Selain itu, kuda untuk delman di Monas itu datang dari lokasi jauh, seperti Depok atau Puri Kembangan, sehingga ketika sampai di Monas kuda cenderung dalam kondisi kelelahan.
"Kuda sudah lelah sampai di Monas karena menempuh jarak yang sangat jauh dan tidak ada tempat khusus kuda (istirahat). Jadi, enggak bisa disamakan seperti kota lain yang punya trotoar, tempat khusus kuda dan sepeda. Di Jakarta ini kan tidak ada trotoar, tidak ada tempat untuk sepeda, tidak ada tempat untuk delman, jadi delman otomatis ada di antara mobil-mobil," ucap Femke.
Tidak ada standar prosedur perawatan kuda delman
Selain ingin kembali menghadirkan delman, Sandiaga menginginkan adanya pelatihan bagi para kusir untuk merawat kuda-kuda mereka.
Pelatihan bagi kusir, lanjut Femke, tidak akan berjalan apabila Pemprov DKI Jakarta tidak membuat atau memberikan SOP tentang kesejahteraan kuda.
Sepanjang pengawasan JAAN di lapangan, kuda yang menjadi delman cenderung kerja rodi. Tidak ada waktu istirahat jelas, tidak ada tempat beristirahat yang pantas, dan begitu pulang tidak mendapat perawatan layak.
Baca juga: Delman Jadi Daya Tarik Wisata, Rencana Sandiaga yang Tuai Penolakan
Pada intinya, Femke meyakini jika Jakarta bukan merupakan kota yang aman bagi kuda-kuda delman beroperasi.
Baca juga: Sandiaga: Kami Ingin Kuda Delman Ditata sebagai Daya Tarik Wisata
Walaupun itu hanya di Monas, tetap saja bisa membahayakan, bukan hanya bagi kuda itu sendiri, melainkan juga bagi masyarakat.
"Meski cuma di Monas, kami tetap tidak setuju. Kuda-kuda itu sebelum sampai Monas melewati jalan raya. Mereka memotong jalan, melawan arah lalu lintas, kadang sampai ada kuda yang tertabrak. Intinya, Jakarta tidak ramah delman atau andong," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.