BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Aqua

Soal Sampah Jakarta, 3 Pasukan Turun Tangan

Kompas.com - 22/06/2017, 18:40 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

KOMPAS.com – Sampah! Ini merupakan salah satu masalah besar DKI Jakarta yang pada Kamis (22/6/2017) telah berusia 490 tahun. Tak cukup satu pasukan untuk mengurusi masalah ini.

Sayangnya, banyak orang seolah tutup mata, berasa sudah punya tertib pribadi soal sampah. Jangan-jangan, kita di antara yang tutup mata juga.

Paling bikin malas adalah lihat mobil mewah melintas, lalu wuzzzz.. ada tisu terbang setelah dilempar lewat jendela mobil itu. Lebih parah lagi kalau yang dilempar adalah seplastik sampah.

Malas juga lihatnya waktu ada unjuk rasa atau aksi publik di area terbuka yang pesertanya buang sampah sembarangan. Orang-orang piknik, nongkrong, gaul, hobi selfie, bahkan beribadah di area ini, sama saja ngeselinnya kalau juga hobi sembarangan buang sampah.

Lagi-lagi sampah tisu, pasti ada. Rombongannya, gelas atau botol minuman kelasan, dan plastik kresek bekas pembawa bekal.

(Baca juga: Indonesia Darurat Sampah)

Tidak kalah bikin malas, lihat sampah bertumpuk tidak pada tempatnya. Entah itu di pinggir jalan, lahan kosong, atau di sungai, sama-sama tidak enak dilihat.

Data per 2011 saja sudah menyebut, produksi sampah DKI mencapai lebih dari 5.000 ton per hari. Tak semuanya terangkut pula ke tempat pembuangan akhir.

Yang tidak banyak orang tahu, urusan bikin malas itu merepotkan banyak orang. Setidaknya ada tiga pasukan dari jajaran Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sampai turun tangan buat ini.

Salah seorang petugas pemeliharaan prasana dan sarana umum (P3SU) Kelurahan Jatinegara yang tengah membersihkan mobil pengangkut sampah di halaman Kantor Kelurahan Jatinegara, Cakung, Jakarta Timur, Senin (23/1/2017)KOMPAS.com/ALSADAD RUDI Salah seorang petugas pemeliharaan prasana dan sarana umum (P3SU) Kelurahan Jatinegara yang tengah membersihkan mobil pengangkut sampah di halaman Kantor Kelurahan Jatinegara, Cakung, Jakarta Timur, Senin (23/1/2017)

Mereka adalah “Pasukan Oranye”, “Pasukan Hijau”, dan “Pasukan Biru”. Pasukan pertama, Oranye, banyak orang pasti sering lihat, meski mungkin menganggapnya angin lalu.

Betul, Pasukan Oranye ini gampang dilihat di banyak tempat, dari pinggir jalan, tempat pembuangan sampah, lokasi-lokasi umum, sampai di jembatan-jembatan yang banyak sampah nyangkut.

Lalu, dua pasukan lain, apa hubungannya sama sampah?

Pasukan Hijau urusannya adalah pertamanan di DKI Jakarta. Nah, kalau demonstrasi di Bundaran HI, itu juga bisa jadi urusan mereka.

Personel Pasukan Hijau ini harus memastikan air mancur di bundaran tersebut tetap “mancur”. Sampah-sampah dari pelancong sesaat atau peserta aksi itu sangat mungkin bikin mampet pompa buat air mancur.

Satu lagi, Pasukan Biru. Mereka sebenarnya mengurusi masalah saluran air, dari got sampai kali. Mereka lah yang harus memastikan saluran itu bisa mengalir lancar.

Begitu aliran melambat, tugas Pasukan Biru buat memeriksa dan membersihkan saluran air ini. Bukan hal mengherankan bukan kalau yang kerap ditemukan sebagai penghambat aliran air adalah sampah?

Pasukan Biru dari Dinas Tata Air DKI mengangkat sampah yang menyumbat saluran air di Jalan DI Panjaitan dan menimbulkan genangan sore ini, Selasa (1/11/2016)Dok Dinas Tata Air DKI Jakarta Pasukan Biru dari Dinas Tata Air DKI mengangkat sampah yang menyumbat saluran air di Jalan DI Panjaitan dan menimbulkan genangan sore ini, Selasa (1/11/2016)

Masalah sampah memang kompleks dan jangka panjang. Tidak ada sistem yang mengatur dan mengajarkan masyarakat soal pemilahan dan penanganan sampah, adalah tantangan utama.

Kesadaran soal bahaya sampah, tak hanya untuk kondisi saat ini sehari-hari tetapi juga buat anak cucu pada masa depan, merupakan tantangan lain lagi.

Pasti banyak yang tidak tahu kalau sampah kresek dan plastik bisa jadi makanan ikan ketika telah hancur partikel berukuran nano, lalu ikan itu kita makan. Betul, plastik sangat susah hancur, yang itu pun cuma jadi remah-remah super kecil setelah waktu lama.

Soal sampah plastik di perut dan pencernaan ikan ini sudah ada risetnya, dilakukan antara lain oleh gabungan tim dari Universitas Hasanuddin dan University of California Davis.

