Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kesan Pamdal Balai Kota DKI Melayani Ahok dan Djarot

Kompas.com - 13/10/2017, 11:43 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kegiatan gubernur DKI Jakarta selama di Balai Kota tidak pernah lepas dari peran petugas pengamanan dalam (pamdal). Termasuk mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama dan Gubernur Djarot Saiful Hidayat.

Saat menjabat, pria yang disapa Ahok itu berkantor di lantai dasar Balai Kota. Seorang pamdal biasanya berjaga di depan pintu masuk ruang tamu yang menjadi akses menuju kantor Ahok. Kali ini salah seorang pamdal, Sumarna, bercerita pengalamannya bekerja dengan Ahok dan Djarot.

"Dari tugas pamdal sendiri, kita ini kan ujung tombak. Kalau orang ada perlu apa-apa kan yang ditanya kami yang di depan. Tidak mungkin orang tahu-tahu ke ruangan Pak Ahok atau Pak Sekda. Nah Pak Ahok ini luar biasa, tamunya banyak sekali," ujar Sumarna di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jumat (13/10/2017).

Baca: Kangen, Ahok dan Kepala SKPD Ramai-ramai Foto bareng Jokowi

Khusus Ahok, tamunya luar biasa banyak. Tidak sedikit dari mereka yang ngotot ingin bertemu Ahok. Sumarna biasanya hanya mengizinkan masuk tamu-tamu yang sudah ada dalam daftar kegiatan Ahok. Hal yang bikin pusing kalau ada orang penting yang datang di luar jadwal.

"Yang susah ini kalau datang orang penting tapi di jadwal enggak ada. Secepat mungkin kita koordinasi sama ajudan atau di bagian penjadwalan," kata Sumarna.

Baca: Cerita di Balik Hobi Ahok Menjenguk Orang Sakit

Banyaknya tamu Ahok membuat pamdal harus gesit. Sumarna harus lincah berkoordinasi sana sini agar bisa melayani tamu-tamu Ahok dengan baik. Hal yang berkesan bagi dia adalah ketika pendukung Ahok dan Djarot "menyerbu" Balai Kota setelah kalah pilkada.

Ketika itu, Balai Kota memang dipenuhi para pendukung yang bersedih. Sumarna mengaku kewalahan menghadapi warga.

"Kejadian itu di luar dugaan, padahal belum pengumuman resmi. Relawan penuh sampai ke gerbang depan, kita kewalahan. Saya lapor ajudan kalau orangnya banyak sekali, saya kirim video juga, Pak Ahok sampai tidak bisa masuk," kata Sumarna.

Baca: Kesaksian Neneng Sang Pembisik Ahok

Akhirnya, ketika itu pamdal yang seharusnya sudah bisa pulang terpaksa bekerja lebih lama. Sumarna dan tim pamdal lain akhirnya dibantu oleh Satpol PP dan polisi.

Sumarna sudah menjadi pamdal sejak gubernur DKI masih dijabat Soejadi Soedirja. Dia mengatakan peristiwa semacam itu baru terjadi pada era Ahok saja.

"Enggak pernah ada sebelumnya, baru Pak Ahok aja," kata dia.

Saat Djarot menjadi gubernur, Sumarna mengaku pekerjaannya jauh lebih ringan. Hal itu karena Djarot tidak berkantor di ruangan Ahok sebelumnya. Djarot lebih memilih menggunakan kantor lamanya di lantai 2.

Baca: Ingin Jenguk Ahok, Seorang Warga Datangi Mako Brimob Sambil Menitikkan Air Mata

"Pak Djarot pas datang lewat sini biasanya doorstop sama wartawan, setelah itu kan ke kantornya di lantai 2," kata dia.

Dalam hitungan hari, selesai sudah periode pemerintahan Ahok dan Djarot. Sumarna menyampaikan terima kasih kepada Jokowi, Ahok dan Djarot atas kinerja mereka semua.

"Itu satu periode tiga pimpinan yang menurut saya sudah maksimal membangun Jakarta," kata dia.

Kompas TV Pendukung Ahok, Addie MS, dan Djarot Nyanyikan Lagu Nasional
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Megapolitan
Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Megapolitan
Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Megapolitan
Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Megapolitan
PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

Megapolitan
PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

Megapolitan
Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan 'Pelanggannya' dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan "Pelanggannya" dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Megapolitan
KPU Jaktim Buka Pendaftaran PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

KPU Jaktim Buka Pendaftaran PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

Megapolitan
NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Megapolitan
Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Megapolitan
“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com