Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Herzaky Mahendra Putra
Pemerhati Politik

Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra. Mahasiswa Program Doktoral Unair

Peta Baru Koalisi Parpol, Penentu Hasil Pilkada Jakarta 2017?

Kompas.com - 18/04/2017, 14:14 WIB
Kompas TV Jokowi: Warga Jakarta Gunakan Hak Pilih dengan Aman
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorM Fajar Marta

Adapun pasangan Anies-Sandi lebih merujuk pada policy-oriented, yakni dengan memaksimalkan koalisi yang minim namun mengedepankan faktor-faktor efektivitas dan efesiensi kebijakan yang diambil ketika nanti terpilih (Axelrod, 1970).

Kedua, bagaimana pengelolaan isu yang dilakukan oleh setiap koalisi agar bisa merangkul konstituen seluruh partai pendukungnya. Koalisi awal partai politik pengusung dan pendukung Basuki-Djarot merupakan partai-partai yang kental dengan nuansa nasionalis.

Keberadaan PKB yang identik dengan NU dan PPP yang lekat dengan Muslim tradisional memang memperkaya koalisi gemuk pendukung Basuki-Djarot.

Hanya saja, hal ini harus dikelola dengan benar, agar keberadaan partai-partai dengan nuansa religius ini tidak memberikan pesan yang keliru kepada pendukung setia Basuki-Djarot. Potensi gesekan cukup besar di internal koalisi ini.

Basis kinerja di Jakarta dan bukan keagamaan ataupun kepribadian, serta pendukung kuat kebinnekaan Indonesia di Jakarta, merupakan kekuatan Basuki-Djarot yang selama ini ditonjolkan di lingkungan konstituen pendukungnya.

Begitu ada pesan keagamaan yang muncul dari koalisi ini, bisa membuat bingung dan memberikan pesan yang keliru kepada pendukung awal Basuki-Djarot. 

Di sisi lain, pesan kebinnekaan yang terlalu agresif, apalagi mengesankan situasi darurat kebinnekaan di Jakarta, dan secara tidak langsung menyampaikan kalau sekelompok umat Muslim merupakan ancaman bagi kebinnekaan di Jakarta, bisa menimbulkan antipati dari konstituen loyal PKB dan PPP.

Penarikan video tentang status darurat kebinnekaan di Jakarta dan kemudian merevisi isi video tersebut merupakan langkah tepat untuk meredam gejolak di internal partai koalisi.

Sedangkan untuk koalisi baru partai-partai politik Anies-Sandi, kemiripan platform dan basis massa memudahkan Anies-Sandi untuk menyelaraskan strateginya. PKS dan PAN sama-sama memiliki basis massa yang kuat di kalangan Islam modern.

Isu yang sangat kuat dari koalisi awal ini adalah kebutuhan akan adanya pemimpin baru di Jakarta, memiliki program-program yang merangkul semua kalangan, dan memiliki kepribadian yang juga santun dan ramah, bukan sekadar antikorupsi dan tegas.

PAN sebagai anggota baru dalam koalisi akan mudah menyesuaikan dalam koalisi partai pengusung dan pendukung Anies-Sandi mengingat mereka memang memiliki semangat yang sama sejak mengusung pasangan Agus-Sylvi. 

Hanya, amunisi tambahan partai nasionalis yang cenderung religius (mengingat PAN salah satu akarnya adalah para tokoh dan konstituen Muhammadiyah, salah satu organisasi keagamaan terbesar di Indonesia), perlu dikelola dengan baik agar isunya tidak bergeser menjadi Anies-Sandi pro Islam garis keras atau mau menjadikan Jakarta kota bersyariah. 

Selain itu, tugas tambahan untuk pasangan Anies-Sandi adalah mengelola isu yang tepat sehingga bisa tetap menarik pemilih dari kelompok Islam tradisional, yang merupakan basis massa pendukung PPP dan PKB. Adapun elite PPP dan PKB sendiri sudah menyatakan mendukung pasangan calon Basuki-Djarot.

Ketiga, tugas besar buat kedua koalisi partai adalah mengoptimalkan kantung-kantung suara dari partai-partai yang baru bergabung di koalisi maupun mempertahankan suara yang sudah didapat.

Keberadaan PPP dan PKB bisa sangat membantu meredam isu larangan pemimpin non-Muslim yang menjadi handicap Basuki. Elite PPP dan PKB harus berusaha keras, agar konstituen mereka di akar rumput bisa memahami pilihan mereka ke Basuki-Djarot.

Bukan sekadar pilihan pragmatis untuk kepentingan 2019, ataupun keberadaan NU sebagai bapak kandung PKB yang bakal benar-benar diperhitungkan oleh Basuki-Djarot jika mereka terpilih menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta 2017-2022, mengingat hal ini tidak menjadi pertimbangan konstituen di akar rumput PKB dan PPP.

Jika gagal untuk meyakinkan para pendukungnya, bukan sekadar Basuki-Djarot yang bakal tumbang di perhelatan pilkada kali ini, melainkan elite PPP dan PKB bakal ditinggalkan massa pendukungnya, baik di Jakarta maupun di level nasional.

Sementara di sisi lain masih ada kekhawatiran bagi sebagian konstituen PAN, kalau arah Anies-Sandi bukanlah arah moderat, melainkan menguatkan potensi tumbuhnya Islam garis keras yang tidak sejalan dengan mereka. Anies-Sandi harus mampu meyakinkan bahwa mereka memang berdiri dan berjuang untuk semua lapisan warga Jakarta.

