Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Kami Tak Tahu Berangkat Kapan, tapi First Travel Minta Tambah Uang"

Kompas.com - 15/08/2017, 08:14 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

DEPOK, KOMPAS.com - Sejumlah calon jemaah umrah korban penipuan agen perjalanan First Travel mendatangi kantor perusahaan tersebut yang ada di Jalan Radar AURI, Cimanggis, Depok, Senin (14/8/2017) pagi kemarin. Seperti sebelumnya, mereka datang untuk menuntut pengembalian uang yang sudah disetorkan.

Mereka menceritakan berbagai perlakuan yang dibuat manajemen First Travel kepada mereka. Salah satu korban, Nur (47), meceritakan bahwa ia berencana pergi umrah bersama anak dan mertuanya. Ia sudah menyetorkan total uang Rp 16,5 juta ke manajemen First Travel.

"Saya sudah mulai nyetor uang dari Januari 2015. Tapi sampai terakhir kemarin enggak ada kejelasan kapan berangkatnya," kata Nur.

Menurut dia, uang Rp 16,5 juta itu disetorkan secara bertahap. Selama menyetor, ia mengatakan manajemen First Travel tak pernah sama sekali memberitahukan kepadanya kepastian keberangkatan.

Orang yang mengurus pembayarannya bernama Indah. "Dari 2015 Bu Indah enggak pernah mau memberitahu mau berangkat kapan. Tahu-tahu minta tambah uang aja," ujar Nur.

Hal serupa dilontarkan Adi Malihasdi (68). Ia mengaku awalnya berencana pergi bersama istrinya. Ia sudah menyetor uang Rp 19,9 juta ke manajemen First Travel.

"Hampir Rp 20 Juta yang sudah saya bayar. Tapi dari 2016 sampai sekarang enggak ada kejelasan kapan berangkatnya," kata Adi.

Adi menuturkan pada pertengahan 2016, ia dan para calon jemaah lainnya sempat mengikuti proses manasik di Masjid Istiqlal. Saat itu ia mengira waktu keberangkatannya sudah dekat.

"Udah ngadain manasik tapi enggak juga diberangkatin. Berarti kan ngejanjiin angan-angan," ujar Adi.

Pada Senin kemarin, tak ada aktivitas yang terlihat di Kantor First Travel, Cimanggis. Pintu depan tertutup. Pagar halaman depan kantor pun digembok.

Lihat: Korban Penipuan First Travel Dilanda Kebingungan

Dari keterangan para jemaah, kantor First Travel ditutup setelah penggeledahan polisi pada akhir pekan lalu. Pada Sabtu dan Minggu lalu, penyidik dari Bareskrim Polri menggeledah kantor tersebut.

Tutupnya kantor First Travel membuat para korban kebingunan. Mereka mengaku tak tahu ke mana harus memproses pengembalian uang. Mereka berharap agar otoritas terkait dapat memberikan solusi.

"Saya harus ke mana, solusi gimana enggak tahu sampai sekarang," kata Nur.

Pada penggeledahan kantor First Travel di Cimanggis itu, polisi mengamankan berkas dan dokumen serta mobil mewah pemilik.

Selain di Cimanggis, polisi juga telah menggeledah kantor First Travel yang beralamat di Green Tower, Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan; dan rumah pemilik yang ada di Sentul, Bogor. Polisi juga telah menangkap pasangan suami istri yang merupakan pemilik perusahaan tersebut dan menahannya di Mapolda Metro Jaya.

Baca juga: Polisi Sita Sejumlah Mobil Mewah Milik Bos First Travel

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Hanya Chandrika Chika, Polisi juga Tangkap Atlet E-Sport Terkait Kasus Penyalahgunaan Narkoba

Tak Hanya Chandrika Chika, Polisi juga Tangkap Atlet E-Sport Terkait Kasus Penyalahgunaan Narkoba

Megapolitan
Akibat Pipa Bocor, Warga BSD City Terpaksa Beli Air Isi Ulang

Akibat Pipa Bocor, Warga BSD City Terpaksa Beli Air Isi Ulang

Megapolitan
Buka Pendaftaran PPK, KPU Depok Butuh 55 Orang untuk di 11 Kecamatan

Buka Pendaftaran PPK, KPU Depok Butuh 55 Orang untuk di 11 Kecamatan

Megapolitan
Selebgram Chandrika Chika Ditangkap Polisi Terkait Kasus Penyalahgunaan Narkotika

Selebgram Chandrika Chika Ditangkap Polisi Terkait Kasus Penyalahgunaan Narkotika

Megapolitan
Polisi Sebut Korban Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Derita Kerugian Puluhan Juta

Polisi Sebut Korban Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Derita Kerugian Puluhan Juta

Megapolitan
Sambut Pilkada DKI dan Jabar, PAN Prioritaskan Kadernya Maju di Pilkada 2024 Termasuk Zita Anjaini

Sambut Pilkada DKI dan Jabar, PAN Prioritaskan Kadernya Maju di Pilkada 2024 Termasuk Zita Anjaini

Megapolitan
Air di Rumahnya Mati, Warga Perumahan BSD Terpaksa Mengungsi ke Rumah Saudara

Air di Rumahnya Mati, Warga Perumahan BSD Terpaksa Mengungsi ke Rumah Saudara

Megapolitan
Pria Tewas di Kamar Kontrakan Depok, Diduga Sakit dan Depresi

Pria Tewas di Kamar Kontrakan Depok, Diduga Sakit dan Depresi

Megapolitan
Polisi Periksa Empat Saksi Terkait Kasus Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina

Polisi Periksa Empat Saksi Terkait Kasus Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina

Megapolitan
Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mangkir dari Panggilan Polisi

Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mangkir dari Panggilan Polisi

Megapolitan
Wanita Hamil Tewas di Kelapa Gading, Kekasih Menyesal dan Minta Maaf ke Keluarga Korban

Wanita Hamil Tewas di Kelapa Gading, Kekasih Menyesal dan Minta Maaf ke Keluarga Korban

Megapolitan
Terjerat Kasus Penistaan Agama, TikTokers Galihloss Terancam 6 Tahun Penjara

Terjerat Kasus Penistaan Agama, TikTokers Galihloss Terancam 6 Tahun Penjara

Megapolitan
Banyak Warga Jakarta Disebut Belum Terima Sertifikat Tanah dari PTSL

Banyak Warga Jakarta Disebut Belum Terima Sertifikat Tanah dari PTSL

Megapolitan
Heru Budi Minta Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel Terhadap Perekonomian Jakarta

Heru Budi Minta Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel Terhadap Perekonomian Jakarta

Megapolitan
Agusmita Terancam 15 Tahun Penjara karena Diduga Terlibat dalam Kematian Kekasihnya yang Sedang Hamil

Agusmita Terancam 15 Tahun Penjara karena Diduga Terlibat dalam Kematian Kekasihnya yang Sedang Hamil

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com