JAKARTA, KOMPAS.com — Pernahkah Anda membayangkan rasanya menjadi seorang tahanan?
Hidup di balik jeruji besi dengan berbagai keterbatasan, tak dapat bertemu sanak saudara dalam jangka waktu yang tak menentu, belum lagi proses sosialisasi dengan tahanan lain di dalam lapas yang belum tentu bersahabat.
Begitulah gambaran kehidupan para tahanan di Mapolda Metro Jaya.
Puluhan bahkan ratusan pelaku kejahatan dimasukkan ke dalam jeruji besi untuk menunggu berkas perkara lengkap dan siap disidangkan.
Baca juga: Cerita Dokter Cantik yang Pilih Obati Penjahat Sakit di Mapolda Metro Jaya...
Lalu, bagaimana jika para tahanan sakit?
"Mungkin kebanyakan orang mengira hidup di tahanan itu betul-betul menderita dan tak memperhatikan aspek kemanusiaan. Memang keras kehidupan di tahanan, tetapi kami juga masih memperhatikan kesehatan para tahanan," ujar Kepala Urusan Kedokteran Forensik Bidokkes Polda Metro Jaya Muhammadiah saat ditemui Kompas.com, Kamis (8/2/2018).
Muhammadiah mengatakan, setidaknya ada tiga tahapan pemeriksaan kesehatan sebelum pelaku kejahatan ditahan.
Tahap pertama, saat para tersangka selesai menjalani pemeriksaaan dan telah direkomendasikan dilakukan penahanan untuk kepentingan penyidikan.
Baca juga: Mantan Ajudan Setya Novanto Kini Bertugas di Polda Metro Jaya
Setelah menjalani masa tahanan, tim dokter dari Bidokkes Polda Metro Jaya rutin mengecek kesehatan para tahanan.
"Kami melakukan pengecekan kesehatan dua kali dalam seminggu. Kami datang ke lapas, kami kosongkan satu ruangan, dan setiap tahanan kami periksa. Kalau ada keluhan sakit, kami akan beri obat. Kalau butuh penanganan khusus, kami bawa ke klinik kami," ujar Muhammadiah.
Baca juga: Sultan Brunei Laporkan Akun @anti_hassanal ke Polda Metro Jaya
Pemeriksaan terakhir dilakukan saat berkas perkara tersangka dinyatakan P-21 alias lengkap oleh Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta.
"Kalau sudah P-21, kan, semua barang dan alat bukti beserta tersangka akan kami limpahkan. Sebelum tersangka dipindahkan, kami cek ulang kondisi kesehatannya," katanya.
Melihat klinik Mapolda Metro
Gedungnya tak terlalu luas dan tampak seperti bangunan lama yang dicat coklat muda.
Memasuki pintu utama klinik Bidokkes, meja-meja berjajar di samping alat pengukur tinggi dan berat badan. Dua tempat tidur diletakkan di bagian depan dan dibatasi dengan kain pembatas.
Baca juga: Polisi Tahan Jennifer Dunn di Rutan Polda Metro Jaya
Berkas-berkas pemeriksaan medis tertumpuk di atas meja-meja tersebut.
"Ini adalah unit gawat darurat (UGD) Polda Metro Jaya," kata Muhammadiah.
Di tempat ini, lanjutnya, penanganan pertama untuk tahanan yang sakit.
Memasuki bagian dalam klinik, sejumlah ruangan dibangun berjajar dan dipasang papan keterangan poli.
Baca juga: Jennifer Dunn Resmi Ditahan di Rutan Narkoba Polda Metro Jaya
Setiap ruangan di klinik tersebut ditata sedemikian rupa layaknya poli kesehatan pada umumnya.
Muhammadiah mengatakan, tidak hanya tahanan, polisi dan PNS Polda Metro juga sering memeriksakan kesehatannya di tempat itu.
Baca juga: Jennifer Dunn Ditahan di Rutan Narkoba Polda Metro Jaya
"Peralatan kesehatan kami cukup lengkap. Misalnya di poli kandungan, kami menyediakan layanan cek USG, tetapi persalinan tidak dilakukan di sini. Kalau tahanan mau bersalin, kami rujuk ke RS Polri Kramatjati," kata Muhammadiah.
Tidak hanya di poli kandungan, poli jantung milik Polda Metro Jaya juga memiliki alat kesehatan yang cukup lengkap.
Ada treadmill untuk mengecek kondisi detak jantung hingga alat pacu jantung.
Baca juga: Anggota Ormas yang "Sweeping" Toko Obat di Bekasi Ditahan di Polda Metro
Pihaknya juga memiliki dokter-dokter spesialis yang akan membantu penanganan pertama tahanan yang sakit. Jika kondisinya parah, tahanan akan dirujuk ke RS Polri.
Muhammadiah menegaskan, kesehatan tahanan Polda Metro Jaya sangat diperhatikan.
"Walaupun mereka pelaku kejahatan, kami ada anggaran kesehatan, kami masih manusiawi," ucapnya.