Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Tim Anies-Sandi Duetkan KJP Plus dan KIP, "Review" Pergub Ahok

Kompas.com - 24/05/2017, 08:10 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur dan wakil gubernur terpilih DKI Jakarta, Anies Baswedan-Sandiaga Uno, ingin agar warga Jakarta bisa menerima manfaat Kartu Jakarta Pintar (KJP) Plus dan juga Kartu Indonesia Pintar (KIP).

Saat masa kampanye, Anies pernah menyindir Gubernur non-aktif DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang menolak menerima KIP di Jakarta. Ketika itu, Basuki atau Ahok beralasan bahwa KIP tidak dibuat untuk anak-anak Jakarta.

Ahok menerapkan asas keadilan dalam pembagian KIP dan KJP. Menurut dia, siswa asal Jakarta tidak perlu menerima KIP. Sebab, siswa Jakarta sudah terpenuhi kebutuhan pendidikannya melalui dana yang ada di dalam KJP.

Ahok berpendapat, lebih baik anggaran KIP yang dialokasikan bagi siswa Jakarta dialihkan untuk siswa di daerah lain yang lebih membutuhkan.

Setelah berhasil menang dalam pilkada, upaya untuk menerima KIP di Jakarta pun mulai dilakukan Anies-Sandi melalui tim sinkronisasi mereka. Tim sinkronisasi mulai berbicara kepada Pemprov DKI Jakarta terkait peluang penerimaan KIP itu.

Bagaimana caranya?

Anggota tim sinkronisasi, Edriana Noerdin, mengatakan masalah utama yang membuat DKI Jakarta tidak bisa menerima KIP adalah adanya Peraturan Gubernur nomor 174 tahun 2015 tentang Bantuan Biaya Operasional Pendidikan Bagi Peserta Didik dari Keluarga Tidak Mampu Melalui Kartu Jakarta Pintar. Edriana mengatakan Anies-Sandi akan mengubah pergub itu.

"Kita ingin me-review itu bahwa kita sebenarnya juga ingin Jakarta menerima KIP," ujar Edriana di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Selasa (23/5/2017).

Selain itu, ada juga peraturan tentang pemanfaatan KJP yang dilarang tarik tunai. Edriana mengatakan, semua aturan itu akan ditinjau ulang dan diganti dengan peraturan baru berbentuk pergub.

Baca: KJP Plus Tak Dimasukkan ke APBD-P 2017, Anies Akan Bicara dengan Ahok

Kata Edriana, saat ini penerima KJP ada sebanyak 600.000 hingga 700.000 siswa sedangkan penerima KIP ada sekitar 216.000. Penerima KIP di Jakarta biasanya adalah warga non-DKI yang bersekolah di Jakarta.

Setelah mengubah aturan, Anies-Sandi akan melakukan sinkronisasi data penerima KJP dan KIP itu.

"Jadi nanti dua-duanya (KJP Plus dan KIP) bisa dapat. Kita akan me-review kebijakannya," ujar Edriana.

Masalah "double budget"

Salah satu alasan Ahok tidak menerima KIP adalah khawatir ada double budget. Namun, Edriana menilai hal itu bukan bentuk double anggaran karena kegunaan KJP Plus dan KIP berbeda.

"Jadi KIP kegunaannya juga bisa dipakai untuk hal yang berbeda dengan KJP. Kalau kemarin dikatakan double budget ya enggak, karena peruntukannya berbeda," ujar Edriana.

Namun, Edriana tidak menyebut letak perbedaan pemanfaatan KJP dan KIP. Berdasarkan penjelasan dari situs www.kjp.jakarta.go.id, dana KJP hanya bisa digunakan untuk toko perlengkapan pendidikan dengan mesin EDC. Dana KJP tidak bisa ditarik tunai di bank ataupun ATM.

Dana KJP yang belum terpakai tidak akan hangus dan menjadi tabungan siswa. Selain untuk membeli kebutuhan sekolah, KJP juga bisa digunakan untuk membeli daging. SPP sekolah juga tidak perlu dibayar lagi karena langsung ditransfer dari pemerintah ke rekening sekolah.

Bagaimana dengan penggunaan KIP?

Berdasarkan situs www.indonesiapintar.kemdikbud.go.id, dana KIP juga digunakan untuk membantu biaya pribadi siswa seperti membeli perlengkapan sekolah. Dana KIP juga bisa digunakan sebagai uang saku dan biaya transportasi untuk siswa. Bisa juga untuk biaya praktik tambahan dan biaya ujian kompetensi.

