Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Golkar Dukung Ridwan Kamil, Harga Diri Dedi Mulyadi Dipertaruhkan

Kompas.com - 28/10/2017, 08:00 WIB
Dendi Ramdhani

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com - Partai Golkar secara lisan telah menetapkan dukungannya kepada calon gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil.

Pengamat Politik Universitas Parahyangan (Unpar) Asep Warlan Yusuf menilai, situasi itu akan menjadi pertaruhan harga diri bagi Ketua DPD Golkar, Dedi Mulyadi yang semula menjadi sosok utama dalam bursa Cawagub di Pilkada Jabar di Partai Golkar.

"Saya bahasanya agak ekstrim, ini soal harga diri Dedi Mulyadi dipertaruhkan sebagai seorang ketua DPD," ujar Asep kepada Kompas.com, Jumat (27/10/2017) malam.

Asep mengaku heran dengan dinamika yang terjadi di internal Partai berlambang pohon beringin itu. Manuver yang dilakukan petinggi Partai Golkar sangat berisiko menghadirkan benturan di akar rumput. Apalagi Dedi punya peran besar dalam membangun partai di daerah.

"Saya juga tidak tahu tiba-tiba Golkar seperti itu karena bagaimanapun juga aspirasi daerah mesti diberi pertimbangan. Apakah Dedi dengan demikian hanya dianggap sebagai figur yang tidak punya makna dalam Pilkada Jabar?" ucap Asep.

"Padahal di Pilkada Jabar itu sesungguhnya sangat kuat peran dari DPD. Saya tidak tahu apa yang terjadi dalam tubuh Golkar Ketika dikesampingkan begitu saja. Karena bagaimanapun juga seorang ketua DPD sangat memiliki posisi penting karena mesin politik daerah itu dikomandoi oleh ketua DPD," tambahnya.

Asep curiga, rencana menduetkan Ridwan Kamil dengan Daniel Mutaqien sudah dirancang oleh petinggi partai.

Wali Kota Bandung Ridwan Kamil (kiri) dan Daniel Mutaqqien (kanan)KOMPAS.com/Dendy Ramdhani, dprri.go.id Wali Kota Bandung Ridwan Kamil (kiri) dan Daniel Mutaqqien (kanan)

Munculnya surat keputusan (SK) bodong beberapa waktu lalu jadi pertanda. Sebab, kata Asep, hingga kini petinggi partai Golkar tidak pernah mengklarifikasi secara jelas soal terbitnya SK di mana Golkar ingin menduetkan Ridwan Kamil dengan Daniel Mutaqien.

"Saya curiga dulu waktu ada surat bodong itu jangan-jangan itu memang konsep yang disiapkan untuk sesuatu yang benar. Gelagat itu tidak pernah diklarifikasi, tidak pernah ada sebuah upaya untuk mengoreksi. Penjelasan itu penting kalau tidak ya Dedi jadi orang yang sangat tersisihkan," jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com