Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Unjuk Rasa Sopir Angkot Tanah Abang dan Dugaan Ada Unsur Politis

Kompas.com - 31/01/2018, 09:20 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Sejumlah pihak menduga ada unsur politis di balik aksi demonstrasi sopir angkot Tanah Abang. Tidak jelas siapa yang dituju dengan tudingan itu.

Kecurigaan itu disampaikan sejumlah pihak saat mengomentari permintaan sopir angkot yang ingin Jalan Jatibaru dibuka kembali. Jalan itu ditutup Pemerintah Provinsi DKI Jakarta demi mengakomodasi keinginan para pedagang kaki lima (PKL).

Gubenur DKI Jakarta Anies Baswedan di Balai Kota, Selasa (30/1/2018), menyerukan agar penataan Tanah Abang tidak dipolitisasi.

"Intinya kami akan bicarakan baik-baik dan saya juga berharap semua pihak lihatlah ini sebagai sebuah cara untuk menyelesaikan problem di tempat itu (Tanah Abang). Jadi, harapannya jangan dipolitisasi karena ini insya Allah untuk kebaikan semuanya," kata Anies.

Baca juga: Sopir Angkot: Kami Bukan Preman yang Tak Demo kalau Tanpa Nasi Kotak

Kecurigaan itu juga diungkapkan Organda. Dewan Pembina Unit Organda Angkutan Lingkungan DKI Petrus Tukimin menduga ada yang menunggangi demo sopir angkot Tanah Abang.

Ia mengatakan, seharusnya Selasa kemarin para sopir angkot berbicara dengan Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Andri Yansyah. Namun, para sopir angkot memilih turun ke jalan, berdemonstrasi.

Sopir angkot juga berkeras meminta Jalan Jatibaru dibuka. Padahal, sebelumnya mereka  punya solusi alternatif yang berbeda selain menuntut pembukaan Jalan Jatibaru. Petrus menduga, ada provokator di balik aksi itu.

"Terjadi memang berbagai macam friksi yang kelihatannya saya lihat sudah berbau politis. Saya anjurkan jangan ikuti kemauan orang tertentu yang memang ingin ini politis. Ini ada yang tunggangi, minta pokoknya harus dibuka," ujar Petrus.

Tidak dilaporkan

Ketua Organda DKI Jakarta Shafruhan Sinungan juga mencurigai adanya provokator. Namun, Shafrugan tidak melaporkan hal tersebut kepada polisi karena dia tidak tahu siapa pihak yang memolitisasi aksi unjuk rasa dan aksi mogok itu.

"Kami kan enggak tahu siapa obyeknya. Jadi, susah mau melapor," kata Shafruhan.

Shafruhan mengatakan, para sopir angkot juga diancam agar mau mengikuti demo. Beberapa sopir angkot menceritakan hal itu kepada Shafruhan.

Baca juga: Saya Akan Luluskan Kemauan Sopir Angkot Kecuali Buka Jalan Jatibaru

"Kami undang sopir, kami tanya sopirnya, dia merasa diancam," ujar Shafruhan.

Tidak semua sopir angkot ingin berunjuk rasa. Shafruhan mengatakan, ada oknum yang menggerakan sopir untuk berdemonstrasi.

"Sabtu-Minggu yang lalu, itu jadi sudah kami kumpulkan pengemudi-pengemudi M08, M10 itu. Sebenarnya mereka tidak mau ada demo," kata Shafruhan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Megapolitan
Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Megapolitan
Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Megapolitan
Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Megapolitan
NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

Megapolitan
Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Megapolitan
Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

Megapolitan
Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Megapolitan
Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibuang 'Pelanggannya' di Kali Bekasi

Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibuang "Pelanggannya" di Kali Bekasi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com