JAKARTA, KOMPAS.com - Manajemen Grab Indonesia menyebut mayoritas pengunjuk rasa di depan kantornya pada Selasa (4/7/2017), bukanlah mitra pengemudinya. Mereka juga menganggap jumlah para pengunjuk rasa tidak lebih dari 200 orang.
"Kalau kita lihat dari yang hadir itu banyak yang bukan pengemudi atau yang sudah sekian lama konstibusinya dalam menggunakan apliaksi Grab tidak banyak lagi," kata Managing Director Grab Indonesia, Rizdki Kramadibrata di kantornya, Gedung Lippo Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (6/7/2017).
Aksi unjuk rasa di depan Kantor Grab diketahui dilatarbelakangi pengemudi yang di-suspend. Manajemen Grab menyebut para pengemudi tersebut adalah mereka yang ketahuan menggunakan "fake GPS".
Baca: Pengemudi Grab Ungkap Rekannya yang Gunakan Fake GPS atau Tuyul
Menurut Ridzki, penggunaan fake GPS merupakan pelanggaran kode etik. Karena tidak hanya merugikan pengemudi yang jujur, tapi juga penumpang karena harus mengunggu lebih lama saat melakukan pemesanan.
Rizdki menyatakan, larangan penggunaan fake GPS sudah kerap kali disosialisasikan manajemen Grab kepada pengemudi, baik melalui email rutin maupun kegiatan pelatihan.
Menurut Ridzki, suspend yang diberikan kepada pengemudi yang menggunakan fake GPS merupakan bagian dari upaya Grab mempertahankan kualitas pelayanan.
"Kualitas layanan dan keselamatan adalah prioritas Grab. Itu tidak bisa kita kompromikan. Karena itu adalah tujuan kami," ucap Rizdki.
Baca: Ini Sejumlah Tuntutan Pengemudi GrabCar kepada PT Grab Indonesia