JAKARTA, KOMPAS.com - Menjadi pemandangan umum saat melihat beberapa kawanan ojek online bergerombol di suatu lokasi. Mulai dari pinggir jalan, depan pusat perbelanjaan, trotoar, halte, sampai kolong flyover.
Alasan paling pamungkas yang banyak di keluarkan adalah menunggu penumpang, selebihnya sekadar beristirahat melepas lelah.
"Lagi nunggu pelanggan belum turun dari kereta, sekalian "ngadem" di sini (kolong flyover)," kata Firman salah satu mitra ojek online berseragam hijau.
Beberapa ojek online yang ngetem di halte dekat mal Kota Casablanca juga mengatakan hal serupa. Namun ada alasan unik lain yang diutarakan, yakni masalah sinyal.
Baca juga : Sudin Perhubungan Minta Ojek Online Dibimbing agar Tak Mangkal Seenaknya
"Kalau di pinggir jalan gini sinyal masih bagus, jadi gampang dapat penumpang," ujar Usman yang biasa mencari penumpang menggunakan Honda BeAT di kawasan Kuningan dan Tebet.
"Kalau sambil jalan kita nyari orderan tuh sinyalnya suka kabur-kaburan, (jadi) kerebut ojek lain," kata Usman.
Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi dan pengamat transportasi Darmaningtyas, mengatakan pola ojek online yang suka mengkal dikarenakan makin ketatnya persaingan di lapangan.
"Kalau satu atau dua tahun lalu mungkin mereka lebih banyak di jalan terima order, sekarang makin masif ojek online-nya. Artinya mereka satu sama lain juga rebutan kan," ucap Dharmaningtyas kepada Kompas.com, Kamis (16/11/2017).
"Coba bikin survei berapa sekarang penghasilan mereka dalam sehari atau seminggu, pasti turun drastis (dibandingkan dulu)," kata Dharmaningtyas.
Baca juga : Kebutuhan Tidak Imbang, Lebih Banyak Ojeknya daripada Penggunanya