Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Legok Tolak Kegiatan Umat di Rumah Seorang Biksu

Kompas.com - 11/02/2018, 10:32 WIB
Iwan Supriyatna,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Warga Kebon Baru RT 001 RW 001 Desa Babat, Kecamatan Legok, Kabupaten Tanggerang, Banten, menolak kehadiran Biksu Mulyanto Nurhalim karena dinilai telah menyalahgunakan fungsi tempat tinggal menjadi tempat ibadah.

Kapolsek Legok AKP Murodih mengatakan, pada Minggu (5/2/2018) di rumah Biksu Mulyanto diadakan bakti sosial dari umat Buddha dan diduga setiap Minggu sering diadakan kegiatan agama Buddha di sana.

"Tidak dibenarkan jika ada kegiatan ibadah keagamaan yang dilakukan saya akan melarang  karena izin Biksu Mulyanto Nurhalim di rumah tersebut adalah izin tempat tinggal, bukan untuk kegiatan ibadah. Jika memang dari awal itu adalah izin tempat tinggal, maka kembalikan sebagai tempat tinggal, jangan dijadikan tempat ibadah," kata Murodih dalam keterangan  tertulis Kepolisian Sektor Legok, Sabtu (10/2/2018).

Baca juga: Kerukunan di Desa Keberagaman, Tempat Ibadah Berdekatan dan Pernikahan Beda Agama Sudah Biasa

Ia menyampaikan hasil rapat musyawarah tingkat Kecamatan Legok terkait masalah tersebut. Pihaknya meminta, bila ada kegiatan masyarakat di wilayah, baik itu kegiatan agama maupun kegiatan hiburan, untuk disampaikan kepada pihak kepolisian setempat.

"Kita sama-sama di sini saling menjaga lingkungan untuk situasi komtibmas yang baik. Selayaknya kepada Romo jika ada kunjungan yang datang ke rumah Biksu Mulyanto Nurhalim setidaknya ada pemberitahuan bila melebihi 1×24 jam untuk tamu," ucap Murodih.

Dalam rapat tersebut, Kades Babat Sukron Ma'mun juga menyampaikan bahwa warga di daerahnya selama ini hidup rukun dan berdampingan. Menurut Sukron, warga di wilayahnya menjunjung tinggi toleransi.

"Kami hidup rukun, bahkan ada dua RT di desa kami ketua RT-nya berasal dari keturunan Tionghoa. Permasalahan yang saat itu terjadi, singkatnya pada awal 2010 tanah yang dihuni oleh biksu saat itu dibeli untuk dibangun rumah, bukan untuk dijadikan tempat ibadah," kata Sukron.

Sementara itu, Romo Kartika mengatakan bahwa penolakan yang dilakukan rekan-rekannya akibat dari kurangnya pemahaman.

Menurut dia, kegiatan yang dilakukan oleh Mulyanto Nurhalim di rumahnya bukanlah kegiatan keagamaan.

"Adapun kegiatan hari Minggu dengan datangnya tamu dari luar, itu bukanlah kegiatan ibadah, hanya datang memberi bekal makan dan Biksu sekadar mendoakan mereka yang telah datang," kata Romo Kartika berdasarkan catatan hasil rapat dari Kepolisian Sektor Legok.

Ketua MUI Legok Odji Madroji menyampaikan, di Desa Babat sudah sering terjadi penggunaan rumah tempat tinggal untuk tempat ibadah. Oleh karena itu, ia khawatir rumah Biksu Nursalim dijadikan tempat ibadah.

"Jika jelas itu hanya tempat tinggal bukan sebagai tempat ibadah, menurut kami tidak ada masalah dan masyarakat Babat sangat akan bisa menerima," kata Odji seperti yang dikutip dari keterangan tertulis Kepolisian Sektor Legok.

Baca juga : Jusuf Kalla: Tempat Ibadah Tidak Boleh Jadi Tempat Kampanye

Camat Legok Nurhalim mengatakan, jika memang ada kegiatan keagamaan, sebaiknya hal itu dilakukan di Vihara sebagaimana tempat ibadah umat Buddha. Ia pun meminta  Biksu Nurhalim berkoordinasi dengan aparat setempat dan tokoh masyarakat.

