JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat menyayangkan aksi penganiayaan yang dilakukan mantan dokter RSPAD Gatot Soebroto Anwari karena tak terima dimintai parkir saat menggunakan mobil berpelat TNI.
Menurut Djarot, hal tersebut menunjukkan arogansi orang yang bersangkutan.
"Kalau bayar parkirnya itu tetep dong. Masa pake mobil dinas..., masalah (bayar) parkir aja berapa sih? Iya enggak? Ini menunjukkan, maaf ya, arogansi, arogansi aparat," ujar Djarot di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Senin (9/10/2017).
Djarot menuturkan, setiap aparat seharusnya memberikan contoh yang baik untuk masyarakat. Perilaku tak terima membayar parkir hingga menganiaya seharusnya tak dilakukan.
"Kalau seseorang itu merasa aparatur negara, baik TNI, Polri, maupun aparatur sipil, itu harus kasih contoh teladan yang baik," kata Djarot.
Baca: Penganiaya Petugas Parkir Anggap Mobil Berpelat TNI Tak Bayar Parkir
Anwari menganiaya seorang petugas parkir di Mal Gandaria City di Jakarta Selatan karena menganggap mobil berpelat TNI tidak perlu membayar parkir.
Kapolres Metro Jakarta Selatan Komisaris Besar Iwan Kurniawan menyatakan, anggapan itulah yang membuat Anwari cekcok dengan petugas parkir hingga berujung penganiayaan pada Jumat (6/10/2017) sekitar pukul 20.30 WIB.
Baca: Wakadishub DKI: Tidak Ada Aturan Anggota TNI Bisa Parkir Gratis
Mobil berpelat TNI yang digunakan Anwari saat kejadian adalah mobil dinas istrinya. Istri Anwari merupakan seorang dokter di RSPAD Gatot Soebroto. Seperti istrinya, Anwari juga berprofesi sebagai dokter dan pernah bertugas di RSPAD.
Anwari kini sudah ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan di Mapolsek Kebayoran Lama. Ia terancam dijerat dengan Pasal 351 KUHP tentang penganiayaan dan Pasal 355 tentang perbuatan tak menyenangkan.