Mantan dalang
Sebelum menggeluti dagangan ini, Nur Khalik dikenal sebagai dalang selama 37 tahun. Nur Khalik terpaksa berhenti menjadi dalang ketika giginya satu per satu tanggal dan bicaranya mulai tidak jelas.
Nur Khalik menolak tawaran gigi palsu dari para mahasiswa kedokteran UIN.
"Gak pengin gua ganti-ganti gigi, Tuhan udah ambil semua, masalah gak bisa makan enak gua juga tahu, makanya makan yang kita kuat aja," ungkap dia.
Nur Khalid masih ingat masa kecilnya puluhan tahun lalu ketika masih ada penjajah di Tanah Air. Nur Khalik mondok dan mengenyam pendidikan di pesantren.
Dulu, dia bahkan hanya bisa menulis dan membaca aksara Arab. Sekolah, kata Nur Khalik, hanya untuk orang yang sangat kaya di zamannya.
"HBS (Hoogere Burgerschool) tuh dulu nama sekolahnya, enggak kaya sekarang, di rumah sekolahnya, kalau orang setengah kaya enggak mampu sekolahin anak," kata Nur Khalik.
Masa muda Nur Khalik dihabiskan dengan bertani dan mendalang. Dari pekerjaan itu, dia bisa membeli rumah, memiliki sepetak sawah, dan menikahkan 10 anaknya.
Lalu, untuk apa Nur Khalik masih berdagang keliling di Ciputat? Ia tak ingin kaya berlimpah rezeki, hanya ada lima perkara yang menurutnya penting.
"Satu, aki-aki ini udah tua, ibarat matahari ini udah lewat ashar mau maghrib, pengin hidupnya tenang," ungkap Nur Khalik.
"Dua, pengin aki-aki ini bahagiain bini jangan sampai nemu keributan soal rumah tangga, banyak yang ribut karena kekurangan. Tiga, supaya bisa menolong orang yang kesusahan dan kesulitan. Keempat, ya Allah supaya saya bisa menyantuni fakir miskin dan anak yatim setiap lebaran, kelima, ya Allah supaya begitu dipanggil masih ada sisanya untuk wakafin masjid," ucap dia lagi.
Uang jerih payah yang dia dapatkan ini selalu diberikan kepada istrinya di kampung untuk biaya berobat diabetes. Tiap lebaran, Nur Khalik juga menabung agar bisa menyantuni anak-anak sebagai bentuk dia bersyukur.
"Ini rezeki dari mana sih? Dari Allah, engkong wajib bagi-bagi," katanya.