Uang itu dibawa ke bagian administrasi dan dihitung oleh petugas saat itu. Karena tak cukup, petugas administrasi saat itu mengambil uang dan menghubungi atasannya.
Rudianto tak tahu pembicaraan pihak administrasi tersebut. Ia kemudian dipanggil lagi dan uangnya dikembalikan. Petugas menyampaikan bahwa karena uang kurang, anaknya tak bisa masuk PICU.
"Di situ saya memohon-mohon sangat, saya bilang nanti siang saya bayar kekurangannya, saya punya saudara kan bisa diusahakan. Petugas hanya bilang enggak bisa, ini sudah kebijakan dari manajemen," kata Rudianto.
Akhirnya, oleh dokter, Rudianto dan Henny dibuatkan surat rujukan ke rumah sakit lain yang memiliki PICU dan menerima BPJS Kesehatan.
Semua rumah sakit diteleponnya, mulai dari Hermina, Siloam, RSCM, Harapan Kita, Awal Bros, tetapi tak ada satu pun ruang PICU yang kosong.
Henny juga mengunggah status di Facebook dan menghubungi teman-temannya untuk minta dicarikan rumah sakit.
Ia juga menghubungi atasannya untuk meminjam uang agar anaknya bisa dimasukan ke PICU RS Mitra Keluarga Kalideres.
"Saya ngadep dokter lagi, dokternya ganti dokter Irfan, saya bilang saya sudah nyari enggak ada yang kosong, saya bilang saya kerja, punya uang, nanti siang saya lunasi, sambil nunggu anak saya dapat rumah sakit, kenapa tidak ditangani di PICU dengan uang Rp 5 juta, saya sudah memohon-mohon," tutur Henny.
(Baca juga: Pakai BPJS, Wali Kota Bekasi Cerita Warganya Ditolak 7 Rumah Sakit)
Dokter, perawat, dan petugas administrasi tetap menolak serta meminta uang dilunasi dulu sebesar Rp 11 juta.
Henny mengatakan, dokter saat itu sempat menyebut tarif perawatan di ruang PICU semalam mencapai Rp 20 juta.
Sekitar pukul 09.00, Henny dihubungi temannya yang mengabarkan ada ketersediaan ruang PICU di RS Koja.
Tanpa pikir panjang, Henny menyambungkan dokter anak di RS Koja dengan dokter Irfan. Dokter Irfan menyampaikan di telepon bahwa Debora kondisinya sudah stabil, pasukan oksigen lancar, dan layak untuk ditransportasikan.
Namun, telepon tiba-tiba terhenti saat suster yang menjaga Debora datang dengan muka panik. Sambungan telepon diputus dan dokter Irfan langsung menangani Debora.
"Feeling saya di situ udah enggak enak, lima menit, saya dipanggil masuk, saya lihat anak saya sudah pucat, matanya sudah ke atas," kata Henny.
Kritis