Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sepenggal Cerita dari Seorang Pelaut...

Kompas.com - 01/07/2017, 14:30 WIB
Erwin Hutapea

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Sore itu cuaca cukup cerah di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta Utara. Terlihat jajaran kapal dengan beragam jenis dan warna sedang bersandar. Ada sejumlah anak buah kapal duduk sambil mengobrol di atas kapal-kapal itu.

Pelabuhan Sunda Kelapa berfungsi sebagai tempat berlabuhnya kapal barang sekaligus lokasi wisata bagi orang-orang yang ingin melihat suasana pelabuhan beserta kondisi kapal barang dari dekat.

Tampak pula para wisatawan lokal dan asing yang datang secara berkelompok. Ada yang mengajak anggota keluarganya, ada pula yang datang bersama teman-temannya. Mereka mendekati kapal-kapal tersebut, lalu sesekali mengambil foto bersama dengan latar belakang deretan kapal.

Di depan sebuah kapal, ada seorang pria sedang duduk bersama temannya sembari memandangi suasana pelabuhan beserta para pengunjung yang lalu lalang di hadapannya pada sore itu.

Pria itu bernama Usman. Usianya lebih kurang 50 tahun. Dia mengaku berasal dari tanah Bugis, Sulawesi Selatan. Saat dia berbicara, memang terdengar logatnya seperti orang yang berasal dari Sulawesi. Dia adalah seorang anak buah kapal dari suatu perusahaan pelayaran. Sudah tiga tahun dia bekerja sebagai pelaut di perusahaan itu.

“Ada tujuh orang (yang bekerja) termasuk saya di kapal ini,” ujar Usman sambil menunjuk kapal berwarna putih tempat dia bekerja, Jumat (30/6/2017) di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta Utara.

Para pelaut mendapat penghasilan dari gaji dan komisi. Dari melaut, kata Usman, pendapatannya cukup untuk hidup di Ibu Kota. Saat ini, dia menyewa rumah susun di Cakung, Jakarta Timur. Sebelumnya dia pernah tinggal di Muara Baru, Jakarta Utara. Namun, karena rumahnya digusur, dia memilih pindah ke rusun di Cakung tersebut.

“Saya digaji bulanan. Ada juga tambahan berupa bagi hasil kalau barang bawaan sudah sampai di tujuan. Lumayanlah buat biaya hidup dan sewa rumah,” ucap Usman.

ERWIN HUTAPEA/ KOMPAS.com Seorang anak buah kapal sedang menulis nama kapal tempat dia bekerja di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta Utara, Jumat (30/6/2017).

Kapal barang itu menggunakan mesin sebagai tenaga penggerak. Biasanya, barang bawaan yang diangkut adalah semen dari suatu perusahaan produsen semen di Bogor, Jawa Barat. Bobot muatannya bisa sampai 600 ton untuk sekali berlayar.

Barang itu dibawa ke Riau dengan waktu tempuh pelayaran selama tiga hari. Lalu ada proses bongkar muat di sana, juga sekitar tiga hari. Selain itu, kapal tersebut membawa barang-barang lain ke tujuan yang berbeda, misalnya Pontianak, Bangka, dan Batam.

“Kapal ini umurnya sudah sekitar 30 tahun. Kalau bersandar di sini sudah seminggu, malah kadang bisa sampai dua minggu,” tutur Usman.

Pemilik kapalnya itu adalah seorang pengusaha pelayaran yang mempunyai sembilan kapal. Lima kapal di antaranya sekarang sedang bersandar di Pelabuhan Sunda Kelapa, sedangkan empat lainnya sedang berlayar ke berbagai tujuan.

Usman menambahkan, kapal barang yang lain ada yang membawa tangki air, makanan kecil, dan serbuk kayu yang digunakan untuk peralatan rumah tangga dari suatu merek, misalnya meja, kursi, dan tempat tidur.

Anak buah kapal menghabiskan waktunya bekerja di kapal dan mengarungi lautan berhari-hari. Tidak jarang bahaya mengancamnya, misalnya saat angin kencang datang pada malam hari ketika berada di tengah laut.

