JAKARTA, KOMPAS.com - PT Jakarta Propertindo (Jakpro), yang merupakan BUMD DKI, berharap bisa menerapkan tarif yang berbeda-beda (flexible pricing) dalam menentukan harga tiket light rail transit (LRT) Jakarta. Hal itu dimaksudkan agar LRT bisa menjadi transportasi utama warga DKI Jakarta.
Direktur Utama PT Jakpro Satya Heragandhi mengatakan, pihaknya berkeinginan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta dan DPRD DKI Jakarta dapat mengabulkan hal tersebut.
"Kami berharap diberikan kesempatan untuk melakukan flexible pricing, tetapi bocoran harga tiket belum ada karena kami belum sampai posisi untuk mendiskusikannya dengan stakeholder," kata Satya di Depo LRT Kelapa Gading, Kamis (25/1/2018).
Baca juga : Hingga Januari Ini, Konstruksi LRT Jakarta Capai 56,94 Persen
Menurut Satya, harga tiket mestinya bisa fleksibel atau dapat berubah-ubah tergantung tingkat kepadatan penumpang dalam satu waktu.
"Misalnya begini, kalau pagi-pagi ramai orang berangkat kerja mungkin bisa 10 ribu, 11 ribu, atau 12 ribu (rupiah). Nah ketika siang sudah agak sepi, kami bisa turunkan mungkin 3 sampai 4 ribu (rupiah) untuk encourage ibu-ibu yang misalnya ingin pergi ke pasar agar naik LRT," jelas Satya.
Satya mengagtakan akan memperjuangkan keinginan itu kepada Pemprov dan DPRD DKI Jakarta. Namun, belum ada kepastian kapan PT Jakpro, Pemprov, dan DPRD DKI Jakarta bakal duduk bersama.
"Untuk harga tiket memang akan diskusi panjang dengan pihak Pemprov DKI. Semoga ini bisa menguntungkan masyarakat," kata Satya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.