Angkot yang beroperasi dalam sistem OK Otrip memiliki target perjalanan 190 kilometer (km). Untuk rute OK Otrip lainnya, target ini bisa tercapai. Namun, angkot Tanah Abang adalah rute pendek. Petrus memperhitungkan pergi pulang sopir angkot hanya menempuh jarak 10 sampai 11 km.
Dalam satu hari, sopir paling banyak mengemudi 8 kali perjalanan. Jika dikalikan, total perjalanan dalam satu hari tidak sampai 100 km. Target pun masih belum tercapai jika jarak perjalanan pulang pergi menjadi 12 km. Saat ini, Dinas Perhubungan DKI masih menawarkan tarif Rp 3.459,36 per km.
Baca juga: OK Otrip Akan Diterapkan di Tanah Abang, Ini Kekhawatiran Pengusaha Angkot
Jika target tercapai, pemilik akan mendapatkan sekitar Rp 600.000 setiap harinya. Jika target jarak tidak tercapai, pemilik tidak bisa mendapat Rp 600.000. Oleh karena itu, Petrus ingin rute diperpanjang agar target tercapai. Dia tidak mau rugi karena angkot tidak mencapai target jarak perjalanan.
Saat ini, tercatat baru dua koperasi yang mengikuti uji coba OK Otrip, yakni KWK dan Budi Luhur.
Baca juga: Takut Merugi, 4 Koperasi Angkot Tak Jadi Ikut Program OK Otrip
Empat koperasi memilih tak ikut uji coba program tersebut. Empat koperasi tersebut, yakni Kopamilet, Komilet, Kolamas, dan Komika. Keempat koperasi itu masih belum sepakat dengan tarif rupiah per kilometer yang ditawarkan PT Transjakarta.
PT Transjakarta menawarkan tarif Rp 3.400 per km, sementara keempat koperasi itu menginginkan Rp 3.800 per km. Dengan tarif yang ditawarkan PT Transjakarta, empat koperasi itu khawatir pendapatan anggotanya akan menurun.
Oleh karena itu, mereka belum mau ikut serta sejak uji coba dimulai 15 Januari 2018. Empat koperasi yang belum ikut akan kembali bernegosiasi dengan PT Transjakarta. Sebelum ada kesepakatan, mereka menunda keikutsertaannya dengan OK Otrip.