JAKARTA, KOMPAS.com - Akar permasalahan banjir dan tanggul jebol di Jatipadang, Jakarta Selatan, sudah jelas. Itu karena banyak bangunan yang berdiri di atas area yang masih menjadi bagian kali.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sudah mendatangi tempat itu dan melihat sendiri kondisi permukiman di sana, Rabu (13/12/2017). Awalnya, Anies meninjau perbaikan tanggul yang jebol. Dari kali di pinggir tanggul, Anies menyusuri aliran kali ke dalam permukiman warga.
Semakin jauh Anies berjalan, lebar kali menyempit. Jika lebar kali di area tanggul sekitar 2 meter, lebar kali di area lain hanya selangkah kaki saja.
Semakin lama, jejak kali hilang. Jalanan setapak berada di hadapan Anies. Saat Anies melihat ke bawah, terdapat aliran air yang ditutup teralis selokan.
Ternyata di situ lah kalinya, berada di bawah rumah serta akses jalan yang dibuat warga. Pemandangan itu, membuat Anies geleng-geleng.
Baca juga: Anies Geleng-geleng Kepala Lihat Rumah Warga Caplok Bibir Kali Pulo
Dia bertanya kepada Fatimah, istri Ketua RT 003 RW 006 yang ada di sebelahnya.
"Sudah berapa lama ini?" tanya Anies.
"Sudah lama ini, Pak. Ya Pak RW ya? (mulai dibangun tahun) 2010-an lah," kata Fatimah.
"Berarti tujuh tahunan? Terus ini (rumah) dibangun begitu saja? RT dan RW enggak ingatkan?" tanya Anies.
Anies minta bangunan digeser
Perbaikan tanggul jebol dengan batu bronjong hanya solusi jangka pendek. Untuk jangka panjang, mau tidak mau, Pemeritah Provinsi DKI Jakarta harus melakukan normalisasi kali. Rumah-rumah yang menjarah bagian kali harus dibongkar.
Anies juga menyadari hal itu.
Meskipun dia seolah menghindari kata 'normalisasi', 'relokasi' dan 'pembongkaran', ucapan Anies terkesan mengacu ke sana.
Contohnya ketika Anies berbicara dengan warga yang rumahnya menutupi kali.
"Saya sampaikan kepada beliau, 'Bu, nanti saya mau minta ini (rumah) digeser, supaya airnya tidak terhambat,' dan dia bersedia (digeser)," ujar Anies.
Baca juga: Anies: Hanya karena Banjir di Jatipadang Sering Terjadi, Bukan Berarti Didiamkan
"Kalau rumah Ibu menutupi jalan air, kehadiran Ibu dan rumah Ibu menimbulkan masalah di tempat ini. Sebaik-baiknya orang adalah yang memberi manfaat," kata Anies.
"Lihat, tega enggak sama tetangga-tetangganya yang pada kebanjiran karena rumah Ibu menutupi kali?" tambahnya.
Kemudian Anies ditanya apakah benar-benar melakukan normalisasi dan merelokasi warga. Anies tidak menjawab tegas. Dia hanya mengatakan kasus tiap rumah bisa jadi berbeda.
"Eee... tiap rumah beda-beda, ada yang memang rumahnya mepet sekali lalu cuma mundur, lalu ada yang rumahnya mepet sekali dan enggak ada belakangnya dan mungkin harus pindah. Makanya nanti camat, wali kota akan lihat satu per satu," ujarnya.
Namun, normalisasi memang satu-satunya cara.
Baca juga: Warga Jatipadang Capek Rumahnya Digenangi Banjir, Minta Normalisasi
Kali Pulo sendiri merupakan kali penghubung yang hulunya ada di Waduk Setu Babakan. Anies sudah memerintahkan Dinas Sumber Daya Air untuk mengurangi debit air dari waduk, agar air yang masuk ke Kali Pulo tidak terlalu besar.
Harapannya bisa mengurangi potensi banjir di kawasan ini.
Tantangan normalisasi Kali Pulo
Kepala Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta Teguh Hendarwan mengatakan, situasi di Jatipadang bisa jadi berbahaya. Rumah-rumah juga bisa tertimpa longsoran. Parahnya, rumah dibangun secara permanen.
Untuk melakukan normalisasi di sana juga tidak mudah. Akses jalan sangat kecil, sehingga alat berat sulit masuk.
Teguh belum mengetahui kapan normalisasi akan dilakukan. Sebelum normalisasi biasanya ada pembebasan lahan dengan menertibkan rumah-rumah yang mengambil area bukan haknya.
"Tapi kami belum bicara penertiban, karena Pak Gubernur belum ngomong soal penertiban," kata Teguh.
Baca juga: Anies Kembali Sambangi Jatipadang, Pantau Perbaikan Tanggul Jebol
Anies sebelumnya memang mengatakan ingin berdialog dengan warga terlebih dahulu. Sambil menunggu dialog, lurah hingga wali kota diminta meninjau ulang status lahan di sana. Kemudian, barulah ditentukan langkah-langkah mengembalikan fungsi kali itu.
"Kami siapkan langkah untuk memastikan sungai di sini tidak ada hambatan dan warga terbebas dari limpahan air sungai, bukan sekadar 1 atau 2 hari. Harapannya untuk jangka panjang aman," ujar Anies.