JAKARTA, KOMPAS.com - Jika berkunjung ke kawasan Kota Tua, Jakarta Barat, anda akan menemui sejumlah tukang ojek sepeda yang menjajakan jasa.
Ada dua kelompok ojek sepeda di kawasan ini. Satu kelompok menunggu penumpang di sekitar Stasiun Jakarta Kota dan kelompok yang lain berkumpul di depan Museum Fatahillah.
Perbedaan kedua kelompok itu sangat mencolok, terutama terkait atribut yang mereka gunakan. Tukang ojek sepeda di depan Stasiun Jakarta Kota membawa sepeda-sepeda ontel tuanya yang mayoritas berwarna gelap. Pakaian tukang ojeknya terkesan ala kadarnya. Sandal jepit, celana longgar, kaos oblong, dan topi safari jadi ciri khasnya.
Kelompok tukang ojek ini menjual jasa antar penumpang ke lokasi-lokasi sekitar Kota Tua, bukan untuk tujuan wisata.
Baca juga: Wisata ke Kota Tua? Naik Saja Ojek Sepeda Ontel
Berbeda dengan ojek sepeda yang berada di depan Museum Fatahillah. Sepeda ontel dicat warna-warni, pengemudi ojeknya menggunakan pakaian cukup rapi. Ojek sepeda di kawasan itu memang diperuntukkan buat para wisatawan.
Di depan Museum Fatahillah itu disediakan juga topi-topi pantai sebagai atribut pengunjung wanita yang menyewa sepeda atau menggunakan jasa berkeliling Kota Tua agar menyerupai "noni-noni Belanda". Atribut untuk para pengunjung pria juga ada.
Kedua jenis ojek sepeda itu tampak kontras. Jika ojek sepeda di depan Stasiun Jakarta Kota tak ada yang mengorganisir, ojek sepeda di Museum Fatahillah berada di bawah binaan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Penataan dan Pengembangan Kota Tua.
"Sebetulnya kami dulu juga tukang ojek biasa, bukan untuk wisata. Tapi kami ikut pembinaan UPT Kota Tua. Komunitas ini sudah ada sejak tahun 2008, tapi baru-baru ini dapat pembinaan," kata Ketua Komunitas Ojek Sepeda Museum Fatahillah, Sanem, Kamis (13/10/2017).
Penataan kawasan Kota Tua sejak di bawah pemerintahan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi), yang dilanjutkan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, dan sekarang Djarot Saiful Hidyat membuat penghasilan Sanem dan 36 pengojek sepeda binaan UPT Kota Tua lainnya meningkat.
"Kami kan menyediakan paket keliling Kota Tua. Sekali keliling Rp 75.000. Kalau masih jadi tukang ojek sepeda biasa belum tentu dapat segitu," kata dia.
UPT Kota Tua memberikan pelatihan kepada para tukang ojek mengenai cara menjadi pemandu wisata yang baik.
"Kami diajari cara menjelaskan tentang sejarah Kota Tua. Ya yang gampang-gampang aja. Tapi kami bangga bisa jawab pertanyaan wisatawan," kata dia.
Sebelum Joko Widodo atau Jokowi menjabat, kawasan di depan Museum Fatahillah masih semrawut dan dipenuhi pedagang kakil lima (PKL). Hal ini menjadikan Museum Fatahillah tak begitu menarik jadi destinasi wisata.
"Kalau sekarang kan sudah rapi, PKL sudah punya tempat, jadi orang juga tertarik buat ke sini. Kami cat sepeda kami warna-warni agar lebih menarik pengunjung," ujar dia.
Bahkan, lanjut Sanem, komunitas ojek sepeda telah dibina untuk menyediakan asuransi kecelakaan untuk penumpang ojek sepeda. "Asuransi kecil-kecilan aja, yang penting penumpang merasa aman aja kami boncengin," tuturnya.