Bagaimanapun juga, Usman menganggap itu sudah menjadi risiko pekerjaannya. Konsekuensi yang harus dia jalani sebagai seorang pelaut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pembatasan Kendaraan Dianggap Bisa Kurangi Macet Jakarta, Asalkan Transportasi Publik Baik

Pembatasan Kendaraan Dianggap Bisa Kurangi Macet Jakarta, Asalkan Transportasi Publik Baik

Megapolitan
Buang Pepaya karena Sepi Pembeli, Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Rugi Besar

Buang Pepaya karena Sepi Pembeli, Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Rugi Besar

Megapolitan
Gara-gara Sakit Hati, Seorang Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

Gara-gara Sakit Hati, Seorang Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

Megapolitan
Harga Pepaya di Pasar Induk Kramatjati Anjlok, Pedagang: Tombok Terus

Harga Pepaya di Pasar Induk Kramatjati Anjlok, Pedagang: Tombok Terus

Megapolitan
Pilkada Kota Bogor 2024, Golkar Prioritaskan Koalisi dengan Partai Pengusung Prabowo-Gibran

Pilkada Kota Bogor 2024, Golkar Prioritaskan Koalisi dengan Partai Pengusung Prabowo-Gibran

Megapolitan
Amankan Penetapan Presiden-Wakil Presiden 2024, Polda Metro Kerahkan 4.051 Personel Gabungan

Amankan Penetapan Presiden-Wakil Presiden 2024, Polda Metro Kerahkan 4.051 Personel Gabungan

Megapolitan
Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya karena Pembeli Belum Balik ke Jakarta

Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya karena Pembeli Belum Balik ke Jakarta

Megapolitan
Komisi B DPRD DKI Minta Pemprov DKI Tak Asal Batasi Kendaraan, Transportasi Publik Harus Membaik

Komisi B DPRD DKI Minta Pemprov DKI Tak Asal Batasi Kendaraan, Transportasi Publik Harus Membaik

Megapolitan
Politisi PAN dan Golkar Bogor Bertemu, Persiapkan Koalisi untuk Pilkada 2024

Politisi PAN dan Golkar Bogor Bertemu, Persiapkan Koalisi untuk Pilkada 2024

Megapolitan
Nasib Tiktoker Galihloss Pelesetkan Kalimat Taawuz Berujung Terseret Kasus Penistaan Agama

Nasib Tiktoker Galihloss Pelesetkan Kalimat Taawuz Berujung Terseret Kasus Penistaan Agama

Megapolitan
Teganya Agusmita yang Tinggalkan Kekasihnya Saat Sedang Aborsi di Kelapa Gading, Akhirnya Tewas karena Pendarahan

Teganya Agusmita yang Tinggalkan Kekasihnya Saat Sedang Aborsi di Kelapa Gading, Akhirnya Tewas karena Pendarahan

Megapolitan
Antisipasi Demo saat Penetapan Prabowo-Gibran di KPU, Warga Diimbau Cari Jalan Alternatif

Antisipasi Demo saat Penetapan Prabowo-Gibran di KPU, Warga Diimbau Cari Jalan Alternatif

Megapolitan
Pendapatan Meningkat 13 Persen, PT KCI Raup Rp 88 Miliar Selama Periode Lebaran 2024

Pendapatan Meningkat 13 Persen, PT KCI Raup Rp 88 Miliar Selama Periode Lebaran 2024

Megapolitan
Soal Penambahan Lift dan Eskalator di Stasiun Cakung, KCI Koordinasi dengan Kemenhub

Soal Penambahan Lift dan Eskalator di Stasiun Cakung, KCI Koordinasi dengan Kemenhub

Megapolitan
Pengurus PAN Sambangi Kantor Golkar Bogor, Sinyal Pasangan Dedie-Rusli pada Pilkada 2024?

Pengurus PAN Sambangi Kantor Golkar Bogor, Sinyal Pasangan Dedie-Rusli pada Pilkada 2024?

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com