Terkait hal ini, Kasat Reskrim Polres Tangsel AKP Ahmad Alexander menyampaikan bahwa masalah tersebut telah selesai.

"Dengan cara yang tepat dan cepat, permasalahan sudah selesai," kata dia, Minggu (11/2/2018).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

DBD di Jaksel Turun Drastis, dari 507 Menjadi 65 Kasus per April 2024

DBD di Jaksel Turun Drastis, dari 507 Menjadi 65 Kasus per April 2024

Megapolitan
Dalam Rapat LKPJ 2023, Heru Budi Klaim Normalisasi Berhasil Atasi Banjir Jakarta

Dalam Rapat LKPJ 2023, Heru Budi Klaim Normalisasi Berhasil Atasi Banjir Jakarta

Megapolitan
Pria di Bekasi Jadi Korban Penipuan Program Beasiswa Doktoral di Filipina

Pria di Bekasi Jadi Korban Penipuan Program Beasiswa Doktoral di Filipina

Megapolitan
Tak Hanya Kader, PKS juga Usulkan Anies dan Eks Kapolda Masuk Bursa Bacagub DKI

Tak Hanya Kader, PKS juga Usulkan Anies dan Eks Kapolda Masuk Bursa Bacagub DKI

Megapolitan
Tak Lagi Dapat 'Privilege' KTP Jakarta, Warga: Akses Pendidikan dan Kesehatan Jangan Jomplang

Tak Lagi Dapat "Privilege" KTP Jakarta, Warga: Akses Pendidikan dan Kesehatan Jangan Jomplang

Megapolitan
Warga 'Numpang' KTP DKI: Pelayanan di Jakarta Itu Enak Banget, Administrasinya Enggak Ribet...

Warga "Numpang" KTP DKI: Pelayanan di Jakarta Itu Enak Banget, Administrasinya Enggak Ribet...

Megapolitan
Masuk Bursa Cagub DKI dari PKS, Khoirudin: Saya Kawal dari Dewan Saja...

Masuk Bursa Cagub DKI dari PKS, Khoirudin: Saya Kawal dari Dewan Saja...

Megapolitan
Maju di Pilkada Kota Bogor, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Daftar Lewat Gerindra

Maju di Pilkada Kota Bogor, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Daftar Lewat Gerindra

Megapolitan
Pendapatan Ojek Sampan Tak Cukupi Biaya Hidup, Bakar Terpaksa Berutang Untuk Makan

Pendapatan Ojek Sampan Tak Cukupi Biaya Hidup, Bakar Terpaksa Berutang Untuk Makan

Megapolitan
Pascalebaran, Harga Bawang Merah di Pasar Perumnas Klender Tembus Rp 80.000 per Kilogram

Pascalebaran, Harga Bawang Merah di Pasar Perumnas Klender Tembus Rp 80.000 per Kilogram

Megapolitan
Jadwal Pra PPDB SD dan SMP Kota Tangerang 2024 dan Cara Daftarnya

Jadwal Pra PPDB SD dan SMP Kota Tangerang 2024 dan Cara Daftarnya

Megapolitan
BPBD DKI: Banjir yang Rendam Jakarta sejak Kamis Pagi Sudah Surut

BPBD DKI: Banjir yang Rendam Jakarta sejak Kamis Pagi Sudah Surut

Megapolitan
Maju Mundur Kenaikan Tarif Transjakarta, Wacana Harga Tiket yang Tak Lagi Rp 3.500

Maju Mundur Kenaikan Tarif Transjakarta, Wacana Harga Tiket yang Tak Lagi Rp 3.500

Megapolitan
Mengapa Penjaga Warung Madura Selalu 'Video Call' Setiap Hari?

Mengapa Penjaga Warung Madura Selalu "Video Call" Setiap Hari?

Megapolitan
Gara-gara Masalah Asmara, Remaja di Koja Dianiaya Mantan Sang Pacar

Gara-gara Masalah Asmara, Remaja di Koja Dianiaya Mantan Sang Pacar

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com