JAKARTA, KOMPAS.com — Beberapa warga Jakarta masih bertahan menjadi tukang becak di tengah maraknya transportasi berbasis aplikasi. Sejumlah tukang becak memilih bertahan karena faktor umur, keterbatasan keahlian, dan pendidikan.
Sueb (65), seorang tukang becak yang biasa mencari penumpang di kawasan Bandengan mengatakan, dirinya kesulitan mendapatkan pekerjaan lain di usianya yang sudah tidak muda lagi. Sueb tinggal bersama istrinya yang berprofesi ibu rumah tangga.
"Usia saya sudah dewasa, Mas he-he-he. Sudah tua begini siapa yang mau pakai (tenaganya untuk bekerja), saya bisanya menarik becak ya saya jalani," ujar Sueb saat berbincang dengan Kompas.com di kolong jembatan layang Bandengan Utara, Jakarta Barat, Jumat (26/1/2018).
Penarik becak lainnya, Abe mengatakan hal serupa. Abe mengaku tidak memiliki keahlian dan hanya lulusan sekolah dasar (SD). Abe yang saat ini berusia 52 tahun harus menafkahi delapan anaknya.
Baca juga: Sandiaga: Mungkin Suatu Saat Tukang Becak Jadi Trainer di OK OCE
"Saya mau masuk (kerja di) pabrik enggak diterima sudah umur segini dan latar belakang pendidikan juga rendah," kata Abe.
Sehari-harinya ia menarik becak pukul 06.00-10.00. Jika tak ada pekerjaan lain, ia melanjutkan menarik becak.
Baca juga: Sandiaga Ingin Tukang Becak di Jakarta Naik Kelas
Darno selalu bersyukur atas apa yang didapatkan.
"Sehari bisa dapat sekitar Rp 50.000 lah, alhamdulillah. Daripada saya minta-minta (menjadi pengemis) di jalan, lebih baik saya panas-panasan menarik becak. Saya heran badan semua masih lengkap, tetapi ada yang minta-minta," ujar Darno.
Baca juga: Ketika Becak Berusaha Masuk Jakarta...
Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berencana menata becak di Ibu Kota. Saat ini pihaknya tengah mendata jumlah becak yang beroperasi di Jakarta. Anies akan membuat jalur khusus becak dan tak mengizinkan mereka masuk ke jalur protokol.