Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/11/2017, 16:18 WIB
David Oliver Purba

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Komisioner Ombusdman Adrianus Meliala mengatakan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dalam hal ini Inspektorat, tak merespons hasil monitoring yang pernah disampaikan Ombusdman pada 2 November lalu.

Saat itu, Ombusdman memberikan hasil monitoring terkait dugaan adanya maladministrasi yang dilakukan oleh oknum Satpol PP.

Ombusdman menemukan PKL dibekingi preman dan dijamin keberlangsungan usahanya oleh Satpol PP. Hal itu membuat sejumlah PKL masih menduduki wilayah yang tidak sesuai pertuntukan.

Tidak adanya respons tersebut, kata Adrianus, terlihat dari sejumlah pemberitaan yang menyebar serta hasil monitoring terbaru yang dilakukan oleh anggota Ombsudman.

Baca juga : Di Balik Preman yang Jadi Penghubung Satpol PP dan PKL

 

Hasil monitoring itu memperlihatkan, masih ada praktik pungli yang dilakukan oknum Satpol PP terhadap PKL yang dibantu preman. Selain itu, hasil monitoring memperlihatkan kondisi wilayah yang rawan PKL termasuk Pasar Tanah Abang yang kian semrawut.

"Harapan kami adalah setelah kami serahkan kajian itu ada perbaikan dari pelayan publik dalam hal ini Satpol PP yang sebelumnya PKL menempati tempat terlarang dan dikembalikan sesuai dengan fungsinya. Tapi kami enggak lihat itu," ujar Adrianus saat jumpa pers terkait dugaan malaadministrasi yang dilakukan Satpol PP DKI, di Kantor Ombusdman, Jalan Rasuna Said. Jakarta Selatan, Jumat (24/11/2017).

Adrianus mengatakan, bukannya sibuk melakukan tugasnya sebagai penegak peraturan daerah (Perda), Pemprov DKI malah sibuk meributkan siapa oknum Satpol PP yang melakukan pungutan liar atau ada tidaknya preman yang terkait transaksi tersebut.

Baca juga : Ombudsman Akan Buktikan Ada Preman di Tanah Abang

Harusnya, kata Adrianus, Pemprov DKI lebih fokus menjalankan tugasnya, salah satunya dengan melakukan pembinaan terhadap PKL.

Melihat tak ada respons sama sekali, pada pertengahan November, Ombusdman kembali melakukan monitoring. Namun, kali ini tanpa melibatkan atau memberikan hasil monitoring kepada Pemprov DKI.

Adrianus menilai penertiban terhadap PKL tidak terikat pada kebijakan tapi bagaimana ketegasan Pemprov DKI Jakarta melakukan penertiban dan pembinaan terhadap PKL.

Ombusdman mempersilakan Pemprov DKI untuk menyelidiki oknum petugasnya yang melakukan pungutan liar tersebut.

Baca juga : Menyaksikan Preman Meminta Jatah Harian kepada PKL Tanah Abang

"Dalam hal ini kami enggak bisa menyebut nama dan jabatan. Silahkan Pemprov DKI dengan caranya sendiri mendeteksi. Sebenarnya mudah sekali kalau mau. Kan sudah banyak keluhan tapi toh inspektorat enggak berbuat apa-apa atau belum berbuat apa-apa," ujar Adrianus.

Wakil Kepala Satuan Polisi Pamong Praja DKI Jakarta Hidayatullah saat dikonfirmasi mengatakan sudah mencari oknum Satpol PP yang menerima suap dari PKL. Namun, dia belum menemukan praktik pungutan liar seperti yang disebutkan Ombudsman.

Baca juga : Kata Warga soal Preman yang Kuasai Pipa Air Kanal Banjir Barat

Hidayatullah sudah menanyakan temuan itu kepada Ombudsman. Dia meminta Ombudsman menjelaskan lebih detil mengenai oknum-oknum Satpol PP yang mereka temukan. Namun, Hidayatullah tidak menerima jawaban itu.

