Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Potret Toleransi dari Masjid Tertua di Tangerang

Kompas.com - 16/06/2017, 06:31 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Penulis

TANGERANG, KOMPAS.com - Bila sekilas melihat Masjid Jami Kalipasir di Jalan Kalipasir Indah, Kota Tangerang, seperti tidak ada yang istimewa.

Masjid yang dibangun sejak abad ke-16 itu masih tegak berdiri, berikut dengan makam-makam yang ada di depan kompleks masjid.

Namun, bila menengok lagi jauh ke belakang, masjid ini menyimpan banyak cerita dan teladan yang relevan untuk diikuti oleh warga masa kini.

Tidak cuma mengenai sejarah syiar Islam di Tangerang, tetapi juga saksi bisu toleransi antarumat beragama yang telah terjadi secara turun-temurun.

Salah satu marbot Masjid Jami Kalipasir, Erik, menceritakan bagaimana hubungan umat Islam di masjid ini yang tetap erat dengan warga di sekitar yang sebagian besar merupakan keturunan Tionghoa.

Tidak sampai 100 meter dari masjid tersebut, ada bangunan bersejarah lainnya, yakni Vihara Boen Tek Bio yang umurnya pun tak kalah tua.

"Kalau bicara toleransi, kami sudah melakukan itu dari jauh-jauh hari," kata Erik ketika ditemui Kompas.com pada Kamis (15/6/2017) siang.

Tampak bangunan Masjid Jami Kalipasir, masjid tertua di Kota Tangerang, Kamis (15/6/2017). Masjid ini telah berdiri sejak abad ke-17 dan kini dilestarikan sebagai cagar budaya oleh Dinas Pariwisata setempat.KOMPAS.com / ANDRI DONNAL PUTERA Tampak bangunan Masjid Jami Kalipasir, masjid tertua di Kota Tangerang, Kamis (15/6/2017). Masjid ini telah berdiri sejak abad ke-17 dan kini dilestarikan sebagai cagar budaya oleh Dinas Pariwisata setempat.
Posisi Masjid Jami Kalipasir diapit permukiman penduduk di sekelilingnya. Akses menuju masjid ini bisa dari jalan besar samping Sungai Cisadane, yakni Jalan Kalipasir Indah, atau melalui jalan kecil dari arah Pasar Lama maupun Vihara Boen Tek Bio.

Erik berkisah, hampir setiap tahun, pada perayaan hari raya agama masing-masing, suasana toleransi kental terasa.

Seperti saat umat Islam merayakan Hari Raya Idul Fitri atau Idul Adha, warga sekitar sampai pengurus Vihara Boen Tek Bio ikut membantu kelancaran acara, salah satunya dengan turut mengawasi keamanan setempat.

Sebaliknya, ketika ada Hari Raya Waisak dan perayaan besar lainnya di Vihara Boen Tek Bio, umat dan pengurus Masjid Jami Kalipasir bergantian menjaga keamanan dan membantu mengatur parkir kendaraan serta kelancaran arus lalu lintas.

(Baca juga: Berdampingan 45 Tahun, Gereja dan Masjid Ini Saling Menjaga Toleransi)

Hubungan simbiosis mutualisme ini terjadi begitu saja tanpa ada tuntutan apa pun dari masing-masing pihak alias dilakukan secara sukarela.

Tidak hanya sesama umat beragama, pengurus masjid dan vihara pun kerap menggelar acara bersama.

Acara itu dijadikan ajang diskusi dan silaturahim, mempererat hubungan antara satu dengan yang lain.

Memelihara sejarah dan toleransi

Menurut Erik, toleransi antarumat beragama harus terus dijaga, terlebih di kala situasi politik yang sempat memanas beberapa waktu lalu.

Meski politik identitas bergejolak di Jakarta dan beberapa daerah lain ikut terpengaruh, Erik bersyukur karena gejolak yang sama tidak terjadi di lingkungannya.

"Kami dari pengurus masjid tidak ikut Aksi Bela Islam yang kemarin diadakan. Tidak perlu, menurut kami. Dan kondisi di sini juga aman-aman saja, karena kuncinya saling menghargai dan menghormati," tutur Erik.

Tampak bangunan Masjid Jami Kalipasir, masjid tertua di Kota Tangerang, Kamis (15/6/2017). Masjid ini telah berdiri sejak abad ke-17 dan kini dilestarikan sebagai cagar budaya oleh Dinas Pariwisata setempat.KOMPAS.com / ANDRI DONNAL PUTERA Tampak bangunan Masjid Jami Kalipasir, masjid tertua di Kota Tangerang, Kamis (15/6/2017). Masjid ini telah berdiri sejak abad ke-17 dan kini dilestarikan sebagai cagar budaya oleh Dinas Pariwisata setempat.
Budaya saling menghargai dan menghormati ini merupakan warisan para pendahulu di Masjid Jami Kalipasir.

Bahkan, dari segi bangunan, nampak dengan jelas akulturasi budaya antara agama Islam dengan budaya Tionghoa, yang kini dijadikan cagar budaya dan tetap dipertahankan.

Keunikan Masjid Jami Kalipasir, kata Erik, adalah menara masjid yang mirip dengan pagoda di Tiongkok.

Tidak jauh dari menara, juga ada hiasan lain di kubah masjid yang bentuknya menyerupai ornamen atap bangunan di vihara.

