Von Essen
Gedung tersebut dibangun pada 1911 dan selesai tahun 1914 berdasarkan rancangan arsitek Hein von Essen. Direktur Eksekutif Pusat Dokumentasi Arsitektur Indonesia Nadia Purwestri mengatakan, Von Essen kala itu bekerja di Departement van Burgerlijke Openbare Werken (Departemen Pekerjaan Umum) sebagai arsitek bangunan negara.
Von Essen adalah bagian dari arsitek-arsitek profesional yang mendapatkan pendidikan arsitektur formal di Belanda. Mereka mulai berdatangan ke Hindia Belanda memasuki abad ke-20. Mereka membawa ide seni dan arsitektur baru dari Eropa, yang terlihat pada gedung Lembaga Eijkman.
Mengutip rekan Nadia, dosen Departemen Arsitektur Universitas Indonesia, M Nanda Widyarta, gedung Lembaga Eijkman berlanggam Nieuwkunst, gaya arsitektur yang berkembang pada pergantian abad ke-19 ke abad ke-20. Nieuwkunst berkembang di Belanda bersamaan dengan langgam Art Noveau di Perancis dan Jugendstil di Jerman. Ketiganya merupakan eksperimen untuk mempertahankan kekhasan karya seni tanpa menafikan kondisi yang sudah terbentuk di Eropa Barat setelah dimulainya industrialisasi.
Von Essen juga merancang gedung School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA), cikal bakal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. "Laboratorium dan gedung STOVIA yang dirancang Von Essen bersama bangunan rumah sakit membentuk sebuah kompleks kesehatan yang sangat luas di Weltevreden," ujar Nadia.
Rumah sakit yang dimaksud adalah Centrale Burgerlijke Ziekenhuis yang berdiri tahun 1919 dan sekarang beroperasi dengan nama Rumah Sakit Umum Pusat Dr Cipto Mangunkusumo. Adapun Weltevreden merujuk pada area di Jakarta Pusat yang antara lain mencakup Lapangan Banteng, Monas, Menteng, dan Cikini.
Berbagai penelitian berharga bagi ilmu pengetahuan sekaligus bagi dunia kesehatan terus dihasilkan, peneliti Laboratorium Kedokteran. SL Brug yang menjadi direktur lembaga itu kurun 1924-1932, misalnya, memberi sumbangan keilmuan lewat pengembangan pengontrolan spesies nyamuk guna memerangi malaria. Ia, pada 1927, menemukan Brugia malayi, cacing gilig yang juga salah satu penyebab filariasis limfatik (kaki gajah).
Contoh sumbangan lainnya, peneliti Eijkman, WK Mertens (tahun 1935 jadi direktur) dan AG van Veen, menemukan kaitan antara keracunan bongkrek di Banyumas, Jawa Tengah, dan mikroba Burkholderia cocovenenans. Tujuh tahun setelah wafatnya Eijkman, bertepatan dengan ulang tahun ke-50 Laboratorium Kedokteran Batavia, 15 Januari 1938, lembaga itu berganti nama menjadi Eijkman Instituut (Institut Eijkman).