TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com — Fenomena penggunaan "tuyul" atau aplikasi pembuat order fiktif baik oleh beberapa driver ojek maupun taksi online tentu meresahkan pengemudi ojek online lainnya.
Syafrial (53), salah satunya, pengemudi Go-Jek di sekitaran Pamulang, Tangerang Selatan, mengakui bahwa keberadaan aplikasi "tuyul" tersebut membuat dia dan teman-temannya sesama pengemudi ojek online resah.
"Menurut saya, itu merugikan dan juga meresahkan buat orang lain. Sangat merugikan," ujar Syafrial saat ditemui Kompas.com di depan SMP Waskita, Pamulang, Tangsel, Jumat (2/2/2018).
Baca juga : Polisi: Aplikasi "Tuyul" Taksi "Online" Beda dengan Fake GPS
Syafrial mengakui, banyak pula rekannya yang menggunakan aplikasi tersebut untuk meraup untung. Namun, dia mengatakan tak berminat menggunakan aplikasi tuyul itu dan memilih bekerja secara jujur.
"Banyak teman-teman yang pakai, tapi saya sih enggak. Saya jujur, nih handphone saya polos. Enggak ada aplikasi gitu-gitu, saya takut di-suspend atau diputus mitranya," imbuh dia.
Senada dengan Syafrial, Ayu (31), yang juga merupakan pengemudi Go-Jek, merasa para driver ojek online yang menggunakan aplikasi tuyul tidak adil.
Ayu menerangkan, sangat disayangkan jika ada pengemudi ojek online yang dengan susah payah berkeliling, tetapi penghasilannya jauh di bawah mereka yang menggunakan aplikasi "tuyul".
"Ya itu kasihan yang jujur, yang murni karena kan istilahnya sudah capek keliling, lama, dan sudah kerja keras. Intinya sangat merugikan lah," ujar Ayu.
Baca juga: Pakai Tuyul, dalam 2 Jam Taksi "Online" Bisa Lakukan 5 Perjalanan
Sementara itu, salah seorang pengemudi Grab Bike bernama Heru (30) menyampaikan bahwa fenomena penggunaan aplikasi "tuyul" oleh beberapa pengemudi ojek online buah dari semakin sengitnya persaingan antar-driver.
"Kalau ditelaah lagi, fenomena 'tuyul' sangat merebak karena persaingan yang ketat saling merebut order karena pihak perusahaan ojek online selalu buka terus lowongan buat jadi driver ojek online, hampir tiap bulan. Jadi driver makin banyak makin sengitlah rebutan order, akhirnya merebaklah jalan pintas fenomena 'tuyul'," ujarnya.
Heru menyatakan, bagi dirinya keberadaan aplikasi "tuyul" itu tidak adil bagi para driver yang bekerja secara murni dan jujur.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.