Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penumpang: Taksi "Online" Resmi di Bandara Ribet, Tidak Jelas

Kompas.com - 24/10/2017, 12:02 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Penulis

TANGERANG, KOMPAS.com - Sejumlah penumpang masih belum bisa membedakan cara memesan taksi online resmi dengan yang biasanya atau yang tidak resmi di area Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang. Layanan taksi online yang resmi dari Grab di bawah naungan Induk Koperasi Kepolisian (Inkoppol) baru diluncurkan pada Senin (23/10/2017) kemarin.

Seorang calon penumpang, Alif, menceritakan awalnya dia melihat ada booth dengan tulisan Grab di depan pintu Terminal 1B Kedatangan. Dia mendatangi booth itu untuk menanyakan layanan taksi online resmi tetapi melalui ponselnya dia sudah memesan sendiri dan mendapatkan pengemudi taksi online yang bukan dipesankan oleh petugas booth.

"Mas, ini saya sudah pesan, terus gimana?" tanya Alif kepada salah satu petugas booth pada Selasa (24/10/2017) siang.

"Oh, maaf, Bapak, kalau yang itu beda. Taksi online yang resmi harus pesan di sini," jawab petugas booth bernama Sutan.

Baca juga : Armada Terbatas, Layanan Taksi Online Resmi di Bandara Tak Maksimal

Alif lalu menanyakan apa bedanya jika dia memesan melalui aplikasi di ponselnya sendiri dengan yang dipesankan petugas di booth. Sutan menjelaskan, jika memesan sendiri, Alif harus janjian dulu dengan pengemudinya untuk titik penjemputan dan jika nanti kendaraannya dirazia petugas, itu bukan tanggung jawab pihak Grab.

Mendengar hal itu, Alif mengaku bingung. Menurut dia, seharusnya layanan taksi online yang dia pesan lewat ponsel dengan yang beroperasi resmi di bandara sama saja. Sutan menjelaskan bahwa pesan taksi online resmi melalui booth, ada biaya tambahan untuk tiket angkutan di area bandara yang besarannya tergantung estimasi jarak perjalanan, mulai dari Rp 7.500 sampai Rp 10.000.

"Berarti kalau saya pesan di sini (booth) kena (biaya) tambahan begitu? Ah, ribet deh. Enggak jelas," ujar Alif yang memutuskan tidak jadi pesan melalui booth lalu beranjak meninggalkan Sutan.

Sutan mengungkapkan, dari kemarin siang sampai siang hari ini, dia dan teman-temannya yang berjaga di booth sering dimarahi calon penumpang. Calon penumpang mengeluh soal layanan Grab, penumpang mengeluh ke mereka hanya karena lihat ada booth Grab di sana.

"Saya sudah berapa kali dimarahi penumpang, padahal ini beda sama orang yang pesan taksi online biasa. Mungkin sebaiknya harus ada sosialisasi lagi, untuk cara memesan juga berbeda dan penting untuk dipahami," kata Sutan.

Lokasi booth untuk pemesanan layanan taksi online dari Grab, yaitu GrabCar, baru tersedia di empat titik, yaitu di Terminal 1A, 1B, 1C, dan 2F. Sedangkan di Terminal 2D, 2E, dan Terminal 3 belum terpasang booth pemesanan taksi online resmi dari Grab.

Jumlah armada taksi online resmi Grab yang sudah beroperasi juga terbatas, baru 60 unit untuk seluruh area bandara. Keterbatasan armada taksi online resmi itu disebut Sutan sebagai penyebab utama layanan mereka belum bisa maksimal, sementara permintaan dari calon penumpang cukup tinggi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' Berhasil Diidentifikasi

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" Berhasil Diidentifikasi

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Megapolitan
Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com