JAKARTA, KOMPAS.com - Video dan foto Andi Sudirman, seorang bapak yang berjalan kaki sambil menggendong kedua anaknya viral di media sosial.
Video dan foto itu diunggah akun instagram @Bennyhadislani, yang menyebut Andi mengaku ingin pulang ke Bone Sulawesi Selatan dengan berjalan kaki.
Sementara itu, akun Twitter @AlpianLubis7 menginformasikan, bapak beserta anak dan istrinya tersebut tinggal di Muara Baru Blok A RT 016/017 Penjaringan, Jakarta Utara.
Kompas.com pun langsung menelusuri kebenaran alamat tersebut. Dan benar saja, Andi Sudirman beserta anak dan istrinya ada di kontrakan, sesuai dengan alamat yang dicantumkan oleh Alpian. Alpian adalah tetangga Andi.
Saat ditemui di kontrakan yang berukuran sekira 4 meter persegi ini, Andi mengaku kaget kisahnya jadi viral di media sosial.
"Saya kaget, kok, tetangga pada bilang ada video saya di internet," kata Andi kepada Kompas.com, Minggu (26/11/2017)kemarin.
Baca juga : Kisah Sebenarnya tentang Bapak yang Viral Jalan Kaki Sambil Gendong Anak Kembarnya
Andi bercerita, saat itu ia hendak menuju ke halte usai berjualan buah keliling di sekitar Kebayoran.
Di tengah jalan, kata Andi, dia diberi uang oleh orang yang tidak dikenalnya. Andi pada saat itu menolak karena dirinya bukanlah seorang pengemis.
Menurut Andi, orang tersebut terus meminta Andi untuk menerima uang yang diberikannya. Oleh karena Andi tidak ingin menerimanya dan warga sekitar yang melihat hal tersebut mengira sedang terjadi keributan, Andi lantas dibawa ke pos keamanan.
Di pos keamanan, Andi mengaku merasa gugup karena banyak orang yang menanyakan status anak yang digendongnya. Andi menegaskan bahwa kedua anak itu adalah anaknya.
Mendengar penjelasan tersebut, Andi akhirnya dipersilakan untuk kembali melanjutkan perjalanannya.
Namun, Andi mengaku kaget, ketika sampai kontrakannya, tetangga-tetangganya menyebutkan bahwa Andi ingin pulang ke Bone dengan cara berjalan kaki sambil menggendong kedua anaknya.
"Tidak mungkin saya jalan kaki dari Bone ke Jakarta atau Jakarta ke Bone, apalagi sambil gendong dua anak," ucapnya.
Andi mengaku baru mengetahui bahwa video yang menampilkan dirinya sedang berjalan kaki dengan menggendong anaknya itu viral di media sosial.
Baca juga : Dinsos DKI: Andi Tak Bekerja karena Urus Kedua Anaknya Setelah Ditinggal Istri
Kepala Seksi Data dan Informasi Dinas Sosial DKI Jakarta Miftahul Huda, menyebut pernah memulangkan Andi Sudirman pada 2016 lalu.
"Dia datang dan minta dipulangkan ke Bone. Tapi waktu itu dia minta duit berapa juta saya lupa untuk naik pesawat. Plafon dari kami adalah naik kapal laut waktu itu bukan pesawat, lalu dia marah-marah," kata Miftahul kepada Kompas.com, Sabtu (25/11/2017).
Menurut Miftahul, Andi akhirnya dipulangkan naik kapal.
Ketika Kompas.com mengonfirmasi hal tersebut, Andi membantahnya. Ia justru kaget mendengar kabar tersebut.
Baca juga : Dinsos DKI Cari Bapak Gendong 2 Anak yang Ingin Pulang ke Bone
Andi yang merupakan tukang buah keliling mengaku belum pernah dikunjungi oleh pihak Dinas Sosial sekali pun, apalagi sampai dipulangkan ke Bone pada 2016.
