Petugas: Bu, kendaaran umum jalan bawa penumpang kenapa harus bawa surat-surat, untuk kelayakan jalannya. Bagaimana dengan keselamatan penumpang?
Vidia: Selama ini fine-fine aja selama bertahun-tahun pakai ginian.
Petugas: Kalau fine-fine aja enggak ada masalah, nanti ketiba terjadi sesuatu baru ada masalah. Janganlah bu begitu.
Vidia: Bukan jangan lah Bu begitu, solusinya saya minta. Semua enggak ada kebijakan. Kalau Bapak kandangi ini enggak ada kebijakan Bapak mau saya harus ngeluarin uang dari Carolus kemari Rp 40 ribu sampai Manggarai. Saya harus berapa banyak mengeluarkan uang untuk transportasi. Seharusnya bapak hitung deh cuma Carolus sampai Manggarai.
Petugas: Iya semua sudah kami kasih solusi kok bu melalui koordinator.
Vidia: Kalau solusinya begitu enggak ada solusi namanya. Ya solusi berdampak ke masyarakat itu yang solusi. Kalau efeknya tidak ke masyarakat bukan solusi. Saya pikir pengambil kebijakan ini suka seenaknya.
Petugas: Seenaknya dari mana bu?
Vidia: Sekarang buktinya.
Petugas: Sudah beberapa kali kami kasih kesempatan.
Vidia: Bukan masalah kesempatan pak, kenapa ini masih ada karena masyarakat masih butuh. Kalau masyarakat enggak butuh mereka akan mati sendiri.
Petugas: Yang lain kan kami siapin melalui transjakarta melalui apa....
Vidia: Belum ada apa-apanya kalian sudah mengatakan itu. Sekarang udah ada jalur?
Petugas: Nanti kami buka ke sana bu, ibu tenang aja. Kalau ada apa-apa dengan ini, terbalik misalnya ngadunya ke mana?
Vidia: Ya sekarang enggak ada apa-apa kok.
Petugas: Sekarang enggak ada apa-apa, bertahun-tahun. Kan resiko keselamatannya bu. Apa pernah diuji kendaraan ini?