JAKARTA, KOMPAS.com- Salah satu legenda bulu tangkis Indonesia, Hariyanto Arbi membacakan puisi yang dibuatnya saat acara "Malam 1000 Cahaya" di Makam Mbah Priok, Jakarta Utara, Sabtu (20/5/2017) malam.
Puisi itu dibuat Hari, sapaan akrabnya, untuk memaknai Hari Kebangkitan Nasional. Latar belakang puisi Hari bercerita saat ia dan sejumlah pebulu tangkis lainnya sedang berlaga di Hongkong, untuk merebut Piala Thomas tahun 1998.
Namun, saat itu juga terjadi kerusuhan di Jakarta untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Soeharto.
Baca: Acara Malam 1000 Cahaya untuk Menjaga Rasa Kebersamaan
Hari menggambarkan kesusahan hatinya ketika harus mengharumkan nama Indonesia dan harus pula memikirkan keluarganya yang tinggal di Jakarta saat kerusuhan berlangsung.
Juara dunia tahun 1995 di Lausanne, Swiss itu mengatakan, isu SARA kian mencekam saat itu membuat dirinya khawatir dengan keselamatan keluarganya.
Namun, meski hal itu sempat membuat fokusnya terbelah, Hari dan pebulu tangkis lainnya tak patah semangat.
Hari menceritakan, ia dan pebulu tangkis lainnya saling menguatkan dengan cara masing-masing walapun mereka dari asal, agama, atau suku yang berbeda.
Akhirnya, berkat perjuangan dan kerja keras, Hari dan kawan-kawan berhasil mengharumkan Indonesia dengan membawa pulang Piala Thomas.
Berikut puisi yang dibacakan oleh Hari:
Kami juara karena kami berbeda
Saya adalah warga negara Indonesia yang cinta NKRI
Dengan keringat dan air mata kami berbakti
Tidak terhitung kami berjuang mengharumkan negeri
Kami bersenjatakan raket dan keteguhan hati
Piala Thomas adalah bukti
Tahun 1998 kami harus berjuang di luar negeri
Hongkong menjadi saksi
Kami bertarung saat bumi pertiwi bersusah hati
Kerusuhan SARA membara dan membakar Jakarta
Kami berlaga di mancanegara dengan hati duka
Duka lara nestapa sekaligus kecewa
Konsentrasi kami terbagi tak tahu nasib keluarga dan sanak saudara
Di mancanegara kami terus ditanya 'kuli tinta'
mengapa kami tetap setia membela lambang garuda di dada?
Mengapa kami mau tampil habis-habisan menjaga tegaknya Indonesia?
Ya, kenapa semangat dan cinta kami tidak sirna
Sementara saudara di Jakarta menjadi sasaran murka
Kerusuhan SARA benar-benar menjadi derita
Tetapi, demi berkibarnya merah putih kami tetap bertarung bak singa
Tim bulu tangkis Indonesia memang berbeda-beda dan berwarna