"Jadi difitnah terus kami Satpol PP ini," ujar Hidayatullah ketika dihubungi Jumat siang.

Kompas TV Salah satu pekerjaan rumah pemerintah provinsi DKI Jakarta adalah pembenahan kawasan Tanah Abang.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Harga Tiket DAMRI Jakarta-Cilacap dan Jadwalnya per November 2023

Harga Tiket DAMRI Jakarta-Cilacap dan Jadwalnya per November 2023

Megapolitan
Lambang Kabupaten Bekasi dan Artinya

Lambang Kabupaten Bekasi dan Artinya

Megapolitan
Nekat Merokok di Kampung Tanpa Asap Rokok Matraman, Siap-siap Kena Denda

Nekat Merokok di Kampung Tanpa Asap Rokok Matraman, Siap-siap Kena Denda

Megapolitan
Sudah 2 Tahun Beraksi, Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Pakai Kunci Buatan Sendiri

Sudah 2 Tahun Beraksi, Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Pakai Kunci Buatan Sendiri

Megapolitan
BNN: Pengguna Narkotika di Indonesia Turun, Lebih dari 300.000 Anak Terselamatkan

BNN: Pengguna Narkotika di Indonesia Turun, Lebih dari 300.000 Anak Terselamatkan

Megapolitan
3 Guru Honorer SDN Malaka Jaya 10 Jaktim Digaji Pakai Dana BOS, Ada yang Dapat Cuma Rp 500.000

3 Guru Honorer SDN Malaka Jaya 10 Jaktim Digaji Pakai Dana BOS, Ada yang Dapat Cuma Rp 500.000

Megapolitan
Soal Kasus Aiman, TPN Ganjar-Mahfud: Kebebasan Berbicara Jangan Dibungkam

Soal Kasus Aiman, TPN Ganjar-Mahfud: Kebebasan Berbicara Jangan Dibungkam

Megapolitan
Anies-Muhaimin Belum Tentukan Jadwal Kampanye Bersama

Anies-Muhaimin Belum Tentukan Jadwal Kampanye Bersama

Megapolitan
Perjalanan KRL Tujuan Bogor Sempat Terhambat akibat Gangguan Persinyalan

Perjalanan KRL Tujuan Bogor Sempat Terhambat akibat Gangguan Persinyalan

Megapolitan
Fakta-fakta Guru SDN di Jaktim yang Dapat Upah Rp 300.000 per Bulan: Tak Keberatan hingga Gaji Dinaikkan

Fakta-fakta Guru SDN di Jaktim yang Dapat Upah Rp 300.000 per Bulan: Tak Keberatan hingga Gaji Dinaikkan

Megapolitan
Bendung Katulampa Siaga 2, BPBD DKI Pantau Permukiman di Bantaran Ciliwung

Bendung Katulampa Siaga 2, BPBD DKI Pantau Permukiman di Bantaran Ciliwung

Megapolitan
Tak Terlalu Pedulikan Gimik Politik, Timnas Anies-Muhaimin: Kami Ingin Sebarkan Gagasan

Tak Terlalu Pedulikan Gimik Politik, Timnas Anies-Muhaimin: Kami Ingin Sebarkan Gagasan

Megapolitan
2 Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

2 Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Guyonan Heru Budi, ASN DKI yang Mau Cepat Naik Jabatan Bisa Pindah Tugas ke IKN

Guyonan Heru Budi, ASN DKI yang Mau Cepat Naik Jabatan Bisa Pindah Tugas ke IKN

Megapolitan
Cerita Dini dan Supono, Gigih Mencari Kerja di Usia Paruh Baya demi Anak Semata Wayangnya

Cerita Dini dan Supono, Gigih Mencari Kerja di Usia Paruh Baya demi Anak Semata Wayangnya

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com