JAKARTA, KOMPAS.com - Polri meminta bantuan kepolisian Australia untuk mengecek rekaman CCTV dari kasus penyerangan penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan.
Pasalnya, rekaman CCTV yang disita Polri dari sekitar lingkungan rumah Novel memiliki kualitas buruk. Sehingga polisi sulit mengidentifikasi pelakunya.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono mengaku pihaknya telah mengirim tiga rekaman CCTV ke Australian Federal Police (AFP). Namun, menurut Argo, Kepolisian Australia juga kesulitan meningkatkan kualitas rekaman CCTV itu.
"CCTV sudah dibalas dari AFP, jadi hasilnya tetap tak bisa kita lihat dengan jelas," ujar Argo di kawasan Bandara Soekarno Hatta, Selasa (15/8/2017).
Argo mengaku, Polri belum berniat meminta bantuan dari kepolisian negara lain mengenai rekaman CCTV itu.
"Belum (berniat meminta bantuan)," kata Argo.
Baca: Polri Kirim 3 Rekaman CCTV Terkait Kasus Novel ke Australia
Novel sebelumnya disiram air keras seusai menunaikan shalat subuh di Masjid Al-Ikhsan, Kelapa Gading, Jakarta Utara pada 11 April 2017.
Akibat kejadian itu Novel harus dirawat di sebuah rumah sakit di Singapura. Untuk mengungkap kasus tersebut, polisi sudah memeriksa 59 saksi.
Polisi juga sempat mengamankan lima orang yang diduga sebagai pelaku, tetapi kemudian dibebaskan lagi karena tak cukup bukti.
Selain itu, polisi mengamankan 50 rekaman CCTV dan memeriksa 100-an toko kimia. Sejauh ini, Polri belum dapat mengungkap siapa pelaku yang menyerang Novel.
Baca: Kepada Polisi, Novel Mengaku Punya Perasaan Tak Enak Sebelum Diserang
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.