Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kesemrawutan Pasar Tanah Abang yang Tak Juga Terurai

Kompas.com - 15/05/2017, 17:33 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kawasan Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat kini terpantau sangat kumuh dan semrawut. Para pedagang kaki lima tampak tumpah ruah menggelar lapak-lapak dagangannya dari mulai pakaian, buah, hingga makanan dan minuman di atas trotoar.

Kondisi ini tak ayal menyulitkan para pejalan kaki yang hendak melintas. Pemandangan itulah yang tampak saat Kompas.com datang ke kawasan tersebut pada Senin (15/5/2017) siang.

Kondisi Pasar Tanah Abang yang kumuh dan semrawut sudah terlihat di trotoar sepanjang depan Stasiun Tanah Abang. Terpantau hampir seluruh trotoar di titik tersebut dipenuhi PKL.

Keberadaan petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) tak membuat kondisi lebih baik. Mereka terlihat hanya duduk-duduk sambil mengobrol antar sesamanya.

Hanya ruas trotoar di tempat para petugas Satpol PP duduk-duduk yang terlihat steril dari PKL. Namun, beberapa meter setelahnya, lapak-lapak PKL kembali digelar memenuhi trotoar. Kondisi serupa berlanjut pada trotoar di Jalan Kebon Jati.

KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULUNG Suasana pedagang kaki lima (PKL) berjualan di sepanjang trotoar di kawasan Pasar Tanah Abang, Jakarta, Rabu (17/5/2017). Penertiban dilakukan setiap hari menyusul mulai banyaknya PKL yang berjualan di trotoar dan jalan kawasan Pasar Tanah Abang.
Terpantau hampir seluruh ruas trotoar, tepatnya dari pertigaan arah Jalan KS Tubun hingga sekitar Blok A seluruhnya diduduki PKL. Kemacetan lalu lintas ditambah dengan teriknya cuaca menambah kondisi tak nyaman bagi siapapun yang melintas.

Seorang PKL yang menjajakan pakaian di trotoar, Ridwan (37), mengaku sebagai pedagang musiman. Ia mengaku hanya berdagang menjelang bulan ramadhan.

"Kalau lagi enggak puasa enggak di sini," ujar pria yang mengaku belum punya KTP DKI Jakarta ini.

Baca: "Tanah Abang Ini Ikon Indonesia, Jangan Dibikin Semrawut"

Saat ditemui, Kasatgas Pol PP Kecamatan Tanah Abang Aries Cahyadi mengatakan, operasi penertiban PKL di Pasar Tanah Abang melibatkan gabungan petugas, baik dari tingkat kecamatan, kota, hingga Kecamatan Tanah Abang sendiri.

KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULUNG Suasana pedagang kaki lima (PKL) berjualan di sepanjang trotoar di kawasan Pasar Tanah Abang, Jakarta, Rabu (17/5/2017). Penertiban dilakukan setiap hari menyusul mulai banyaknya PKL yang berjualan di trotoar dan jalan kawasan Pasar Tanah Abang.
Menurut Aries, seluruh petugas sudah dibagi menjadi kelompok-kelompok yang bertabggung jawab terhadap titik yang dijaganya.

"Jadi harus bertanggung jawab di setiap titik floating-nya. Kayak di sini sudah steril," ujar Aries sambil menunjukan trotoar tempat ia berdiri yang memang steril dari PKL.

Aries menyebut kesulitan yang mereka alami dalam menertibkan PKL di Pasar Tanah Abang adalah acapkali PKL kembali lagi menggelar lapak dagangannya setelah diperingatkan untuk pergi.

"Pasca penertiban harusnya dijaga. Setiap setengah jam mencegah dia kembali," ujar Aries.

Baca: "Di Tanah Abang Enggak Bisa Sembarangan, Bisa-bisa Kita Dibunuh"

Kompas TV Pedagang Panik Saat Razia PKL di Tanah Abang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Megapolitan
NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

Megapolitan
Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Megapolitan
Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

Megapolitan
Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Megapolitan
Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibuang 'Pelanggannya' di Kali Bekasi

Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibuang "Pelanggannya" di Kali Bekasi

Megapolitan
Penemuan Mayat Perempuan di Cikarang, Saksi: Mau Ambil Sampah Ada Koper Mencurigakan

Penemuan Mayat Perempuan di Cikarang, Saksi: Mau Ambil Sampah Ada Koper Mencurigakan

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Sempat Minta Tolong untuk Gotong Kardus AC

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Sempat Minta Tolong untuk Gotong Kardus AC

Megapolitan
Sedang Berpatroli, Polisi Gagalkan Aksi Pencurian Sepeda Motor di Tambora

Sedang Berpatroli, Polisi Gagalkan Aksi Pencurian Sepeda Motor di Tambora

Megapolitan
Terdengar Gemuruh Mirip Ledakan Bom Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Terdengar Gemuruh Mirip Ledakan Bom Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
Beredar Video Sopir Truk Dimintai Rp 200.000 Saat Lewat Jalan Kapuk Muara, Polisi Tindak Lanjuti

Beredar Video Sopir Truk Dimintai Rp 200.000 Saat Lewat Jalan Kapuk Muara, Polisi Tindak Lanjuti

Megapolitan
Maju Pilkada Bogor 2024, Jenal Mutaqin Ingin Tuntaskan Keluhan Masyarakat

Maju Pilkada Bogor 2024, Jenal Mutaqin Ingin Tuntaskan Keluhan Masyarakat

Megapolitan
Kemendagri Nonaktifkan 40.000 NIK Warga Jakarta yang Sudah Wafat

Kemendagri Nonaktifkan 40.000 NIK Warga Jakarta yang Sudah Wafat

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com