Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengubah Air Laut Menjadi Layak Dikonsumsi...

Kompas.com - 13/08/2017, 00:17 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sea Water Reverse Osmosis (SWRO) digunakan untuk mengolah air laut yang asin menjadi layak dikonsumsi. Terdapat serangkaian proses yang harus dilewati untuk mendapatkan air baku melalui SWRO.

Direktur Teknik PT PAM Jaya Barce Simarmata menjelaskan air akan diambil dari air laut dan dikumpulkan dalam sebuah tank. Kemudian, air laut akan diproses dengan mesin automatic microscreen.

"Microscreen ini fungsinya untuk menyaring kotoran," kata Barce di SWRO Pulau Untung Jawa, Kepulauan Seribu, Sabtu (12/8/2017).

Bagian mesin itu memiliki bentuk tabung dengan pipa-pipa yang terhubung. Setelah itu, air laut yang sudah dipisahkan dari butiran pasir itu diproses di mesin ultrafiltrasi.

Barce mengatakan mesin ini menyaring kandungan kotoran pada air lebih halus lagi. Pada bagian mesin ini, terdapat alat yang disebut membran. Kemudian, air laut itu akan disaring kembali menggunakan mesin SWRO.

(Baca: Atasi Kekeringan, Gunungkidul Wacanakan Pengolahan Air Laut Jadi Tawar)

"Ini kita menyaring kandungan garamnya," kata Barce.

Setelah itu, air akan didistribusikan ke keran-keran rumah warga. Adapun, jumlah air baku yang dihasilkan berbeda dengan yang diambil dari laut.

"Kalau kita masukan 100 liter air laut, jadinya hanya 30 liter. Sisanya kita kembalikan ke laut," kata Barce.

Saat baru diambil, air laut biasanya memiliki kandungan di atas 15.000 TDS (total dissolved solid). Setelah diolah dengan mesin SWRO ini, kandungannya menjadi 325 TDS. Standar kelayakan air baku untuk bisa diminum adalah 500 TDS.

Dengan demikian, air laut yang sudah diolah di SWRO Untung Jawa layak untuk diminum. Dalam satu hari, SWRO Untung Jawa mampu mengolah 50 meter kubik air.

Alat Sea Water Reverve Osmosis (SWRO) Pulau Untung Jawa, Kepulauan Seribu, untuk mengolah air laut menjadi layak minum. Foto diambil pada Sabtu (12/8/2017). KOMPAS.com/JESSI CARINA Alat Sea Water Reverve Osmosis (SWRO) Pulau Untung Jawa, Kepulauan Seribu, untuk mengolah air laut menjadi layak minum. Foto diambil pada Sabtu (12/8/2017).
Belum optimal

Meski air yang dihasilkan sudah layak dikonsumsi, Lurah Untung Jawa Ade Selamat mengatakan warga tidak menyukai rasa air tersebut. Warga kebanyakan menggunakan air SWRO untuk mencuci piring atau pakaian.

"SWRO ini airnya standar Kemenkes jadi mendekati 500 TDS. Ketika dicoba kok enggak enak rasanya. Jadi masyarakat enggak mau, paling hanya buat cuci piring dan cuci baju saja," ujar Ade.

Dia membandingkannya dengan kandungan air mineral kemasan yang memiliki TDS jauh di bawah air olahan SWRO. Hal lain yang mengecewakan, kata Ade, SWRO tersebut belum bisa menghasilkan air dalam jumlah besar.

SWRO hanya bisa menghasilkan 50 meter kubik air setiap harinya. Hanya 50 rumah yang bisa mendapatkan air olahan SWRO tersebut.

Ade membandingkan dengan SWRO yang ada di Pulau Tengah. Di sana, SWRO bisa mengolah puluhan ribu meter kubik air laut.

"Ini sangat disayangkan ya. SWRO sudah megah gedungnya, sayang gitu. Bupati membandingkan di Pulau Tengah dengan gedung kecil saja itu sudah puluhan ribu meter kubik," ujar Ade.

Kompas TV Air Laut Menghitam Akibat Tercemar Batu Bara
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Megapolitan
'Otak' Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

"Otak" Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

Megapolitan
KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

Megapolitan
Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Megapolitan
Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Megapolitan
Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Megapolitan
Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Megapolitan
NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

Megapolitan
Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com