Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kampung Warna-warni Lenteng Agung, Upaya Menyalurkan Kreativitas Remaja

Kompas.com - 22/01/2018, 13:03 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Tren mempercantik kampung lewat pengecatan tembok warna-warni mulai diterapkan di sejumlah RW di Lenteng Agung, Jakarta Selatan.

Di berbagai sudut gang di Lenteng Agung, tembok-tembok lapuk membosankan kini berganti wajah dengan lukisan dan motif penuh warna.

Salah satu Ketua RW di RW 004 yang menerapkan kampung warna-warni ini, Jamal, menyampaikan bahwa upaya mempercantik wilayahnya ini berasal dari inisiatif dan biaya warga sendiri.

"Ini inisiatif saja. Masak daerah lain bisa, kami yang di Jakarta tidak bisa," kata Jamal ditemui di rumahnya, Jumat (19/1/2018) lalu.

Baca juga : Setelah Kampung Warna-warni dan Tridi, Kini Ada Kampung Biru Arema

Jamal mengatakan, inisiatif ini muncul dari rasa jengah warga terhadap kenakalan remaja yang gemar mencoret-coret dinding dengan grafiti yang kurang elok.

Para remaja yang dulunya tak ada kegiatan tersebut kini dikerahkan untuk mengecat tembok lingkungannya dengan konsep dan warna pilihan mereka.

"Ini memindahkan kebiasaan remaja mencoret sembarangan, kita salurkan bakat keseniannya," ujar Jamal.

Ia mengatakan, sejak proyek kecil-kecilan ini dikerjakan beberapa bulan lalu, ia dan warga sudah menghabiskan puluhan kilo cat yang warnanya "ngejreng".

Akhir pekan di Lenteng Agung kini disibukkan dengan mewarnai tembok dan fasilitas-fasilitas umum.

Mencegah tawuran

Lurah lenteng Agung Satya menceritakan, kegiatan ini bermula di RW 007 pada November 2017.

Satya yang biasa berkeliling memantau lingkungan itu iseng menantang Ketua RT 004 RW 007 Lenteng Agung.

"Saya bilang Pak RT, ini kan namanya Jalan Inovasi, inovasinya apa nih? Penghijauan kan sudah," kata Satya.

Warga Lenteng Agung mengecat kampung mereka dengan warna-warna mencolok.KOMPAS.com/NIBRAS NADA NAILUFAR Warga Lenteng Agung mengecat kampung mereka dengan warna-warna mencolok.

Saat itu, terbersit ide untuk mewarnai sejumlah sudut gang dengan warna-warna mencolok. Setelah itu, Satya membagikan foto-foto hasil pewarnaan tersebut ke grup WhatsApp Lenteng Agung. Tak lama, warga di gang-gang lainnya mengikuti.

"RT lain termotivasi untuk melakukan hal yang sama," kata Satya.

Apalagi, warga Lenteng Agung tengah menyelesaikan masalah kenakalan remaja serius yang mewarnai pemberitaan setahun terakhir.

Aksi tawuran dari geng motor terjadi beberapa kali di kawasan Lenteng Agung dan Jagakarsa. Ejekan-ejekan melalui media sosial antar-geng ini kerap berbuah aksi penyerangan ke kampung-kampung di Jagakarsa.

Satya mengatakan, usulan membuat kampung warna-warni ini pun diserahkan kepada remaja dan karang taruna agar mereka memiliki kegiatan yang positif alih-alih mencari musuh.

"Mereka antusias ternyata, pohon-pohon dirapiin, dan juga di dalam lukisan mereka isi tema-tema, ada tembok juga sekarang untuk mereka menulis sendiri cita-citanya mau jadi apa," kata Satya.

Baca juga : Jembatan Kaca Kampung Warna-warni Malang, Unik Seperti di China

Ia meyebut, dari 10 RW di Lenteng Agung, ada tiga RW yang sudah membuat kampungnya warna-warni, yakni RW 001, 004, dan 007.

Warga Lenteng Agung mengecat kampung mereka dengan warna-warna mencolok.KOMPAS.com/NIBRAS NADA NAILUFAR Warga Lenteng Agung mengecat kampung mereka dengan warna-warna mencolok.

Kampung warna-warni ini melengkapi pemberdayaan lingkungan yang sudah berjalan di Lenteng Agung.

Di RW 009 misalnya, dijadikan kampung iklim yang memiliki urban farming, bank sampah, dan peternakan yang dilombakan pada tingkat nasional.