Keempat, ada potensi massa pemilih yang besar dari pendukung Partai Demokrat, sebesar 360.929. Posisi partai yang masih mengambang dan posisi AHY sebagai ikon baru Partai Demokrat yang tidak mengambil sikap mendukung salah satu kandidat menjadikan pertarungan memperebutkan pendukung Partai Demokrat sangat terbuka bagi kedua belah pihak. 

Kedua koalisi partai harus berusaha keras memahami aspirasi para pendukung Partai Demokrat dan meyakinkan bahwa aspirasi konstituen Partai Demokrat merupakan aspirasi pasangan calon yang masih bertarung di putaran kedua ini.

Langkah yang ditempuh kedua koalisi partai, baik pendukung Basuki-Djarot maupun pendukung Anies-Sandi, yang menerima dengan tangan terbuka para relawan dari pendukung AHY, dan memublikasikan deklarasi tersebut secara luas, merupakan salah satu cara menarik hati pendukung Partai Demorat yang notabene sebagian juga pendukung AHY.

Terakhir, perlu dicermati secara khusus, pemilih yang belum menggunakan hak pilihnya di putaran pertama, dan tambahan pemilih baru di putaran dua ini.

Potensi pemilih yang belum menggunakan hak pilihnya adalah 1.628.671 atau sekitar 23 persen dan pemilih baru berdasarkan keputusan dari KPU DKI pada 4 April 2017 adalah sebesar 7.218.254 pemilih.

Tenaga dan fokus perhatian dari kedua koalisi partai harus dikerahkan untuk mengambil ceruk dari ketiga segmen tersebut. Keberhasilan koalisi partai dalam menyatukan pikiran dan gerak langkah untuk merebut dua segmen pemilih tersebut bisa menjadi bagian dari penentu hasil akhir Pilkada Jakarta 2017 ini.

Apa pun itu, harapan kita, pergulatan di perhelatan akbar Pilkada DKI Jakarta 2017 ini bisa menjadi teladan bagi perhelatan pilkada di wilayah lain.

Kedua belah pihak, baik koalisi partai pendukung Basuki-Djarot maupun koalisi partai pendukung Anies, sebaiknya menempuh cara-cara bermartabat, santun, damai, berintegritas, menghindari politik uang, menghindari kampanye hitam, dan saling menghormati sesama pasangan calon maupun pendukung, demi menjaga keutuhan dan tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Tak Hanya Chandrika Chika, Polisi juga Tangkap Atlet E-Sport Terkait Kasus Penyalahgunaan Narkoba

Tak Hanya Chandrika Chika, Polisi juga Tangkap Atlet E-Sport Terkait Kasus Penyalahgunaan Narkoba

Megapolitan
Akibat Pipa Bocor, Warga BSD City Terpaksa Beli Air Isi Ulang

Akibat Pipa Bocor, Warga BSD City Terpaksa Beli Air Isi Ulang

Megapolitan
Buka Pendaftaran PPK, KPU Depok Butuh 55 Orang untuk di 11 Kecamatan

Buka Pendaftaran PPK, KPU Depok Butuh 55 Orang untuk di 11 Kecamatan

Megapolitan
Selebgram Chandrika Chika Ditangkap Polisi Terkait Kasus Penyalahgunaan Narkotika

Selebgram Chandrika Chika Ditangkap Polisi Terkait Kasus Penyalahgunaan Narkotika

Megapolitan
Polisi Sebut Korban Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Derita Kerugian Puluhan Juta

Polisi Sebut Korban Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Derita Kerugian Puluhan Juta

Megapolitan
Sambut Pilkada DKI dan Jabar, PAN Prioritaskan Kadernya Maju di Pilkada 2024 Termasuk Zita Anjaini

Sambut Pilkada DKI dan Jabar, PAN Prioritaskan Kadernya Maju di Pilkada 2024 Termasuk Zita Anjaini

Megapolitan
Air di Rumahnya Mati, Warga Perumahan BSD Terpaksa Mengungsi ke Rumah Saudara

Air di Rumahnya Mati, Warga Perumahan BSD Terpaksa Mengungsi ke Rumah Saudara

Megapolitan
Pria Tewas di Kamar Kontrakan Depok, Diduga Sakit dan Depresi

Pria Tewas di Kamar Kontrakan Depok, Diduga Sakit dan Depresi

Megapolitan
Polisi Periksa Empat Saksi Terkait Kasus Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina

Polisi Periksa Empat Saksi Terkait Kasus Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina

Megapolitan
Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mangkir dari Panggilan Polisi

Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mangkir dari Panggilan Polisi

Megapolitan
Wanita Hamil Tewas di Kelapa Gading, Kekasih Menyesal dan Minta Maaf ke Keluarga Korban

Wanita Hamil Tewas di Kelapa Gading, Kekasih Menyesal dan Minta Maaf ke Keluarga Korban

Megapolitan
Terjerat Kasus Penistaan Agama, TikTokers Galihloss Terancam 6 Tahun Penjara

Terjerat Kasus Penistaan Agama, TikTokers Galihloss Terancam 6 Tahun Penjara

Megapolitan
Banyak Warga Jakarta Disebut Belum Terima Sertifikat Tanah dari PTSL

Banyak Warga Jakarta Disebut Belum Terima Sertifikat Tanah dari PTSL

Megapolitan
Heru Budi Minta Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel Terhadap Perekonomian Jakarta

Heru Budi Minta Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel Terhadap Perekonomian Jakarta

Megapolitan
Agusmita Terancam 15 Tahun Penjara karena Diduga Terlibat dalam Kematian Kekasihnya yang Sedang Hamil

Agusmita Terancam 15 Tahun Penjara karena Diduga Terlibat dalam Kematian Kekasihnya yang Sedang Hamil

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com