Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Curhat Pengemudi Ojek "Online" soal Kecurangan Pakai "Tuyul"

Kompas.com - 02/02/2018, 19:48 WIB
Ridwan Aji Pitoko

Penulis

TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com — Fenomena penggunaan "tuyul" atau aplikasi pembuat order fiktif baik oleh beberapa driver ojek maupun taksi online tentu meresahkan pengemudi ojek online lainnya.

Syafrial (53), salah satunya, pengemudi Go-Jek di sekitaran Pamulang, Tangerang Selatan, mengakui  bahwa keberadaan aplikasi "tuyul" tersebut membuat dia dan teman-temannya sesama pengemudi ojek online resah.

"Menurut saya, itu merugikan dan juga meresahkan buat orang lain. Sangat merugikan," ujar Syafrial saat ditemui Kompas.com di depan SMP Waskita, Pamulang, Tangsel, Jumat (2/2/2018).

Baca juga : Polisi: Aplikasi "Tuyul" Taksi "Online" Beda dengan Fake GPS

Syafrial mengakui, banyak pula rekannya yang menggunakan aplikasi tersebut untuk meraup untung. Namun, dia mengatakan tak berminat menggunakan aplikasi tuyul itu dan memilih bekerja secara jujur.

"Banyak teman-teman yang pakai, tapi saya sih enggak. Saya jujur, nih handphone saya polos. Enggak ada aplikasi gitu-gitu, saya takut di-suspend atau diputus mitranya," imbuh dia.

Senada dengan Syafrial, Ayu (31), yang juga merupakan pengemudi Go-Jek, merasa para driver ojek online yang menggunakan aplikasi tuyul tidak adil.

Ayu menerangkan, sangat disayangkan jika ada pengemudi ojek online yang dengan susah payah berkeliling, tetapi penghasilannya jauh di bawah mereka yang menggunakan aplikasi "tuyul".

"Ya itu kasihan yang jujur, yang murni karena kan istilahnya sudah capek keliling, lama, dan sudah kerja keras. Intinya sangat merugikan lah," ujar Ayu.

Baca juga: Pakai Tuyul, dalam 2 Jam Taksi "Online" Bisa Lakukan 5 Perjalanan

Sementara itu, salah seorang pengemudi Grab Bike bernama Heru (30) menyampaikan bahwa fenomena penggunaan aplikasi "tuyul" oleh beberapa pengemudi ojek online buah dari semakin sengitnya persaingan antar-driver.

"Kalau ditelaah lagi, fenomena 'tuyul' sangat merebak karena persaingan yang ketat saling merebut order karena pihak perusahaan ojek online selalu buka terus lowongan buat jadi driver ojek online, hampir tiap bulan. Jadi driver makin banyak makin sengitlah rebutan order, akhirnya merebaklah jalan pintas fenomena 'tuyul'," ujarnya.

Heru menyatakan, bagi dirinya keberadaan aplikasi "tuyul" itu tidak adil bagi para driver yang bekerja secara murni dan jujur.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mengapa Penjaga Warung Madura Selalu 'Video Call' Setiap Hari?

Mengapa Penjaga Warung Madura Selalu "Video Call" Setiap Hari?

Megapolitan
Gara-gara Masalah Asmara, Remaja di Koja Dianiaya Mantan Sang Pacar

Gara-gara Masalah Asmara, Remaja di Koja Dianiaya Mantan Sang Pacar

Megapolitan
Pendatang Usai Lebaran Berkurang, Magnet Jakarta Kini Tak Sekuat Dulu

Pendatang Usai Lebaran Berkurang, Magnet Jakarta Kini Tak Sekuat Dulu

Megapolitan
Pendaftaran Cagub Independen Jakarta Dibuka 5 Mei 2024, Syaratnya 618.750 KTP Pendukung

Pendaftaran Cagub Independen Jakarta Dibuka 5 Mei 2024, Syaratnya 618.750 KTP Pendukung

Megapolitan
Polisi Tilang 8.725 Pelanggar Ganjil Genap di Tol Jakarta-Cikampek Selama Arus Mudik dan Balik

Polisi Tilang 8.725 Pelanggar Ganjil Genap di Tol Jakarta-Cikampek Selama Arus Mudik dan Balik

Megapolitan
Belajar dari Pemilu 2024, KPU DKI Mitigasi TPS Kebanjiran Saat Pilkada

Belajar dari Pemilu 2024, KPU DKI Mitigasi TPS Kebanjiran Saat Pilkada

Megapolitan
Kisah Bakar dan Sampan Kesayangannya, Menjalani Masa Tua di Perairan Pelabuhan Sunda Kelapa

Kisah Bakar dan Sampan Kesayangannya, Menjalani Masa Tua di Perairan Pelabuhan Sunda Kelapa

Megapolitan
Bandara Soekarno-Hatta Jadi Bandara Tersibuk Se-Asia Tenggara Selama Periode Mudik Lebaran

Bandara Soekarno-Hatta Jadi Bandara Tersibuk Se-Asia Tenggara Selama Periode Mudik Lebaran

Megapolitan
KPU DKI Susun Jadwal Pencoblosan Pilkada 2024 jika Terjadi Dua Putaran

KPU DKI Susun Jadwal Pencoblosan Pilkada 2024 jika Terjadi Dua Putaran

Megapolitan
Mengapa Warung Madura di Jabodetabek Buka 24 Jam?

Mengapa Warung Madura di Jabodetabek Buka 24 Jam?

Megapolitan
Misteri Motif Selebgram Meli Joker Pilih Akhiri Hidup dengan 'Live' Instagram, Benjolan di Kepala Sempat Disorot

Misteri Motif Selebgram Meli Joker Pilih Akhiri Hidup dengan "Live" Instagram, Benjolan di Kepala Sempat Disorot

Megapolitan
Dishub DKI Kaji Usulan Kenaikan Tarif Rp 3.500 Bus Transjakarta yang Tak Berubah sejak 2007

Dishub DKI Kaji Usulan Kenaikan Tarif Rp 3.500 Bus Transjakarta yang Tak Berubah sejak 2007

Megapolitan
Tarif Sementara Bus Transjakarta ke Bandara Soekarno-Hatta Rp 3.500, Berlaku Akhir April 2024

Tarif Sementara Bus Transjakarta ke Bandara Soekarno-Hatta Rp 3.500, Berlaku Akhir April 2024

Megapolitan
Banjir di 18 RT di Jaktim, Petugas Berjibaku Sedot Air

Banjir di 18 RT di Jaktim, Petugas Berjibaku Sedot Air

Megapolitan
Kronologi Penangkapan Pembunuh Tukang Nasi Goreng yang Sembunyi di Kepulauan Seribu, Ada Upaya Mau Kabur Lagi

Kronologi Penangkapan Pembunuh Tukang Nasi Goreng yang Sembunyi di Kepulauan Seribu, Ada Upaya Mau Kabur Lagi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com