(Baca juga: Waspada, Banyak Ikan Laut Terkontaminasi Sampah Plastik)

Karena wilayah DKI Jakarta juga punya laut, sampah laut jadi urusan juga buat kita orang Jakarta. Masalahnya, riset dari Jenna Jambeck dkk pada 2015 menempatkan Indonesia pada posisi kedua sebagai negara dengan sampah laut terbanyak di dunia.

Riset Jenna Jambeck dkk soal sampah lautDok jambeck.engr.uga.edu Riset Jenna Jambeck dkk soal sampah laut


Kesadaran mendaur ulang dan teknologi yang dibutuhkan untuk skala besar proses itu, jadi tantangan berikutnya soal penanganan sampah.

(Baca juga: Apa Mau, Anak Cucu Kita Tinggal di Atas "Fosil"?)

Namun, apa pun tantangan di dunia ini, termasuk urusan sampah, pada akhirnya penentu perubahan dan perbaikan haruslah dimulai dari diri sendiri. Iya, itu saya, Anda, dan kita.

Tenang, tiga pasukan itu tetap punya manfaat banyak buat menjaga Jakarta, kalaupun sampah sudah tertib terkelola. Toh ada jenis sampah yang memang butuh penanganan lanjutan atau khusus.

Lagi pula, akan selalu ada daun gugur untuk disapu dan dipungut, tak akan berkurang plankton dan biota air yang menghalangi saluran air, serta gerusan tanah terbawa ke saluran air, untuk jadi tanggung jawab para petugas ketiga pasukan ini.

(Simak juga: VIK Pasukan Penjaga Ibu Kota)


Terkini Lainnya

Sambut Pilkada DKI dan Jabar, PAN Prioritaskan Kadernya Maju di Pilkada 2024 Termasuk Zita Anjaini

Sambut Pilkada DKI dan Jabar, PAN Prioritaskan Kadernya Maju di Pilkada 2024 Termasuk Zita Anjaini

Megapolitan
Air di Rumahnya Mati, Warga Perumahan BSD Terpaksa Mengungsi ke Rumah Saudara

Air di Rumahnya Mati, Warga Perumahan BSD Terpaksa Mengungsi ke Rumah Saudara

Megapolitan
Pria Tewas di Kamar Kontrakan Depok, Diduga Sakit dan Depresi

Pria Tewas di Kamar Kontrakan Depok, Diduga Sakit dan Depresi

Megapolitan
Polisi Periksa Empat Saksi Terkait Kasus Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina

Polisi Periksa Empat Saksi Terkait Kasus Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina

Megapolitan
Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mangkir dari Panggilan Polisi

Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mangkir dari Panggilan Polisi

Megapolitan
Wanita Hamil Tewas di Kelapa Gading, Kekasih Menyesal dan Minta Maaf ke Keluarga Korban

Wanita Hamil Tewas di Kelapa Gading, Kekasih Menyesal dan Minta Maaf ke Keluarga Korban

Megapolitan
Terjerat Kasus Penistaan Agama, TikTokers Galihloss Terancam 6 Tahun Penjara

Terjerat Kasus Penistaan Agama, TikTokers Galihloss Terancam 6 Tahun Penjara

Megapolitan
Banyak Warga Jakarta Disebut Belum Terima Sertifikat Tanah dari PTSL

Banyak Warga Jakarta Disebut Belum Terima Sertifikat Tanah dari PTSL

Megapolitan
Heru Budi Minta Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel Terhadap Perekonomian Jakarta

Heru Budi Minta Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel Terhadap Perekonomian Jakarta

Megapolitan
Agusmita Terancam 15 Tahun Penjara karena Diduga Terlibat dalam Kematian Kekasihnya yang Sedang Hamil

Agusmita Terancam 15 Tahun Penjara karena Diduga Terlibat dalam Kematian Kekasihnya yang Sedang Hamil

Megapolitan
Begal Remaja di Bekasi Residivis, Terlibat Kasus Serupa Saat di Bawah Umur

Begal Remaja di Bekasi Residivis, Terlibat Kasus Serupa Saat di Bawah Umur

Megapolitan
Mayat Laki-laki dalam Kondisi Membengkak Ditemukan di Kamar Kontrakan Depok

Mayat Laki-laki dalam Kondisi Membengkak Ditemukan di Kamar Kontrakan Depok

Megapolitan
4 Anggota Polda Metro Jaya Terlibat Pesta Narkoba, Kompolnas: Atasan Para Pelaku Harus Diperiksa

4 Anggota Polda Metro Jaya Terlibat Pesta Narkoba, Kompolnas: Atasan Para Pelaku Harus Diperiksa

Megapolitan
Polisi Tangkap 3 Pelaku Sindikat Pencurian Motor di Tambora

Polisi Tangkap 3 Pelaku Sindikat Pencurian Motor di Tambora

Megapolitan
Dukcapil DKI Catat 1.038 Pendatang Baru ke Jakarta Usai Lebaran 2024

Dukcapil DKI Catat 1.038 Pendatang Baru ke Jakarta Usai Lebaran 2024

Megapolitan
komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com