Untuk kampung warna-warni, Satya menargetkan, pada pertengahan 2018 semua RW bisa mengikuti dengan kreativitas dan ide masing-masing.

Di RW 008 misalnya, ada perguruan silat dan dilintasi Sungai Ciliwung. Satya mengusulkan agar warga mempercantik kampungnya dengan elemen-elemen kebudayaan dan wisata. Ia berharap Lenteng Agung jadi destinasi wisata yang tak sekedar jadi lokasi selfie.

"Target kami bukan hanya warna-warni tapi di balik itu apa nilai positifnya. Sekarang kami kembangkan beberapa pengerajin tas kami coba kerja sama dengan mereka supaya ketika sudah booming masyarakat tidak sekadar selfie, tetapi punya nilai lebih juga, ada produk," tutur Satya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jadwal Imsak dan Buka Puasa di DKI Jakarta, 29 Maret 2024

Jadwal Imsak dan Buka Puasa di DKI Jakarta, 29 Maret 2024

Megapolitan
Minta Usut Tuntas Kasus Kematian Akseyna, BEM UI Akan Bersurat ke Rektor UI dan Polres Depok

Minta Usut Tuntas Kasus Kematian Akseyna, BEM UI Akan Bersurat ke Rektor UI dan Polres Depok

Megapolitan
Tanda Duka Cita, Mahasiswa UI Peringati 9 Tahun Kematian Akseyna

Tanda Duka Cita, Mahasiswa UI Peringati 9 Tahun Kematian Akseyna

Megapolitan
500 Siswa SMA Ikut Pesantren Kilat di Kapal Perang KRI Semarang

500 Siswa SMA Ikut Pesantren Kilat di Kapal Perang KRI Semarang

Megapolitan
Soal Peluang Maju Pilkada DKI, Heru Budi: Hari Esok Masih Penuh Misteri

Soal Peluang Maju Pilkada DKI, Heru Budi: Hari Esok Masih Penuh Misteri

Megapolitan
Sopir Truk Akui Kecelakaan di GT Halim karena Dikerjai, Polisi: Omongan Melantur

Sopir Truk Akui Kecelakaan di GT Halim karena Dikerjai, Polisi: Omongan Melantur

Megapolitan
Sebelum Tutup Celah Trotoar Dekat Gedung DPR, Petugas Sudah Pernah Tegur Pelaku Pungli

Sebelum Tutup Celah Trotoar Dekat Gedung DPR, Petugas Sudah Pernah Tegur Pelaku Pungli

Megapolitan
Sudah 1,5 Tahun Kompolnas dan Polisi Belum 'Update' Kasus Kematian Akseyna

Sudah 1,5 Tahun Kompolnas dan Polisi Belum "Update" Kasus Kematian Akseyna

Megapolitan
Ucap Syukur Nelayan Kamal Muara kala Rumahnya Direnovasi Pemprov DKI

Ucap Syukur Nelayan Kamal Muara kala Rumahnya Direnovasi Pemprov DKI

Megapolitan
Rekonstruksi Kasus Penembakan Ditunda sampai Gathan Saleh Sehat

Rekonstruksi Kasus Penembakan Ditunda sampai Gathan Saleh Sehat

Megapolitan
Buntut Pungli Sekelompok Orang, Dinas Bina Marga DKI Tutup Celah Trotoar Dekat Gedung DPR

Buntut Pungli Sekelompok Orang, Dinas Bina Marga DKI Tutup Celah Trotoar Dekat Gedung DPR

Megapolitan
Warga Bogor Tertipu Penjual Mobil Bekas di Bekasi, padahal Sudah Bayar Lunas

Warga Bogor Tertipu Penjual Mobil Bekas di Bekasi, padahal Sudah Bayar Lunas

Megapolitan
Gandeng Swasta, Pemprov DKI Renovasi 10 Rumah Tak Layak Huni di Kamal Muara

Gandeng Swasta, Pemprov DKI Renovasi 10 Rumah Tak Layak Huni di Kamal Muara

Megapolitan
Singgung 'Legal Standing' MAKI, Polda Metro Jaya Sebut SKT sebagai LSM Sudah Tak Berlaku

Singgung "Legal Standing" MAKI, Polda Metro Jaya Sebut SKT sebagai LSM Sudah Tak Berlaku

Megapolitan
Penyidikan Aiman Witjaksono Dihentikan, Polisi: Gugur karena Tak Berkekuatan Hukum

Penyidikan Aiman Witjaksono Dihentikan, Polisi: Gugur karena Tak Berkekuatan Hukum

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com