Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jessi Carina
wartawan

Wartawan Megapolitan Kompas.com

Pelajaran Kesabaran dari "The Invisible" Djarot

Kompas.com - 12/05/2017, 07:39 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAna Shofiana Syatiri

"Kalian, lain kali kalau ada seperti ini lagi jangan ikut aku," kata dia.

Jujur saja saya heran karena orang yang patut dikhawatirkan seharusnya adalah dirinya sendiri.

Setelah peristiwa itu, dia malah asik pergi ke warung sop kambing dan makan dengan lahap, seolah tidak terjadi apa-apa.  Berbincang dengan kami dan pengunjung restoran lain tentang betapa hangatnya suasana di dalam masjid saat itu.

Masih ingat juga kejadian Djarot diteriaki usai shalat Jumat di kawasan Tebet? Ketika itu Djarot mengaku tidak memilih masjid itu dengan sengaja. Dia memilih masjid itu karena berada paling dekat dengan lokasi kegiatan yang akan dia hadiri. Dia juga merasa berhak sholat di mana saja.

Kejadian itu terjadi usai peristiwa di Masjid At-Tin. Kebetulan, saya juga berada di sana. Saya sempat mencoba sedikit menenangkan dia dengan mengucapkan kata "sabar". Melihat saya, dia malah balik menghibur dan meminta saya untuk merasa tidak takut.

"Tenang saja kamu Jes. Kamu tenang saja, semuanya enggak apa-apa kok," kata dia.

Setelah mengucapkan itu dia menyapa warga yang ada di sana sambil tersenyum.

Setelah itu, dia membicarakan tentang perlakuan beberapa warga di masjid yang tetap baik kepadanya. Bahwa yang berteriak hanya segelintir orang saja. Bahwa dia tidak marah dan sudah memaafkan orang-orang itu. Berusaha tetap berpikir positif.

Dari semua perlakuan kasar yang diterima, Djarot tidak marah dan memilih tetap tersenyum, tanpa menyalahkan Ahok. Apapun yang dikatakan atau dilakukan orang padanya, dia tetap tersenyum. Namun, senyum khas Djarot itu pudar ketika mengetahui Ahok divonis 2 tahun penjara.

Bagi Djarot, Ahok bukan sekadar gubernur yang dia dampingi, melainkan juga seorang sahabat yang menjadi satu kesatuan dengan dia.

Djarot selalu bilang, kita tidak harus selalu hadir saat sahabat sedang bahagia. Tapi kita harus hadir saat sahabat sedang susah. Rangkaian kisah di atas membuktikan komitmen Djarot atas sikap sahabat setia itu. Menurut dia, menerima perlakuan itu merupakan bentuk "senasib sepenanggungannya" dengan Ahok.

"Bagaimana pun kami itu satu paket, jadi susahnya beliau itu susahnya saya juga.  Apapun yang Pak Basuki terima, saya juga akan merasakan," ujar Djarot.

"Ini bukan hanya esensi gubernur dan wakil gubernur, tapi esensi seorang sahabat dengan sahabat yang lain, ketika punya sahabat yang sakit kita juga ikut sakit," kata Djarot.

Tulisan ini bukan tentang siapa membela siapa, tetapi tentang apa yang kita pelajari dari orang lain. Selalu ada hal baik yang bisa dipelajari dari setiap orang, terlepas dari hitam dan putih hati orang itu. Dari Djarot, kita bisa belajar kesabaran, kesetiaan, dan juga tulus dalam bekerja dan berteman.

Satu hal lagi yang kami pelajari dari dia adalah tentang konsep "mati sajroning urip". Ini merupakan istilah Jawa yang bermakna "mati di dalam hidup".

"Apa yang dimatikan dalam hidup? Nafsu, amarah, dendam, benci, kita matikan," ujar Djarot.

