Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lokbin Taman Kota Intan, "Rumah Baru" PKL Kota Tua Peninggalan Ahok-Djarot

Kompas.com - 11/10/2017, 08:49 WIB
Sherly Puspita

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Dulu, Kota Tua tak seperti sekarang. Para pedagang kaki lima (PKL) beberapa tahun yang lalu memadati sejumlah sisi kawasan yang digadang-gadang menjadi destinasi wisata internasional ini.

Dengan kehadiran para PKL yang tak memposisikan dagangannya dengan rapi tersebut, kawasan Kota Tua tampak semrawut.

Sejak tahun 2012, DKI Jakarta yang kala itu dipumpin oleh gubernur Joko Widodo (Jokowi) dan wakilnya, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mulai gencar mengupayakan revitalisasi Kota Tua.

Tak hanya perbaikan secara infrastruktur, perbaikan hajat hidup para PKL "liar" di kawasan tersebut pun menjadi pembahasan penting.

Proses revitalisasi terus dilakukan, bahkan setelah Jokowi didaulat menjadi Presiden Republik Indonesia. Kala itu Ahok yang menggantikan tugas Jokowi bersama wakilnya, Djarot Saiful Hidayat berikthiar melakukan percepatan revitalisasi kawasan tersebut.

"Secara prinsip, progres jauh lebih cepat daripada dulu. Kami harap enggak sampai 5 tahun (revitalisasi Kota Tua) sudah selesai, saya enggak mau baru selesai 20-30 tahun," kata Ahok kala itu.

Baca: Kota Tua Diresmikan, Warga Gratis Nikmati Seluruh Makanan di Lokbin Jalan Cengkeh

Penertiban PKL menjadi langkah pertama mengembalikan pesona Kota Tua. Pada Senin (5/9/2016) Pemerintah Kota Jakarta Barat diberi tugas untuk memindahkan seluruh PKL ke Jalan Cengkeh, Tamansari, Jakarta Barat. Lokasinya tak jauh dari Museum Fatahilah.

Pada saat itu sekitar 440 PKL direlokasi. Dengan dipindahkannya para PKL, kawasan Kota Tua menjadi steril. Sejumlah pengunjung memanfaatkan kawasan yang telah rapi tersebut untuk berswafoto.

Kompleks PKL di Jalan Cengkeh, Tamansari, Jakarta Barat, Selasa (5/9/2017).Kompas.com/Sherly Puspita Kompleks PKL di Jalan Cengkeh, Tamansari, Jakarta Barat, Selasa (5/9/2017).

Tak tampak lagi PKL yang biasa berkeliaran menawarkan makanan dan minuman di sekitar lokasi tersebut. Lorong Virgin yang semula menjadi tempat para PKL berjualan pun sudah ditutup menggunakan pagar seng.

Selain itu, tak ada lagi kendaraan yang tampak diparkir di lorong-lorong Kota Tua. Marka penanda dilarang parkir juga sudah dipasang.

Bukannya tanpa kendala. Pemindahan para PKL sempat menuai protes dari sejumlah pihak. PKL sendiri merasa takut dagangannya tak laku kala dipindahkan ke tempat baru.

Baca: Biaya Retribusi di Lokbin Cengkeh Rp 4 Ribu Per Hari

Konflik antara pemerintah dan PKL pecah ketika pada Februari 2017 para pedagang dikeluarkan dari tempat relokasi karena tempat tersebut hendak ditata ulang untuk dijadikan tempat dagang permanen dan lahan parkir bagi pengunjung Museum Fatahillah.

Alasan dikeluarkannya para PKL ini tak dipahami oleh sejumlah pihak. Sejumlah pihak merasa pemerintah tak memberikan kepastian kepada para PKL.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Wanita Tewas Bersimbah Darah di Bogor, Korban Terkapar dan Ditutup Selimut

Wanita Tewas Bersimbah Darah di Bogor, Korban Terkapar dan Ditutup Selimut

Megapolitan
Ada Obeng di TKP, Diduga Jadi Alat Suami Bunuh Istri di Bogor

Ada Obeng di TKP, Diduga Jadi Alat Suami Bunuh Istri di Bogor

Megapolitan
Jadwal Buka Puasa di Kota Bekasi Hari Ini, Jumat, 29 Maret 2024

Jadwal Buka Puasa di Kota Bekasi Hari Ini, Jumat, 29 Maret 2024

Megapolitan
Diduga Korban Pelecehan Seksual oleh Eks Ketua DPD PSI Jakbar Mengaku Diintimidasi agar Tak Lapor Polisi

Diduga Korban Pelecehan Seksual oleh Eks Ketua DPD PSI Jakbar Mengaku Diintimidasi agar Tak Lapor Polisi

Megapolitan
Wanita Tewas Dibunuh Suaminya di Bogor, Pelaku Dilaporkan Ayah Kandung ke Polisi

Wanita Tewas Dibunuh Suaminya di Bogor, Pelaku Dilaporkan Ayah Kandung ke Polisi

Megapolitan
Latihan Selama 3 Bulan, OMK Katedral Jakarta Sukses Gelar Visualisasi Jalan Salib pada Perayaan Jumat Agung

Latihan Selama 3 Bulan, OMK Katedral Jakarta Sukses Gelar Visualisasi Jalan Salib pada Perayaan Jumat Agung

Megapolitan
Gelar Pesantren Kilat di Kapal Perang, Baznas RI Ajak Siswa SMA Punya Hobi Berzakat

Gelar Pesantren Kilat di Kapal Perang, Baznas RI Ajak Siswa SMA Punya Hobi Berzakat

Megapolitan
Cerita Ridwan 'Menyulap' Pelepah Pisang Kering Menjadi Kerajinan Tangan Bernilai Ekonomi

Cerita Ridwan "Menyulap" Pelepah Pisang Kering Menjadi Kerajinan Tangan Bernilai Ekonomi

Megapolitan
Peringati Jumat Agung, Gereja Katedral Gelar Visualisasi Jalan Salib yang Menyayat Hati

Peringati Jumat Agung, Gereja Katedral Gelar Visualisasi Jalan Salib yang Menyayat Hati

Megapolitan
Wujudkan Solidaritas Bersama Jadi Tema Paskah Gereja Katedral Jakarta 2024

Wujudkan Solidaritas Bersama Jadi Tema Paskah Gereja Katedral Jakarta 2024

Megapolitan
Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Megapolitan
Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Megapolitan
Ingar-bingar Tradisi Membangunkan Sahur yang Berujung Cekcok di Depok

Ingar-bingar Tradisi Membangunkan Sahur yang Berujung Cekcok di Depok

Megapolitan
KSAL: Setelah Jakarta, Program Pesantren Kilat di Kapal Perang Bakal Digelar di Surabaya dan Makasar

KSAL: Setelah Jakarta, Program Pesantren Kilat di Kapal Perang Bakal Digelar di Surabaya dan Makasar

Megapolitan
Masjid Agung Bogor, Simbol Peradaban yang Dinanti Warga Sejak 7 Tahun Lalu

Masjid Agung Bogor, Simbol Peradaban yang Dinanti Warga Sejak 7 Tahun Lalu

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com