Awalnya hanya kasus pembunuhan biasa. Namun, belakangan mencuat kejanggalan. Pertama soal motif pembunuhan yang misterius. Polisi masih menelusuri motifnya. Kedua soal senjata api yang diduga digunakan untuk membunuh Indria Kameswari, sang istri, juga masih hilang entah kemana. Ketiga, Akbar membawa 3 butir peluru ke Bandara Halim Perdana Kusuma. Apa maksudnya? Terakhir, meski sempat diperiksa petugas keamanan Bandara, namun ia tetap bisa terbang ke luar kota.
ATAS kejanggalan–kejanggalan ini, saya berkeinginan untuk menelusuri kasusnya. Awalnya memang tampak kasus domestik alias rumah tangga. Namun belakangan muncul keterangan–keterangan yang mengundang tanya.
Polisi masih terus bekerja keras untuk mengungkap teka–teki ini, termasuk senjata api yang kini masih hilang entah kemana.
Memulai penelusuran ini, saya bergegas ke Perumahan River Valley, di Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Atas alasan apa saya ke sini?
Saya ingin mencari informasi di lokasi pertama peristiwa. Informasi yang saya dapatkan, polisi juga masih terus menyelidiki tempat kejadian perkara di sini sehingga saya tidak bisa masuk ke dalam rumah. Garis polisi masih melintang di sekeliling tempat kejadian perkara.
Penelusuran Aiman
Saya mengajak kepala keamanan kompleks untuk menemani saya mengelilingi rumah kontrakan itu tanpa menerobos garis polisi.
Kebetulan, kepala keamanan di kompleks itu adalah salah satu orang pertama yang mendapat laporan saat peristiwa pembunuhan terjadi.
Ia bahkan sempat masuk ke dalam rumah dan melihat sosok Indria Kameswari sebelum melapor kepada polisi. Ia baru tahu belakangan kalau ini adalah kasus pembunuhan.
Tetangga yang memanggil pihak keamanan kompleks pun menduga bahwa Indria pingsan karena terjatuh di ruangan rumah.
Dikira jatuh di kamar mandi
Lalu dari mana tahu ini adalah kasus pembunuhan?
Adalah anak perempuan korban yang masih berusia 4 tahun, sesaat setelah kejadian, langsung lari ke tetangga. Ia menceritakan bahwa ibunya jatuh. Indria tergeletak di kamar mandi.
Sejumlah tetangga berdatangan untuk menolong. Setelah beberapa saat para tetangga memberi pertolongan, anak balita itu bercerita bahwa ibunya “di-dor” olehnya Sang Ayah.