JAKARTA, KOMPAS.com - Mengisi waktu libur Lebaran bersama keluarga tak melulu harus mengunjungi obyek wisata atau pusat perbelanjaan.
Selain bisa menghabiskan uang, tempat-tempat tersebut biasanya penuh sesak karena dipadati pengunjung.
Jika menginginkan alternatif tempat untuk menghabiskan waktu liburan, museum yang ada di Jakarta bisa jadi pilihan.
Museum Nasional atau yang sering disebut Museum Gajah salah satunya.
Museum Nasional terletak di Jalan Medan Merdeka Barat Nomor 12, Jakarta Pusat. Museum ini berada tak jauh dari Istana Negara dan Monumen Nasional (Monas).
Jika tak menggunakan kendaraan pribadi, Anda bisa menaiki bus Transjakarta untuk menuju Museum Nasional.
Harga tiket masuk ke Museum Nasional relatif murah. Harga tiket untuk orang dewasa Rp 5.000, sedangkan anak-anak Rp 2.000. Sedangkan wisatawan mancanegara harus membayar Rp 10.000.
Museum buka setiap hari, kecuali Senin. Jam operasional mulai pukul 08.30 hingga 17.00.
Mengintip koleksi museum
Museum Nasional terdiri dari dua bangunan, yakni Gedung A dan Gedung B. Total koleksi di kedua gedung mencapai lebih dari 150.000 koleksi.
Koleksi terdiri dari barang-barang sejarah dan prasejarah, koleksi tekstil, keramik, koleksi etnografi, mata uang hingga koleksi arkeologi.
Empat lantai di Gedung B, masing-masing terdiri dari tema manusia dan lingkungan, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta organisasi sosial dan pola permukiman.
Selain itu, ada juga tema khasanah emas dan keramik. Koleksi tematik yang ada di museum ini berusia ratusan bahkan ribuan tahun.
Beberapa koleksi seperti alat kemudi kapal, jangkar, kompas, dibuat pada abad ke-17 dan abad ke-19.
(Baca: Penumpang Transjakarta Saat Lebaran Ini Naik Dibanding Tahun Lalu)
Yang tidak kalah menarik adalah koleksi emas dan keramik.
Kepala Seksi Promosi Museum Nasional Oting Rudy Hidayat mengatakan, koleksi bertema ini menjadi salah satu magnet dan dan daya tarik pengunjung.
"Banyak pengunjung yang merasa kagum, orang zaman dulu ternyata sudah bisa membuat benda-benda seindah itu. Apalagi logam emas itu melambangkan kemegahan dan kemakmuran," ujar Oting saat ditemui di Museum Nasional, Kamis (30/6/2017).
Sebagian besar koleksi emas dan logam mulia tersebut berasal dari kerajaan-kerajaan yang tersebar di Nusantara.
Sebagian koleksi juga berasal dari hadiah yang disumbangkan kepada museum. Namun, ada juga koleksi yang dikembalikan oleh pemerintah kolonial Belanda. Barang-barang tersebut biasanya merupakan hasil ekspedisi militer terhadap kerajaan di Indonesia.
Salah satunya adalah perang Puputan di Bali, saat Kerajaan Buleleng melawan pasukan kolonial Belanda.
Beberapa senjata lapis emas milik Kerajaan Buleleng saat ini menjadi koleksi museum.
"Ketika kerajaan tertentu kalah perang, barangnya yang paling berharga biasanya diserahkan ke pihak Belanda, sebagai tanda kerajaan itu takluk oleh yang memenangkan peperangan," kata Oting.
(Baca: Cerita Mereka yang Baru Bisa Mudik Meski Lebaran Sudah Lewat...)
Mengapa harus ke museum? Peribahasa "tak kenal maka tak sayang" mungkin tepat bagi Anda yang belum pernah mengunjungi Museum Nasional.
Oting mengatakan, karena budaya Indonesia terlalu kaya, maka museum adalah miniatur yang dapa merepresentasikan budaya Indonesia.
Selain menjadi sumber informasi, menurut Oting, koleksi museum dari berbagai periode waktu tak jarang menjadi sumber inspirasi para pelaku di bidang industri kreatif.
Tak hanya itu, menurut Oting, dalam peradaban yang semakin maju, catatan sejarah yang tersusun rapi di museum akan menjadi suatu identitas bangsa.
Untuk itu, tidak ada salahnya menjadikan museum sebagai salah satu destinasi untuk mengisi liburan.
"Tidak mungkin kita bisa mencintai sesuatu kalau tidak lebih dulu melalui tahapan mengenal dan mengetahui," kata Oting.