Menurut Edriana, penggunaan KJP dan KIP berbeda sehingga tidak terjadi double budget. Edriana menegaskan, mereka akan mengevaluasi lagi aturan yang selama ini ada sehingga penerima KJP Plus nantinya juga bisa mendapatkan KIP.

"Kita me-review kebijakan yang selama ini melarang. Karena harus ada cantolan kebijakannya," ujar Edriana.

Kompas TV Memasuki putaran kedua Pilkada DKI Jakarta, pasangan calon nomor urut tiga, Anies Baswedan-Sandiaga Uno, kembali mendapatkan kekuatan baru,
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Polisi Masih Dalami Motif Oknum Sopir Grab Culik dan Peras Penumpang

Polisi Masih Dalami Motif Oknum Sopir Grab Culik dan Peras Penumpang

Megapolitan
Momen Peserta Sanlat Ekspresi Baznas Diminta “Push Up” Karena Ketiduran saat Ada Seminar

Momen Peserta Sanlat Ekspresi Baznas Diminta “Push Up” Karena Ketiduran saat Ada Seminar

Megapolitan
Polisi Amankan 1 Mobil sebagai Barang Bukti Kasus Pemerasan yang Dilakukan Sopir Grab

Polisi Amankan 1 Mobil sebagai Barang Bukti Kasus Pemerasan yang Dilakukan Sopir Grab

Megapolitan
Jadwal Buka Puasa di Tangerang Hari Ini, 29 Maret 2024

Jadwal Buka Puasa di Tangerang Hari Ini, 29 Maret 2024

Megapolitan
Jadwal Buka Puasa di Depok Hari Ini, Jumat 29 Maret 2024

Jadwal Buka Puasa di Depok Hari Ini, Jumat 29 Maret 2024

Megapolitan
Seorang Ibu Diduga Menipu, Jual Cerita Anak Sakit lalu Minta Uang Rp 300.000

Seorang Ibu Diduga Menipu, Jual Cerita Anak Sakit lalu Minta Uang Rp 300.000

Megapolitan
Polisi Tangkap Sopir Grab yang Culik dan Peras Penumpangnya Rp 100 Juta

Polisi Tangkap Sopir Grab yang Culik dan Peras Penumpangnya Rp 100 Juta

Megapolitan
Wanita Tewas Bersimbah Darah di Bogor, Korban Terkapar dan Ditutup Selimut

Wanita Tewas Bersimbah Darah di Bogor, Korban Terkapar dan Ditutup Selimut

Megapolitan
Ada Obeng di TKP, Diduga Jadi Alat Suami Bunuh Istri di Bogor

Ada Obeng di TKP, Diduga Jadi Alat Suami Bunuh Istri di Bogor

Megapolitan
Jadwal Buka Puasa di Kota Bekasi Hari Ini, Jumat, 29 Maret 2024

Jadwal Buka Puasa di Kota Bekasi Hari Ini, Jumat, 29 Maret 2024

Megapolitan
Diduga Korban Pelecehan Seksual oleh Eks Ketua DPD PSI Jakbar Mengaku Diintimidasi agar Tak Lapor Polisi

Diduga Korban Pelecehan Seksual oleh Eks Ketua DPD PSI Jakbar Mengaku Diintimidasi agar Tak Lapor Polisi

Megapolitan
Wanita Tewas Dibunuh Suaminya di Bogor, Pelaku Dilaporkan Ayah Kandung ke Polisi

Wanita Tewas Dibunuh Suaminya di Bogor, Pelaku Dilaporkan Ayah Kandung ke Polisi

Megapolitan
Latihan Selama 3 Bulan, OMK Katedral Jakarta Sukses Gelar Visualisasi Jalan Salib pada Perayaan Jumat Agung

Latihan Selama 3 Bulan, OMK Katedral Jakarta Sukses Gelar Visualisasi Jalan Salib pada Perayaan Jumat Agung

Megapolitan
Gelar Pesantren Kilat di Kapal Perang, Baznas RI Ajak Siswa SMA Punya Hobi Berzakat

Gelar Pesantren Kilat di Kapal Perang, Baznas RI Ajak Siswa SMA Punya Hobi Berzakat

Megapolitan
Cerita Ridwan 'Menyulap' Pelepah Pisang Kering Menjadi Kerajinan Tangan Bernilai Ekonomi

Cerita Ridwan "Menyulap" Pelepah Pisang Kering Menjadi Kerajinan Tangan Bernilai Ekonomi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com