Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rombongan Sandiaga Terobos "Busway" dan Komitmen Sterilisasi Ahok

Kompas.com - 08/05/2017, 06:56 WIB
Jessi Carina

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com -
Sebuah insiden sempat terjadi setelah Sandiaga Uno resmi ditetapkan sebagai wakil gubernur DKI Jakarta terpilih periode 2017-2022 di Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta, Jumat (5/5/2017).

Ketika itu, rangkaian kendaraan Sandiaga melintasi busway atau jalur khusus bus Transjakarta saat akan menuju ke Posko Cicurug, Menteng.

Rangkaian kendaraan itu masuk busway di Jalan Salemba Raya dari persimpangan Kramat Lontar. Jalan Salemba Raya diketahui memang kerap macet setiap hari.

Menurut Sandi, dia tidak sadar jika kendaraan yang ditumpanginga memasuki busway,

"Hah? Tadi masuk jalur busway, enggak bisa ini, enggak boleh, aku enggak mau, tolong diingatkan," kata Sandiaga.

(baca: Terobos "Busway", Ini Kata Sandiaga dan Polisi)

Brigadir Ragowo yang mengawal rombongan Sandiaga mengatakan dia terpaksa masuk busway karena terburu-buru. Adapun, Sandiaga ketika itu hendak menghadiri perayaan kemenangan bersama pendukungnya dan wawancara ekslusif dengan stasiun televisi.

"Ngejar waktu tadi buru-buru," ujar Ragowo.

Kejadian itu membuat warga teringat atas kebiasaan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama terkait perlintasan busway.

Di media sosial, netizen memperbincangkan berita saat Ahok terjebak macet di Jalan Sudirman, Jumat (22/7/2016).

Ahok terjebak kemacetan Jakarta di sore hari ketika ingin menghadiri acara Garda Pemuda Nasdem di Energy Building, kawasan SCBD.

Ahok berangkat dari Balai Kota dengan mobil Toyota Land Cruiser yang dia gunakan sehari-hari. Karena macet, Ahok pun turun dari mobilnya dan melanjutkan perjalanan dengan bus Transjakarta. Ahok turun di Halte Polda dan dijemput dengan mobil Kijang Innova berwarna hitam.

(baca: Macet di Sudirman, Ahok Turun dari Mobilnya dan Naik Bus Transjakarta ke Acara Nasdem)

Mengingat kembali aturan sterlisasi busway

Pada pertengahan 2016, Ahok pernah menggalakkan kembali aturan tentang sterilisasi busway. Alasannya, Ahok ingin busway menjadi jalur evakuasi yang bisa digunakan dalam kondisi genting oleh kendaraan tertentu, misalnya ambulans dan pemadam kebakaran.

"Saya minta, apapun risikonya, Jakarta semacet apapun, busway sebagai jalur evakuasi ini tidak boleh terhambat. Kalau enggak, gimana kami mau menolong orang?" ujar Ahok di Balai Kota DKI, Jumat (10/6/2016).

Ahok memberi toleransi kepada beberapa jenis kendaraan untuk masuk busway. Selain mobil ambulans dan pemadam kebakaran, mobil Presiden dan menteri yang berpelat RI juga diperbolehkan melintasi busway.

Meski demikian, Ahok yakin Presiden RI Joko Widodo dan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla tidak akan menggunakan jalur itu karena masalah keamanan.

"Kalau menteri mobil RI alasan mau rapat sama Presiden, oke saya kasih. Tapi harus pakai pelat RI, pelat RFS (pelat untuk mobil dinas) enggak boleh," kata Ahok.

Selain itu, tidak ada lagi kendaraan yang boleh melintasi busway. Ahok pernah mengatakan bahwa aturan sterilisasi busway juga berlaku untuk dirinya sendiri.

Kendaraan dinas gubernur, wakil gubernur, kedutaan besar, serta kementerian dan lembaga tinggi negara yang pelatnya RFS, tak boleh masuk busway.

"Gubernur boleh masuk (busway) enggak? Enggak boleh," kata Ahok.

Ahok pernah menyampaikan permintaan kepada polisi untuk tidak menggunakan diskresi mereka terkait hal ini. Ahok berharap polisi tidak mengizinkan kendaraan masuk busway dengan alasan apapun.

Sebab, itu bisa menghilangkan jalur evakuasi yang telah dibuat. Namun, beberapa hari lalu Kepala Satuan Patroli dan Pengawalan Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya AKBP Slamet Widodo menjelaskan bahwa keputusan masuk busway atau menerobos lampu merah, sifatnya situasional dan bisa dilakukan berdasarkan diskresi kepolisian di lapangan.

Hal itu dia sampaikan untuk menanggapi masuknya rombongan kendaraan Sandiaga ke jalur busway.

"Biarpun calon, beliau berhak mendapat pengawalan dan itu (masuk busway) situasional, dikoordinasikan dengan TMC," ucap Slamet.

Kompas TV Uji Coba Sterilisasi "Busway" Dinilai Efektif


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Megapolitan
Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Megapolitan
Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Megapolitan
Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Megapolitan
PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

Megapolitan
PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

Megapolitan
Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan 'Pelanggannya' dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan "Pelanggannya" dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Megapolitan
KPU Jaktim Buka Pendaftarab PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

KPU Jaktim Buka Pendaftarab PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

Megapolitan
NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Megapolitan
Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Megapolitan
“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com