JAKARTA, KOMPAS.com - Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) mengusulkan agar Stasiun Gambir difungsikan kembali untuk layanan kereta rel listrik (KRL) commuter line.
Usulan ini dilatarbelakangi tingginya angka penumpang KRL yang seharusnya turun di stasiun tersebut.
Menurut MTI, tidak diperbolehkannya penumpang KRL turun di Stasiun Gambir membuat mereka terpaksa turun di Stasiun Juanda atau Gondangdia.
Padahal, jarak kedua stasiun tersebut dengan Gambir relatif cukup jauh jika ditempuh dengan berjalan kaki.
"Saya mengamati yang turun di Juanda dan Gondangdia. Angkanya tinggi sekali. Ternyata yang harus turun di Gambir itu gede banget," kata Presidium MTI Muslich Zainal Asikin dalam acara diskusi bertema "Kemacetan Sehubungan dengan Konstruksi Infrastruktur Transportasi" di Jakarta, Rabu (14/6/2017).
(Baca juga: Arus Balik Libur Natal di Stasiun Gambir mulai 26 Desember Sore)
Selain mempersulit penumpang KRL, kata Muslich, tidak difungsikannya Stasiun Gambir untuk layanan KRL commuter line ini mempersulit penumpang kereta jarak jauh yang ingin melanjutkan perjalanan dengan KRL.
Menurut Muslich, banyak penumpang kereta jarak jauh yang mengeluh karena harus ke Stasiun Juanda atau Gondangdia untuk melanjutkan perjalanan dengan KRL.
Muslich menyebut keluhan serupa juga disampaikan wisatawan mancanegara. "Masa bawa koper gendong-gendong terus naik ojek turun di Gondangdia. Kayak wong edan. Sementara keretanya lewat Gambir. Malu, ketemu orang-orang asing malu. Ini orang Indonesia gendeng apa ya," ujar Muslich.
Stasiun Gambir sebenarnya masuk dalam daftar stasiun yang dilintasi KRL commuter line. Stasiun ini berada dalam jalur layang yang menghubungkan Stasiun Manggarai dan Stasiun Jakarta Kota.
Namun, sejak pertengahan 2012, Stasiun Gambir tidak lagi difungsikan untuk tempat kedatangan dan pemberangkatan KRL. Kereta hanya melintas di stasiun tersebut tanpa berhenti.
(Baca juga: Selama Libur, Penumpang KA yang Turun di DIY-Jateng 29.000 Per Hari)
Menurut Muslich, kebijakan itu diberlakukan PT Kereta Api Indonesia untuk mencegah bercampurnya penumpang KRL dengan penumpang kereta jarak jauh.
Padahal, kata Muslich, ketakutan itu bisa dicegah dengan memisahkan jalur kedatangan dan pemberangkatan kereta jarak jauh dengan KRL.
"Ngapain ketakutan akan keamanan terus mengorbankan puluhan ribu orang setiap hari," ujar dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.