JAKARTA, KOMPAS.com — Salah satu program kerja yang mulai dijalankan Gubernur DKI Jakata Anies Baswedan dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno dalam 100 hari kepemimpinan mereka adalah One Karcis One Trip (OK Otrip).
Program OK Otrip menawarkan transportasi umum yang terintegrasi dan dengan biaya yang terjangkau bagi masyarakat melalui pembayaran uang elektronik.
Selama tiga jam, warga bisa menggunakan sejumlah moda transportasi yang tergabung dalam OK Otrip dengan ongkos Rp 5.000.
Uji coba program ini pun sudah mulai berjalan pada 15 Januari 2018 dengan biaya Rp 0 alias gratis saat masyarakat turun dari transjakarta lalu menggunakan angkutan kota (angkot) yang terintegrasi program OK Otrip.
"Hingga akhir Januari masyarakat bisa menikmati OK Otrip dengan tarif Rp 0. Ini berlaku untuk mereka yang sudah punya kartu dan belum. Selanjutnya, pada Februari diharapkan masyarakat sudah memiliki kartu dan tetap Rp 0 selama tiga bulan," kata Direktur Pelayanan Pengembangan & SDM PT Transjakarta Welfizon Yuza.
Baca juga: Kadishub DKI Rayu Sopir Angkot Tanah Abang Ikut OK Otrip
Rutenya terbagi di beberapa wilayah, seperti Kampung Melayu-Duren Sawit untuk area Jakarta Timur, Semper-Rorotan di Jakarta Utara, Kampung Rambutan-Lubang Buaya di Jakarta Timur, dan Lebak Bulus-Ragunan untuk Jakarta Selatan.
Dari hasil pantauan Kompas.com beberapa waktu lalu, sebagian besar warga merasa kaget ada program tersebut di wilayahnya, bahkan ada yang tidak mengerti cara menggunakannya.
Saat uji coba di Kampung Melayu-Duren Sawit, misalnya, banyak warga yang merasa binggung akan metode pembayaran menggunakan kartu elektronik. Selain itu, belum semua warga tahu mengenai rute baru OK Otrip.
Kemudian, saat uji coba rute Kampung Rambutan-Lubang Buaya terjadi gesekan dengan angkot yang tidak tergabung dalam OK Otrip.
Berdasarkan keterangan para sopir, bentrokan itu terjadi karena adanya rute yang bersinggungan. Sementara itu, menurut keterangan pihak Transjakarta, ada aksi unjuk rasa dari para sopir lain yang meminta gabung dalam OK Otrip.
Baca juga : Penjelasan Transjakarta soal Sopir T 05 yang Protes Pengoperasian OK Otrip
Terkait masalah ini, Ketua Organisasi Pengusaha Nasional Angkutan Bermotor di Jalan (Organda) Shafruhan Sinungan menilai bahwa sosialisasi OK Otrip belum maksimal, terutama kepada sopir-sopir angkot yang sudah ada.
"Masalahnya hanya sosialisasi. Jadi, memang angkot OK Otrip banyak yang rerouting jalur menggunakan rute baru," ucap Shafruhan beberapa waktu lalu.
Meski demikian, sebagian warga mengaku senang akan program ini. Selain karena biaya yang murah, angkot OK Otrip dinilai lebih cepat karena adanya aturan tidak boleh mangkal atau ngetem di pinggir jalan.
"Biasanya nunggu penumpang penuh baru jalan, kalau ini mau cuma dua atau satu sudah jalan. Naik dan menurunkan penumpang juga tidak sembarangan, ada lokasinya sendiri," ucap salah satu warga di Kampung Melayu.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.