarkan Partai Gerindra (partai pengusung utama pasangan ini).

Koalisi baru, koalisi efektif?

Dengan pernyataan dukungan secara terbuka PAN, PPP, dan PKB, serta mengambangnya sikap Demokrat, konfigurasi baru koalisi partai politik di Jakarta pun terbentuk. Pasangan calon Basuki-Djarot yang semula didukung oleh koalisi PDI-P, Partai Golkar, Nasdem, Hanura, bertambah kekuatan dengan kehadiran PPP dan PKB.

Adapun pasangan calon Anies-Sandi, selain Gerindra dan PKS yang sejak awal sudah mendukungnya, kini bertambah dengan PAN.

Untuk partai politik nonparlemen, Perindo dan Partai Idaman ikut merapat ke kubu Anies-Sandi, sedangkan PSI ke kubu Basuki-Djarot.

Partai Demokrat sampai dengan saat ini bisa kita anggap netral, mengingat belum mengeluarkan statemen mendukung siapa pun.

Munculnya konfigurasi baru koalisi partai politik ini tidak otomatis membuat peta suara bergeser. Ada beberapa hal yang diperlukan agar perubahan konfigurasi koalisi partai politik ini bisa ditransformasikan ke peta suara.

Pertama, bagaimana setiap koalisi bisa mengelola potensi dari setiap anggotanya dan meminimalisasi potensi benturan. Kesediaan untuk berbagi peran sesuai dengan porsi masing-masing sangatlah diperlukan.

Ada kecenderungan anggota baru dalam koalisi untuk mengambil peran lebih agresif, agar posisi mereka diperhitungkan. Apalagi jika partai yang baru saja bergabung merasa memiliki pendukung loyal yang lebih besar dari partai-partai yang sudah lebih dulu bergabung.

Hal ini bisa memunculkan ketersinggungan dari partai-partai pengusung dan pendukung awal, sehingga malah gesekan yang terjadi di lapangan. 

Perilaku koalisi tersebut juga dapat ditelaah dengan menggunakan Coalition Formation Theory, di mana kedua poros itu menggunakan pendekatan yang berbeda dalam memenangkan Pilkada DKI Jakarta.

Di kubu Basuki-Djarot, nampaknya lebih mengedepankan bagaimana memenangkan pertarungan ini. Hal ini sejalan dengan paham office-oriented, di mana mereka mencoba mengumpulkan sebanyak-banyaknya dukungan koalisi partai (Martin & Stevenson, 2001).

Halaman:


Terkini Lainnya

Polisi Tangkap Sopir Grab yang Culik dan Peras Penumpangnya Rp 100 Juta

Polisi Tangkap Sopir Grab yang Culik dan Peras Penumpangnya Rp 100 Juta

Megapolitan
Wanita Tewas Bersimbah Darah di Bogor, Korban Terkapar dan Ditutup Selimut

Wanita Tewas Bersimbah Darah di Bogor, Korban Terkapar dan Ditutup Selimut

Megapolitan
Ada Obeng di TKP, Diduga Jadi Alat Suami Bunuh Istri di Bogor

Ada Obeng di TKP, Diduga Jadi Alat Suami Bunuh Istri di Bogor

Megapolitan
Jadwal Buka Puasa di Kota Bekasi Hari Ini, Jumat, 29 Maret 2024

Jadwal Buka Puasa di Kota Bekasi Hari Ini, Jumat, 29 Maret 2024

Megapolitan
Diduga Korban Pelecehan Seksual oleh Eks Ketua DPD PSI Jakbar Mengaku Diintimidasi agar Tak Lapor Polisi

Diduga Korban Pelecehan Seksual oleh Eks Ketua DPD PSI Jakbar Mengaku Diintimidasi agar Tak Lapor Polisi

Megapolitan
Wanita Tewas Dibunuh Suaminya di Bogor, Pelaku Dilaporkan Ayah Kandung ke Polisi

Wanita Tewas Dibunuh Suaminya di Bogor, Pelaku Dilaporkan Ayah Kandung ke Polisi

Megapolitan
Latihan Selama 3 Bulan, OMK Katedral Jakarta Sukses Gelar Visualisasi Jalan Salib pada Perayaan Jumat Agung

Latihan Selama 3 Bulan, OMK Katedral Jakarta Sukses Gelar Visualisasi Jalan Salib pada Perayaan Jumat Agung

Megapolitan
Gelar Pesantren Kilat di Kapal Perang, Baznas RI Ajak Siswa SMA Punya Hobi Berzakat

Gelar Pesantren Kilat di Kapal Perang, Baznas RI Ajak Siswa SMA Punya Hobi Berzakat

Megapolitan
Cerita Ridwan 'Menyulap' Pelepah Pisang Kering Menjadi Kerajinan Tangan Bernilai Ekonomi

Cerita Ridwan "Menyulap" Pelepah Pisang Kering Menjadi Kerajinan Tangan Bernilai Ekonomi

Megapolitan
Peringati Jumat Agung, Gereja Katedral Gelar Visualisasi Jalan Salib yang Menyayat Hati

Peringati Jumat Agung, Gereja Katedral Gelar Visualisasi Jalan Salib yang Menyayat Hati

Megapolitan
Wujudkan Solidaritas Bersama Jadi Tema Paskah Gereja Katedral Jakarta 2024

Wujudkan Solidaritas Bersama Jadi Tema Paskah Gereja Katedral Jakarta 2024

Megapolitan
Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Megapolitan
Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Megapolitan
Ingar-bingar Tradisi Membangunkan Sahur yang Berujung Cekcok di Depok

Ingar-bingar Tradisi Membangunkan Sahur yang Berujung Cekcok di Depok

Megapolitan
KSAL: Setelah Jakarta, Program Pesantren Kilat di Kapal Perang Bakal Digelar di Surabaya dan Makasar

KSAL: Setelah Jakarta, Program Pesantren Kilat di Kapal Perang Bakal Digelar di Surabaya dan Makasar

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com