"Empat pilar di dalam masjid juga kami pertahankan, ini belum pernah diganti atau diperbaiki, makanya kelihatan retak-retaknya. Kami topang tiap pilar dengan penyangga besi," ujar Erik.

(Baca juga: Binar Toleransi di Mata Anak-anak Peserta Tur Wisata 5 Rumah Ibadah)

Ia menyampaikan, para pengurus saat ini menyusun kembali catatan sejarah masjid yang terdapat beberapa poin revisi.

Dari catatan sementara, tertera bangunan masjid didirikan oleh Tumenggung Pamit Wijaya dari kerajaan Kahuripan Bogor pada 11 Agustus 1615.

Kepengurusan masjid berikutnya diteruskan pada keturunan Tumenggung Pamit Wijaya, mulai dari anak, cucu, dan keturunan-keturunan setelahnya.

Selain bangunannya, area makam di depan masjid juga mengandung nilai sejarah karena terdapat makam para tokoh dan warga sekitar dari zaman masjid dibangun dulu, termasuk pejabat-pejabat terdahulu di Kabupaten Tangerang (sebelum pemekaran dan muncul Kota Tangerang). Ada sekitar ratusan makam di area depan masjid tersebut.

(Baca juga: Setiap Ramadhan, Pohon Kurma di Masjid Al-Barkah Bekasi Selalu Berbuah)


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Kelakar Heru Budi Saat Ditanya Dirinya Jadi Cagub DKI: Pak Arifin Satpol PP Juga Berpotensi...

Kelakar Heru Budi Saat Ditanya Dirinya Jadi Cagub DKI: Pak Arifin Satpol PP Juga Berpotensi...

Megapolitan
Keluarga Korban Pembacokan di Kampung Bahari Masih Begitu Emosi terhadap Pelaku

Keluarga Korban Pembacokan di Kampung Bahari Masih Begitu Emosi terhadap Pelaku

Megapolitan
Jadwal Buka Puasa di Kota Bogor Hari Ini, 28 Maret 2024

Jadwal Buka Puasa di Kota Bogor Hari Ini, 28 Maret 2024

Megapolitan
Aviary Park Bintaro: Harga Tiket Masuk dan Fasilitasnya

Aviary Park Bintaro: Harga Tiket Masuk dan Fasilitasnya

Megapolitan
Pengakuan Sopir Truk yang Bikin Kecelakaan Beruntun di GT Halim: Saya Dikerjain, Tali Gas Dicopotin

Pengakuan Sopir Truk yang Bikin Kecelakaan Beruntun di GT Halim: Saya Dikerjain, Tali Gas Dicopotin

Megapolitan
Berkas Rampung, Ammar Zoni Dilimpahkan ke Kejaksaan untuk Disidang

Berkas Rampung, Ammar Zoni Dilimpahkan ke Kejaksaan untuk Disidang

Megapolitan
Pengendara Motor Dimintai Uang agar Bisa Lewat Trotoar, Heru Budi: Sudah Ditindak

Pengendara Motor Dimintai Uang agar Bisa Lewat Trotoar, Heru Budi: Sudah Ditindak

Megapolitan
Jadi Tersangka, Sopir Truk 'Biang Kerok' Tabrakan di GT Halim Utama Sesumbar: Saya Beli Semua Mobilnya

Jadi Tersangka, Sopir Truk "Biang Kerok" Tabrakan di GT Halim Utama Sesumbar: Saya Beli Semua Mobilnya

Megapolitan
Jadwal Buka Puasa di Depok Hari Ini, Kamis 28 Maret 2024

Jadwal Buka Puasa di Depok Hari Ini, Kamis 28 Maret 2024

Megapolitan
Pemkot Bogor Relokasi 9 Rumah Warga Terdampak Longsor di Sempur ke Rumah Kontrakan

Pemkot Bogor Relokasi 9 Rumah Warga Terdampak Longsor di Sempur ke Rumah Kontrakan

Megapolitan
Wali Kota Bogor Diisukan Masuk Kabinet Prabowo-Gibran, Bima Arya: Itu Spekulasi

Wali Kota Bogor Diisukan Masuk Kabinet Prabowo-Gibran, Bima Arya: Itu Spekulasi

Megapolitan
Pelaku Pembacokan di Kampung Bahari Jalani Pemeriksaan dengan Tenang Usai Tewaskan Sepupu

Pelaku Pembacokan di Kampung Bahari Jalani Pemeriksaan dengan Tenang Usai Tewaskan Sepupu

Megapolitan
SPBU di Bekasi Tak Terlibat Kasus Bensin Dicampur Air, Polisi: Mereka Telah Ikuti Prosedur

SPBU di Bekasi Tak Terlibat Kasus Bensin Dicampur Air, Polisi: Mereka Telah Ikuti Prosedur

Megapolitan
Mayat Pria Ditemukan di Sungai Ciliwung, Tersangkut di Kolong Jembatan

Mayat Pria Ditemukan di Sungai Ciliwung, Tersangkut di Kolong Jembatan

Megapolitan
Sopir dan Kernet Tangki Jual Bensin ke Satpam SPBU, lalu Campur Pertalite dengan Air

Sopir dan Kernet Tangki Jual Bensin ke Satpam SPBU, lalu Campur Pertalite dengan Air

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com