JAKARTA, KOMPAS.com - Berlangsungnya proses pemungutan dan penghitungan suara pada Rabu (20/4/2017), tak dapat lepas dari peran puluhan ribu anggota polisi, tentara, pemadam kebakaran, hingga petugas kebersihan.
Pengamanan pada putaran kedua ini dibuat lebih ketat berdasarkan evaluasi putaran pertama. Di putaran kedua, Polri dan TNI se-Indonesia dikerahkan ke Jakarta untuk menjaga 13.034 TPS dengan komposisi 1 TPS-1 anggota Polri-1 anggota TNI.
Berdasarkan pantauan Polri, situasi Jakarta relatif aman. Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengakui memang ada sejumlah gejolak yang muncul di beberapa wilayah.
Namun, gejolak itu bukan suatu hal yang dianggap menonjol dan membahayakan. Masalah itu langsung ditangani petugas di lapangan dengan cepat.
"Hanya memang yang kecil-kecil saja. Yang mungkin karena salah paham," kata Tito di Jakarta, Rabu.
Baca: Apresiasi Pelaksanaan Pilkada DKI, Kalla Minta Ahok-Djarot Legawa
Mobilisasi massa
Mobilisasi massa memang ditemukan di sejumlah tempat. Di Jakarta Selatan, pendukung Anies-Sandi diusir dari TPS tempat Presiden ke-3 RI BJ Habibie mencoblos.
Di Kamal, Kalideres, Jakarta Barat, pendukung Ahok sempat membuat keributan dengan menyeru-nyerukan nomor pemilihan Ahok-Djarot. Di Jakarta Timur, sebanyak 40 orang ditangkap di Duren Sawit.
Mereka yang tersebar menjadi beberapa kelompok di sejumlah TPS, memantau dan mengawasi TPS. Meski sempat bergulir rencana Tamasya Al-Maidah yang mengerahkan hingga ribuan massa dari luar daerah, Tito memastikan tidak ada pergerakan massa terstruktur dan masif seperti yang dikhawatirkan.
"Sudah kita cek ke Kapolda Jabar, Kapolda Banten, Kapolresnya juga begitu, Kapolres Bogor, Tangerang, tidak ada mobilisasi massa dari luar Jakarta," kata Tito.
Adapun mereka yang diamankan polisi dengan ber-KTP Madura, maupun tidak membawa KTP, kini telah dilepaskan dan pulang ke tempatnya masing-masing.