Sekitar 23 tahun lalu, ada beberapa kampung dan sawah yang letaknya lebih rendah dari Kampung Apung yang luasnya enam hektar tersebut.
Saat itu, permukaan tanah Kampung Apung paling tinggi dibandingkan tempat di sekitarnya. Ketika banjir tiba, warga kampung lain mengungsi ke Kampung Apung.
Karena tak tahan lagi harus mengungsi setiap tahun ke Kampung Apung karena panggung, warga di kampung tetangga memilih menjual lahan dan rumahnya kepada pengusaha dengan harga murah.
Pengusaha yang membeli lahan tersebut kemudian mengeruk tanah hingga permukaannya jauh lebih tinggi dari permukaan tanah di Kampung Apung.
(Baca juga: Pembangunan Jalan dan RTH Dinilai Jadi Solusi Penataan Kampung Apung)
Di atas tanah tersebut, didirikan gudang-gudang. Hingga akhirnya, kawasan sekitar Kampung Apung itu menjadi kawasan industri baru.
Saluran-saluran air pembuangan lalu dibangun dengan tinggi dasar saluran melebihi permukaan tanah Kampung Apung.
Alhasil, seluruh air kotor limbah industri mengalir ke Kampung Apung. Jika hujan datang, Kampung Apung rentan banjir.
Bahkan, di saat kemarau pun, genangan air terlihat di kampung ini. Kampung Apung seolah menjadi rawa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.