Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keadilan bagi Guru Ngaji yang Diperkosa dan Buang Bayinya

Kompas.com - 28/07/2017, 10:10 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis

Sebab jika mereka tahu atau curiga hamil, BL tidak akan diterima kerja. Keterangan ini diperkuat oleh dokter kandungan yang mengatakan ketika hamil, dimungkinkan bahwa perempuan masih menstruasi dan tidak bertambah berat badannya.

Ini umumnya terjadi pada mereka yang hamil pertama kali, di usia sangat muda, atau terjadi gangguan dalam kehamilannya.

Meski sempat diperdebatkan penyebab bayi yang dilahirkan BL meninggal, hakim meyakini bahwa yang membuat bayi itu meninggal adalah sayatan pisau yang tak sengaja memotong leher bayi dan juga ikatan kantong plastik yang membuat bayi tak bisa selamat.

Tak seperti jaksa yang menuntut BL delapan tahun penjara karena tuduhan membunuh bayinya, hakim dalam pertimbangannya mengakui BL adalah korban perkosaan dan korban kemiskinan.

Setelah diperkosa, di usia yang sangat belia, ia harus bekerja membanting tulang, di mana seharusnya ia mendapat kasih sayang dan pendidikan.

"Anak melahirkan bayi yang tidak diduga sama sekali, dalam peristiwa yang dialaminya, ia mendapat tekanan batin dan trauma," ujar hakim.

"Air mata anak sering keluar, raut wajah tertekan, terlihat bahwa anak tipe anak dengan tingkah laku tidak menyimpang, sangat polos, anak yang pintar dan juara kelas dari hasil rapor, dan keadaan buruk di kampungnya diisi dengan mengajar anak SD membaca Qur'an. Anak mengalami kehamilan bukan karena hubungan yang dikehendaki," tutur hakim.

Atas dasar pertimbangan ini, hakim pun menolak tuntutan jaksa dan menjatuhi hukuman bimbingan di panti sosial sesuai rekomendasi Badan Pemasyarakatan (Bapas).

"BL, janji kepada diri sendiri untuk jadi orang yang sukses, berbakti pada orangtua. Buktikan itu, jadikan pengalaman ini berharga, jalani dengan baik," pesan hakim usai membacakan putusan.

Rini Handayani, Asisten Deputi Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak mengapresiasi vonis majelis hakim.

Menurutnya, ini merupakan terobosan bagi kasus hukum, dengan putusan yang sensitif terhadap kepentingan anak dan dalam pertimbangannya juga sangat cermat.

"Dan salah satu hakim, beliau telah mengikuti pelatihan sistem peradilan anak, jadi memang itu sangat bermanfaat," ujar Rini.

Rini mengatakan pihaknya terus berusaha mencegah terjadinya masalah ini dengan menerapkan perlindungan terpadu berbasis masyarakat.

BL dan anak lainnya dianggap masih polos dan butuh bimbingan dari orang dewasa. Tanpa adanya bimbingan yang tepat, peristiwa seperti yang dialami BL bisa menimpa siapa saja.

"Anak harus dirangkul, dia takut mengatakan apa yang terjadi kepada orangtuanya, dan ini dilakukan melalui forum keluarga," kata Rini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko 'Saudara Frame': Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko "Saudara Frame": Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Megapolitan
Polisi Periksa Saksi-saksi Terkait Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari

Polisi Periksa Saksi-saksi Terkait Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari

Megapolitan
Massa Aksi yang Menuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024 Bakar Ban Sebelum Bubarkan Diri

Massa Aksi yang Menuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024 Bakar Ban Sebelum Bubarkan Diri

Megapolitan
Massa Pendukung Prabowo-Gibran Juga Demo di Patung Kuda, tapi Beberapa Orang Tak Tahu Isi Tuntutan

Massa Pendukung Prabowo-Gibran Juga Demo di Patung Kuda, tapi Beberapa Orang Tak Tahu Isi Tuntutan

Megapolitan
DPC PDI-P: Banyak Kader yang Minder Maju Pilwalkot Bogor 2024

DPC PDI-P: Banyak Kader yang Minder Maju Pilwalkot Bogor 2024

Megapolitan
Siswa SMP di Palmerah Sempat Cekcok dengan Kakak Sebelum Gantung Diri

Siswa SMP di Palmerah Sempat Cekcok dengan Kakak Sebelum Gantung Diri

Megapolitan
Salah Satu Korban Tewas Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' adalah ART Infal yang Bekerja hingga 20 April

Salah Satu Korban Tewas Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" adalah ART Infal yang Bekerja hingga 20 April

Megapolitan
Saat Toko 'Saudara Frame' Terbakar, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong dari Lantai Atas

Saat Toko "Saudara Frame" Terbakar, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong dari Lantai Atas

Megapolitan
9 Orang Ambil Formulir Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

9 Orang Ambil Formulir Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Minta Polisi Periksa Riwayat Pelanggaran Hukum Sopir Fortuner Arogan Berpelat Dinas TNI, Pakar: Agar Jera

Minta Polisi Periksa Riwayat Pelanggaran Hukum Sopir Fortuner Arogan Berpelat Dinas TNI, Pakar: Agar Jera

Megapolitan
Diwarnai Aksi Lempar Botol dan Batu, Unjuk Rasa di Patung Kuda Dijaga Ketat Polisi

Diwarnai Aksi Lempar Botol dan Batu, Unjuk Rasa di Patung Kuda Dijaga Ketat Polisi

Megapolitan
Basarnas Resmikan Unit Siaga SAR di Kota Bogor

Basarnas Resmikan Unit Siaga SAR di Kota Bogor

Megapolitan
Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 ke Filipina, Total Kerugian Hingga Rp 6 Miliar

Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 ke Filipina, Total Kerugian Hingga Rp 6 Miliar

Megapolitan
Farhat Abbas Daftar Jadi Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Farhat Abbas Daftar Jadi Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Siswa SMP di Palmerah Ditemukan Gantung Diri di Kamarnya

Siswa SMP di Palmerah Ditemukan Gantung Diri di Kamarnya

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com