Mungkin, itulah alasan kenapa selama ini dia bisa begitu sabar. Dari Ahok kita belajar ketegasan. Dari Djarot kita belajar kelembutan dan kesabaran, meski kadang itu membuat kita tak menonjol dan nyaris invisible...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BPBD DKI: Waspada Banjir Rob di Pesisir Jakarta pada 25-29 April 2024

BPBD DKI: Waspada Banjir Rob di Pesisir Jakarta pada 25-29 April 2024

Megapolitan
Bocah 7 Tahun di Tangerang Dibunuh Tante Sendiri, Dibekap Pakai Bantal

Bocah 7 Tahun di Tangerang Dibunuh Tante Sendiri, Dibekap Pakai Bantal

Megapolitan
Tiktoker Galihloss Terseret Kasus Penistaan Agama, Ketua RW: Orangtuanya Lapor Anaknya Ditangkap

Tiktoker Galihloss Terseret Kasus Penistaan Agama, Ketua RW: Orangtuanya Lapor Anaknya Ditangkap

Megapolitan
Warga Rusun Muara Baru Antusias Tunggu Kedatangan Gibran Usai Penetapan KPU

Warga Rusun Muara Baru Antusias Tunggu Kedatangan Gibran Usai Penetapan KPU

Megapolitan
Pembatasan Kendaraan Dianggap Bisa Kurangi Macet Jakarta, Asalkan Transportasi Publik Baik

Pembatasan Kendaraan Dianggap Bisa Kurangi Macet Jakarta, Asalkan Transportasi Publik Baik

Megapolitan
Buang Pepaya karena Sepi Pembeli, Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Rugi Besar

Buang Pepaya karena Sepi Pembeli, Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Rugi Besar

Megapolitan
Gara-gara Sakit Hati, Seorang Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

Gara-gara Sakit Hati, Seorang Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

Megapolitan
Harga Pepaya di Pasar Induk Kramatjati Anjlok, Pedagang: Tombok Terus

Harga Pepaya di Pasar Induk Kramatjati Anjlok, Pedagang: Tombok Terus

Megapolitan
Pilkada Kota Bogor 2024, Golkar Prioritaskan Koalisi dengan Partai Pengusung Prabowo-Gibran

Pilkada Kota Bogor 2024, Golkar Prioritaskan Koalisi dengan Partai Pengusung Prabowo-Gibran

Megapolitan
Amankan Penetapan Presiden-Wakil Presiden 2024, Polda Metro Kerahkan 4.051 Personel Gabungan

Amankan Penetapan Presiden-Wakil Presiden 2024, Polda Metro Kerahkan 4.051 Personel Gabungan

Megapolitan
Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya karena Pembeli Belum Balik ke Jakarta

Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya karena Pembeli Belum Balik ke Jakarta

Megapolitan
Komisi B DPRD DKI Minta Pemprov DKI Tak Asal Batasi Kendaraan, Transportasi Publik Harus Membaik

Komisi B DPRD DKI Minta Pemprov DKI Tak Asal Batasi Kendaraan, Transportasi Publik Harus Membaik

Megapolitan
Politisi PAN dan Golkar Bogor Bertemu, Persiapkan Koalisi untuk Pilkada 2024

Politisi PAN dan Golkar Bogor Bertemu, Persiapkan Koalisi untuk Pilkada 2024

Megapolitan
Nasib Tiktoker Galihloss Pelesetkan Kalimat Taawuz Berujung Terseret Kasus Penistaan Agama

Nasib Tiktoker Galihloss Pelesetkan Kalimat Taawuz Berujung Terseret Kasus Penistaan Agama

Megapolitan
Teganya Agusmita yang Tinggalkan Kekasihnya Saat Sedang Aborsi di Kelapa Gading, Akhirnya Tewas karena Pendarahan

Teganya Agusmita yang Tinggalkan Kekasihnya Saat Sedang Aborsi di Kelapa Gading, Akhirnya Tewas karena Pendarahan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com