"Kalau saya pulang ke Bone, mungkin saudara-saudara saya sudah tahu kalau bapak saya meninggal di Jakarta, tapi ini buat kirim kabar ke sana saja susah," kata Andi sambil mengerutkan alisnya.
Baca juga : Dinsos DKI Ingin Rawat Kedua Anak Andi Sebelum Dipulangkan ke Bone
Justru, kata Andi, istrinyalah yakni Dewi Herlina, bersama ibu kandung Andi yang selalu berusaha dengan mendatangi langsung beberapa stasiun televisi, berharap keluarganya bisa dibantu.
"Pernah ke Indosiar, sampai harus pinjam sana-sini untuk ongkos ke sana, tapi baru sampai tahap ditanya-tanya, belum ada kelanjutannya lagi," kata Andi.
Maka dari itu, Andi justru heran ketika mendengar kabar bahwa dirinya pernah dipulangkan ke Bone pada 2016 lalu dan kini kembali lagi ke Jakarta.
"Kok bisa ya bilang saya sudah pernah dipulangkan, bertemu saja belum pernah," ucap Andi.
Andi juga membantah pernyataan Dinsos yang menyebut ia ditinggal istrinya sehingga terpaksa membawa kedua anaknya dengan berjalan kaki.
Baca juga : Bapak yang Gendong 2 Anaknya Bantah Ditinggal Istri dan Diongkosi Dinsos
Nasib Keluarga Andi Terganjal Permasalahan Identitas Kependudukan
Andi yang hanya seorang penjual buah keliling dan servis telepon seluler, berjuang keras agar anaknya tidak senasib sepertinya. Tetapi, keinginannya ini tersandung kartu identitas yang tak dimilikinya.
Ya, Andi mengaku tidak memiliki KTP, juga kartu keluarga. Ketiga anaknya juga tidak memiliki akta kelahiran.
Andi bercerita, dia lahir di Luar Batang, Jakarta, pada 10 Oktober 1975. Dia merupakan anak pertama dari tujuh bersaudara. Dua adiknya meninggal, yang tersisa tinggal empat orang.
Dari hasil berjualan buah dan servis ponsel, dia menafkahi istri dan tiga anaknya. Selain itu, dia juga membiayai sekolah dua adiknya yang duduk di bangku SMA dan SMP.
Andi mengatakan ingin memasukkan dua anaknya yang kembar, berusia 3 tahun, ke taman kanak-kanak. Namun, apa daya, mereka tidak punya akta kelahiran.
"Harusnya sekolah, biar nasibnya tidak seperti saya," ucap Andi sambil memegang kepala kedua anaknya.
Baca juga : Harusnya Sekolah, biar Nasibnya Tidak seperti Saya...
Andi bukan tak berusaha mengurus KTP dan KK serta akta kelahiran anaknya. Dia pernah ingin membuat di Luar Batang tempat pertamanya tinggal, namun harus membayar Rp 1,5 juta.
"Minta Rp 1 juta buat bikin KTP suami istri, kalau sama KK jadi Rp 1,5 Juta. Saya uang dari mana?" kata Andi.
Andi semakin bingung dengan nasib kedua anaknya yang sebentar lagi masuk ke Taman Kanak-kanak.
Selain anaknya yang terancam tak bisa bersekolah, Andi juga tak bisa menggunakan ponselnya untuk mengabari sanak saudaranya di Bone bahwa ayah kandungnya belum lama ini meninggal dunia.
"Aktifin kartu kan pakai nomor KTP dan KK, ini saya enggak punya gimana bisa pakai handphone," ujarnya.
Kompas.com sempat memintanya menelepon dengan loudspeaker. Namun, bukan nada bunyi yang terdengar, tetapi peringatan operator yang memintanya memasukkan data kependudukan.
Andi berharap dirinya diberi kemudahan untuk bisa mengurus KTP dan KK demi masa depan anak-anaknya. Dia menekankan lagi bahwa anak-anaknya harus bisa mengubah nasib mereka, tidak seperti orangtuanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.