JAKARTA, KOMPAS.com - Tinggal menghitung hari umat Kristiani di seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia, akan merayakan Natal. Biasanya, ketika berbicara tentang peringatan ini, orang juga akan berbicara tentang pohon natal dan dekorasinya.
Pohon natal memang menjadi salah satu ornamen wajib yang digunakan masyarakat untuk menghiasi ruangan, baik di rumah, gereja, hingga pusat perbelanjaan.
Tradisi tersebut, oleh sebagian pedagang, justru dianggap menjadi kesempatan untuk mendulang rejeki. Seperti yang dilakukan oleh para pedagang di Pasar Asemka, Jakarta Barat.
Pasar yang identik dengan tempat menjual aneka mainan itu justru berubah menjadi lokasi berjualan pernak-pernik natal dengan harga terjangkau.
Ketika Kompas.com menyambangi pasar itu, Sabtu (16/12/2017) lalu, sejumlah toko yang menjual ornamen natal dipadati oleh masyarakat. Dengan antusias, para pengunjung memilih pernak-pernik untuk menghias pohon natal.
"Para pembeli sudah mulai belanja keperluan Natal dari Oktober kemarin," ujar penjaga Toko Win Win yang bernama Lidia kepada Kompas.com.
Sudah sejak 1980-an, Toko Win Win menjual ornamen natal di Pasar Asemka. Rata-rata, ornamen tersebut didatangkan dari China, mulai dari pohon natal, aneka lampu hias, topi sinterklas, hingga pernak-pernik lainnya.
Harganya pun bervariatif mulai dari puluhan ribu hingga belasan juta rupiah.
"Untuk pohon natal yang ukuran 60 sentimeter itu harganya Rp 130.000, yang paling mahal ada yang sampai Rp 19 juta, itu ukurannya 360 sentimeter," kata Lidia.
Adapun pernak-pernik lainnya seperti bola-bola Natal dijual mulai harga Rp 25.000 hingga Rp 95.000 per buahnya, dan topi sinterklas mulai Rp 10.000 hingga Rp 65.000, sementara lonceng mulai Rp 80.000 hingga Rp 180.000 dan hiasan bintang seharga Rp 30.000.
Bila ada konsumen yang memesan, menurut Lidia, mereka dapat menentukan hiasan apa yang ingin dipasang di pohon natal pesanannya.
Akan tetapi, khusus pohon berukuran besar, calon pembeli tidak bisa memesannya secara mendadak. Paling minimal, mereka harus memesan sejak dua pekan sebelumnya.
"Kita sudah punya langganan tetap. Langganan kita enggak cuma orang Jakarta, dari Papua juga ada. (Bahkan) kemarin orang Papua sudah pesan dari Oktober," ujarnya.
Tak hanya datang dari perorangan, pesanan juga kerap datang dari gereja atau pusat perbelanjaan. Sayangnya, toko ini belum menerima pesanan secara daring atau online
"Enggak ada online, pelanggan biasanya kalau mau beli atau pesen langsung datang ke toko," ucap Lidia.