JAKARTA, KOMPAS.com - Di hari ketiga beroperasinya Transjakarta Koridor 13 Ciledug-Tendean, sejumlah sopir Metro Mini 69 jurusan Ciledug-Blok M mengaku pedapatan mereka menurun.
Seorang sopir bernama Abi (60) misalnya, mengaku pendapatan hariannya merosot hingga setengahnya.
Abi menyebut sebelum koridor 13 dibangun pada 2014, ia bisa mendapat Rp 400.000 hingga Rp 500.000 untuk disetor setiap harinya.
Setorannya terus merosot bahkan pada Selasa (15/8/2017), dia hanya membawa pulang uang Rp 100.000.
"Kita narik kan harus setor. Dulu paling sedikit pulang bawa Rp 400.000, sekarang Rp 200.000 itu sudah lumayan diterima saja," kata Abi ditemui di Terminal Blok M, Rabu (16/8/2017).
Baca: Lahan untuk Pelebaran Jalan di Koridor 13 Dibebaskan
Bus-bus Metro Mini 69 yang dulu setiap paginya terisi penuh penumpang dari Ciledug menuju Blok M, kini kosong melompong.
Abi menyebut selama dua hari terakhir, ia paling banyak mengangkut 20 penumpang. Jika dikalikan tarif Rp 4.000, maka sekali jalan ia menerima paling banyak Rp 80.000.
Sementara, dalam sehari dia harus mengeluarkan uang sebesar Rp 150.000 hanya untuk membeli bahan bakar.
Setiap hari, Abi mulai "narik" pada pukul 05.00 dan baru pulang ke rumah pada pukul 22.00, itu pun dia paling banyak melakukan empat kali perjalanan atau rit.
"Terasa banget, kerja makin capek tapi pendapatan makin dikit," ujarnya.
Hal yang sama dirasakan Zubir (56) yang mengemudikan sendiri bus mini miliknya. Ia mulai mencari nafkah di jalur Blok M-Ciledug sejak 2004 saat pertama membeli bus itu.
Namun, Zubir tak menyalahkan Pemprov DKI Jakarta yang menawarkan alternatif transportasi umum yang lebih baik.
Dia hanya berharap masih terdapat peluang mencari nafkah untuk pengemudi bus seperti dirinya.
"Dulu di Pulogadung kan sempat ditawarin ke Pak Ahok untuk revitalisasi, ada beberapa yang ambil, tapi yang 69 enggak ada yang ambil, enggak sanggup saya belinya," ujar Zubir.
Baca: PT Transjakarta Ajukan Izin Pembangunan Lift di Koridor 13
Pendapatannya terus merosot bukan karena kemunculan rute transjakarta Koridor 13 saja. Sejak populernya transportasi berbasis aplikasi online banyak pekerja, pedagang, bahkan anak sekolah tak lagi mengandalkan Metro Mini 69 sebagai sarana transportasi.
"Apalagi sekarang ada busway, pasti banyakan yang naik busway daripada ojek online, cuma Rp 3.500, cepet, pakai AC lagi, jauh sama Metro Mini mah," ujar Zubir.
Zubir mengakui memang sudah saatnya Indonesia membenahi transportasi umumnya. Sebab menurutnya saat ini Indonesia sudah tertinggal jauh dari negara tetangga seperti Malaysia.
Ia saat ini hanya menunggu izin trayeknya yang berlaku hingga 2018 habis.
Sejak tahun lalu, pemerintah sudah mewacanakan penghapusan moda transportasi bus sedang seperti Metro Mini dan Kopaja.
Kemungkinan, izin trayek Metro Mini seperti yang dimiliki Zubir tidak akan diperpanjang. Saat ini, Zubir sudah mulai mencari-cari pekerjaan lain.
Pria asal Padang, Sumatera Barat ini sedang menjajaki tawaran menjadi sopir taksi atau sopir truk es krim.
"Mau nyoba jadi sopir transjakarta juga, ini saya mau ngurus SKCK," ujarnya.
Lalu bagaimana dengan armada Metro Mininya? Zubir menyebut tahun lalu, seorang mantan sopir Metro Mini 69 yang kini menjadi pramudi Transjakarta Koridor 1 Blok M-Kota, menjual dua Metro Mini miliknya ke pengepul besi bekas.
"Tahun lalu teman saya itu jual badan sama mesinnya Rp 7,5 juta. Saya bakal loakin juga nanti, lumayan dari pada dipaksain harus beroperasi, kita cari nafkah di tempat lain," ujar Zubir.
Baca: Penumpang di Koridor 13 Mengeluh Harus Turun di Peron Keberangkatan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.